Bagian 9 - Rival Satu Atap

76 10 1
                                    

Jefri mendudukan diri tepat di samping Randi yang asik menikmati mie kuah ala kantin Triguna Bangsa. "Jangan minta ya lo!" ujar Randi kepada Jefri yang langsung merotasi bola mata malas.

Tanpa menyahuti kalimat Randi, ia pun meraih bungkus rokok milik sang teman, mengambil sebatang untuk mencuci mulut yang terasa pahit.

"Semalem lo ke mana? Anak-anak banyak yang nanyain noh."

"Hibernasi," jawab Jefri ringan.

Randi langsung menghentikan acara makan, dan itu hanya untuk mendengus malas, berbicara dengan Jefri sama dengan membuang-buang napas.

Tak berapa lama dari itu, kedua mata Jefri mendapati pemandangan yang mengusik jiwa tak senangnya, Damar ..., bersama Alexa. Sialan, si tukang penumpang sedang cosplay menjadi cewek penusuk dari belakang kah?

Terus menatap si beban kosan, Jefri menghembuskan asap rokok detik tatapan bertemu dengan Alexa. Ia ingin tahu, mimik macam apa yang akan cewek itu pasang, mustahil merasa takut atau terpergoki, itu tidak akan Jefri harapkan. Dan benar saja, Alexa justru memasang mimik santai, bak bayi suci tak punya dosa.

Jefri tersenyum kecil dibuatnya, lalu, dua anak manusia yang tadi ia tatap melangkah menghampirinya, maksudnya, meja ia bersama Randi.

"Bang!" Damar, pria itu menyapa Jefri dan Randi. "Masuk kelas bareng lah ya nanti," ujarnya mendudukan diri di samping Jefri, yang mana dilanjutkan Alexa duduk di sampingnya, membuat diri duduk di tengah-tengah antara dua anak manusia berbeda jenis kelamin itu.

"Lo abis ngedate?" tanya Randi menatap Damar sekaligus melirik Alexa dua tiga kali.

"Oh enggak, tadi ketemu aja di koridor sama Alexa, terus ngobrol bentar, langsung deh ke sini," jawab Damar ringan, sukses membuat kepala Randi mengangguk-angguk, sedang Jefri langsung menoleh, menatap Alexa yang sigap ikut menoleh menatapnya.

Mereka saling menatap tepat di belakang tubuh Damar, tentu saja jangan berharap banyak, cewek satu atap Jefri itu ..., tetaplah rivalnya.

*****

Sore tepat pukul enam Alexa sudah sampai di depan kosan Jefri, dan motor kesayangan sudah dalam genggaman, sungguh ia tak menyangka dengan alasan Jefri agar motor itu aman dalam pelukan Bagas. Dipanggil dosen? Hei, bahkan Alexa belum pernah berurusan dengan pahlawan tanpa tanda jasa itu. Walau sering terlibat tawuran, tapi, sudah pasti selalu main cantik, Alexa terlalu malas berurusan dengan petinggi di negara ini.

Tok, tok.

Mengetuk daun pintu, besar harapan Alexa ia tidak akan diusir dari sini karena insiden kebersamaannya dengan Damar tadi. Bukan apa, ia masih terlalu malas untuk pulang, dan terlalu bosan untuk ke hotel. Kosan Jefri sudah terasa sangat nyaman walau baru satu malam ia tiduri.

Menarik napas, Alexa mengulum bibir, pintu belum juga dibukakan. Sialan, masa iya Jefri baik bocah ngambekan hanya karena hal sesederhana itu?

Tok, tok!

"Jef!" panggil Alexa berteriak kecil, oh ayolah, jangan paksa cewek itu melakukan aksi barbar di sini, bisa-bisa ia diusir sebelum masuk.

Belum juga dibuka.

Dugh! Dugh!

Alexa mengubah ketukan menjadi gedoran. "Udahan lah bercandanya! Jef!"

"Mbak." Tiba-tiba ada yang menegur Alexa, itu dari pintu sebelah, dan sang pemilik yang berjenis kelamin pria dengan kacamata tebal bertengger di hidung, hanya menyembulkan kepalanya dari celah pintu. "Bang Jerfri-nya belum balik," ujar pria itu kemudian kembali masuk ke dalam kosannya.

Alexa mengerjap, sesaat terdiam dengan gerakan mengulum bibir, lalu, meneguk liur berat. Kesialan ini kenapa kembali menimpa dirinya?! Hah! Tapi tunggu, arti Jefri tidak sedang ngambek tak jelas yang berakhir tak memberikan pintu, namun, memang cowok itu belum pulang saja. Baiklah, Alexa akan menunggu, pasti menunggu! "Ck, kalo gini gue butuh nomornya," gumam Alexa membalikan tubuh, bersandar di daun pintu.

Ia hembuskan napas kasar, memang kalau dipikir-pikir, salah dia juga. Yang ia tumpangi adalah lajang bebas, mustahil sudah di kosan jam segini.

Well, satu-satunya jalan ya menunggu, hanya itu. Mau mencari nomor Jefri juga kepada siapa? Ia tak mengenal- ah! Damar!

Segera mengeluarkan ponsel dari saku celana pemilik kamar kosan di belakang tubuhnya ini, Alexa mencari nomor Damar, secroll-scroll layar ponsel, tahan, kontak di depan mata dan, langsung menghubungi.

Alexa menunggu panggilan diterima, beberapa detik berlalu, beberapa detik tidak menghasilkan apa-apa, kesialan berikutnya ada di depan mata. Damar tidak menerima panggilannya, huh! Baiklah, Alexa akan mencoba sekali lagi sebab menyerah sebelum tiga kali adalah kebodohan.

Sayang sungguh sayang, sudah panggilan kelima pun Damar tak menerima. "Ck, sok sibuk!" kesalnya beralih membuka instagram, mencari username Jefri, hanya saja tidak ia temukan, tentu karena ia pun tak tahu kira-kita username macam apa yang cowok itu gunakan.

Agak-agaknya, Alexa memang diharuskan menunggu, entah hukuman untuk dosa yang mana, Alexa hanya akan menerima tanpa mengeluh.

Detik pun bergerak, berlalu menjadi menit, menciptakan puluhan menit yang mengharuskan Alexa dari berdiri menjadi berjongkok, dari berjongkok menjadi terduduk, dan sebentar lagi, andai Jefri tak kunjung pulang, ia pastikan ia akan membaringkan tubuhnya di sini, masa bodoh dianggap gembel tak tahu diri, yang terpenting tubuhnya bisa istirahat dari kegiatan menunggu.

Hei, ini sudah pukul sembilan malam, tiga jam Alexa menunggu bang toyib yang tak pulang-pulang itu. Hingga tepat pukul setengah sebelas malam, saat ia bersiap membaringkan tubuh di atas lantai, cowok berkulit cokelat nan seksi itu pulang, memperlihatkan wajah sucinya.

"Ngapain lo? Cosplay ikan gembung rebus?" tanya Jefri sembari membuka pintu kosan.

Alexa memejamkan mata, menahan umpatan dan caci maki di ujung lidah, jangan sampai ia menyakiti burung pemilik sangkar yang ingin ia tumpangi, jangan sampai.

Tanpa menyahuti kalimat Jefri, Alexa langsung berdiri dari posisi mengenaskan. "Lo masih inget pulang ya? Pagi amat pulangnya," ujar Alexa berdiri tepat di belakang tubuh Jefri.

"Iya, ini gue mau cabut lagi. Lo cosplay jadi ikan lagi gih di sini."

"Amit-amit!" kesal Alexa sedikit mendengus.

Jefri sudah membukakan pintu kamar kosan, lantas ia membalikan tubuh menghadap Alexa. "Gue punya peraturan sebelum lo masuk ke dalam."

Dahi Alexa auto mengkerut. "Apaan?" tanyanya.

Jefri menyaku kedua tangan. "Gimana pun, lo tetep rival gue."

"Ah, masalah tadi? Ck, baperan lo, itu mah gue cuma pa-pasan sama dia."

Kepala Jefri mengangguk paham. "Mau lo pa-pasan atau janjian, gue nggak peduli, yang mau gue bilang, kita bersaing secara adil aja."

"Oke, lo mau apa? Ribet amat jadi cowok." Alexa tak menyangka ia akan bersaing dengan cowok tulen di depannya. Ternyata yang macho belum tentu lurus.

Anyway, satu tangan Jefri mengeluarkan ponselnya, dan satu lagi mengadah tepat di depan wajah Alexa. "Kemariin hp lo."

Oke, dahi Alexa kian mengkerut. Akan tetapi, ia tetap patuh, ibaratnya, manusia di depannya ini bos besar yang kalau dilawan ya dia tak punya tempat tinggal.

Segera memberikan ponsel kepada Jefri, bisa Alexa lihat cowok itu mengutak-atik ponselnya, tak berapa lama ponsel Jefri sendiri bergetar, tanda ada panggilan masuk.

"Itu nomor gue, kabarin gue kalo-kalo lo lagi berduaan sama doi."

Damn! Alexa menganga dibuatnya.

Heaven and Hell :on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang