07

1 0 0
                                    

Sementara itu di ruang kelas Jimin bersama temannya.
"Kau sedang apa, Jim?" tanya Taehyung padanya yang tampaknya tengah menulis sesuatu di secarik kertas. Jangan tanya Taehyung apa yang ditulis oleh Jimin karena yang ia dapati hanyalah coretan abstrak.

"Kau tidak bisa lihat? Apa kau buta?" balas Jimin ketus padanya tanpa menghentikan kegiatannya membuat kawannya kesal. Bila dalam mood buruk ia akan bersikap tak acuh pada siapapun.

"Ketus sekali... Aku masih bisa melihat. Penglihatanku sangat baik-baik saja. Kau kenapa, hm? Tak biasanya pagi-pagi begini kau tidak bersemangat," ucapnya. Dia pun membuka resleting tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Kini malah dia yang mengacuhkan Jimin dan sibuk memainkan ponselnya.

"Tae-ya, kau masih ingat 'kan dengan Haneul?" tanyanya kemudian.

"Haneul? Kim Haneul maksudmu?? Mantanmu yang kau bilang mantan terburuk itu 'kan?" Jimin hanya mengangguk.

"Ada apa? Apa ada sesuatu tentang dia yang membuatmu tertarik untuk menceritakannya lagi?" lanjutnya lagi sambil menaruh ponselnya kembali.

Pembicaraan ini sepertinya akan lebih menarik daripada hanya memainkan ponselnya. Jarang-jarang seorang Jimin membicarakan mantan kekasihnya dulu. Menurutnya, mantan adalah barang bekas. Dia akan mudah melupakan para mantan kekasihnya.

Lelaki itu pun menceritakan kejadian kemarin, dan Taehyung hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seolah-olah mengerti dengan cerita Jimin.

"Kau bilang, kau merasa jantungmu tak karuan saat berada didekatnya kan? Sudah kupastikan kau menyukai mantanmu itu lagi, Jim. Sudah berkali-kali aku beritahu, jangan dulu putuskan Haneul. Kau pasti akan menyesal, dan sekarang terbukti 'kan?" terang Taehyung.

Jimin yang mendengar pernyataan Taehyung malah tertawa kecil. "Haha.. kau itu bercanda, ya? Mana mungkin aku menyukainya lagi, ada-ada saja kau ini."

"Dan katamu, aku menyesal telah memutuskan hubunganku dengannya? Tidak ada rasa penyesalan dalam hatiku. Yang ada justru aku senang. Aku tak bisa bayangkan bila aku masih melanjutkan hubunganku dengannya. Bisa-bisa dia bermain dengan laki-laki lain di belakangku," tambahnya.

Dulu penyebab berakhirnya hubungan keduanya adalah pernyataan Haneul yang membuat Jimin sakit yang teramat dalam.

Flashback On
"Jim, emm... sebenarnya di hatiku tidak hanya dirimu, tapi ada orang lain juga. Aku menyukainya, tapi aku juga menyukaimu. Tapi aku lebih memilih dirimu daripada dia," ucap Haneul membuat Jimin terkejut dan meninggalkan rasa sakit yang amat perih di hatinya.

"Jadi selama berhubungan denganmu, aku diduakan begitu?" cerca Jimin masih dengan keterkejutannya. Tidak menyangka dengan semua ini.

"Bukan, bukan maksudku menduakanmu, Jim. Aku takut bila aku kehilanganmu, makanya aku baru berani mengatakan ini sekarang," balas gadis itu dengan pelan. Ia takut Jimin marah.

"Kenapa kau baru bicara sekarang?! Malah caramu seperti ini membuatku sakit. Kau tau? Perjuanganku mendapatkanmu... itu sulit, sangat sulit. Tapi, hasil perjuanganku selama ini hanya membuatku sakit pada akhirnya. Untuk apa aku mengejarmu bila ujung-ujungnya aku akan merasakan kegagalan. Aku merasa seperti orang bodoh. Perkiraanku sebelum menjadi kekasihmu dulu... pikirku memilikimu adalah hal terindah, tapi ternyata tidak. Aku mau kita putus. Aku tidak mau menambah rasa sakitku bila hubungan ini berlanjut. Kumohon, lupakan aku!" balas Jimin panjang lebar dan berlalu meninggalkan Haneul bersama perasaannya yang hancur.
Flashback Off

"Hmm, mungkin dulu Haneul seperti itu padamu, tapi aku yakin sekarang dia benar-benar mencintaimu. Apa selama ini semenjak hubunganmu kandas dengannya kau pernah mendengar ada laki-laki lain yang dekat dengannya?" Jimin terdiam sesaat lalu menggeleng.

"Aku yakin dia masih belum bisa melupakanmu, Jim. Memutuskan hubungan secara sepihak pasti menyakitkan. Apa dia menerima keputusanmu begitu saja?" Jimin menggeleng lagi dengan perlahan. Taehyung hanya menghela napasnya terhadap gelengan Jungkook.

"Tapi apa susahnya melupakanku? Toh dia juga punya lelaki lain. Dia bisa 'kan setelah kuputuskan beralih ke laki-laki yang dia ucapkan juga ada dalam hatinya?" Benar-benar keras kepala sekali dia.

"Oh ayolah, Jim. Bagimu itu semua mudah, tapi bagi Haneul mungkin itu sulit. Kau tau, menjadi wanita itu berat. Setelah mereka diputuskan oleh pacarnya, mereka akan sulit melupakan mantannya, apalagi banyak kenangan indah yang ia lukiskan dengan mantan pacarnya itu. Itu akan membuat hati wanita sakit. Mereka akan merasa dikhianati, dipermainkan oleh lelakinya itu. Jadi, kurasa Haneul pun mengalami hal itu," jelas Taehyung. Jimin pun hanya terdiam mendengar penuturan sahabatnya ini. Tumben sekali sahabatnya ini dewasa.

"Sudahlah, Jim. Memberitahumu pun percuma. Kau itu keras kepala." Akhirnya Jimin diam. Mulai merenungkan semua ucapan Taehyung tadi.

Tak lama ponselnya berbunyi. Ah, ternyata hanya sebuah pesan. Setelah melihat siapa pengirimnya dia senang. Apa kekasihnya ini tidak kuliah? Namun, setelah dia baca isi pesan itu, dadanya sesak.

Sica-ya, bisa kita bertemu sekarang?"
Di Hollys Coffee.
Kuharap kau datang.
sent. 14.40

Oleh karena tak kunjung mendapat balasan, Jimin langsung beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil jaket yang digantung pada dinding kamarnya. Begitu keluar kamar ia melihat kembarannya yang sedang menyiapkan obat untuk dirinya.

"Kau mau kemana, Jim?" tanyanya begitu melihat Jimin yang baru keluar dari kamarnya dengan terburu-buru. Tubuhnya telah dilapisi jaket. Tidak salah lagi lelaki itu akan pergi ke suatu tempat.

"Aku akan pergi ke suatu tempat. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja," ucap Jimin.

"Yakk, aku tidak akan mengizinkanmu kemana-mana! Kau ingat 'kan pesan eomma? Kau tidak boleh kemana-mana. Kau itu sedang sakit, Jiminie. Sekarang cepat minum obat ini!" suruh Yura dengan dugaannya yang benar. Kalau Jimin tidak mau menuruti ucapannya, pasti nanti dia yang disalahkan.

Jimin pun meminum obatnya yang sudah disiapkan Yura. "Aku sudah menuruti perintahmu, dan artinya aku boleh pergi 'kan? Ayolahh, Yura-ya, ini urusan penting. Aku hanya pergi sebentar, tidak akan lama. Jika eomma menanyakan aku pergi ke mana, kau bilang saja aku pergi ke rumah Taehyung. Ayolahh..." rengek Jimin setelahnya. Bisa gawat jika Yura tidak mengizinkannya.

"Aku akan mengizinkanmu, tapi aku harus ikut, agar kau tetap aman-aman saja. Bagaimana??"

Jimin bingung. Jika Yura ikut, pasti ribet. Tapi jika tidak ikut, itu sama saja ia tidak ingin diizinkan. Jelas-jelas dari tadi ia merengek pada gadis itu.

"Hmm, baiklah. Tapi kau jangan ikut campur dengan urusanku!"

-----------------------------------------------------------

Late LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang