Bagian 8 - Komedi Kehidupan

59 9 3
                                    

"Motor lo gue titipin sama si Bagas-Bagas itu, dia temen lo 'kan?" Jefri meremat bungkus nasi bekas makan dirinya, memasukkan ke dalam plastik.

"Iya," jawab Alexa singkat, masih menguyah makanannya.

"Terus, lo mau pulang jam berapa?" Jefri menjangkau botol air mineral yang tadi ia beli untuk minum mereka berdua, well, Jefri membeli ukuran besar, jadi, sebotol bagi berdua.

Alexa tidak langsung menjawab, kepalanya menoleh menatap Jefri yang meneguk minum.

"Gue boleh nginep di sini?"

"Uhuk-uhuk!" Jefri tersedak, menatap horror ke arah Alexa.

"Gue serius, gue nggak mau pulang."

Sekarang dahi Jefri mengerut, ia cukup penasaran sebenarnya apa masalah cewek ini.

"Semalem aja 'kan?" Memastikan.

"Tiga malem boleh?"

Jefri mendengus, dikasih hati mintanya jantung, itulah Alexa.

"Lo tidur di sini tiga hari, gue mau ke mana?" balas Jefri balik bertanya, menyerahkan jawaban kepada Alexa. Lantas ia merogoh saku celananya detik ponsel bergetar tanda ada notifikasi masuk.

"Di sini, bareng gue."

Sekali lagi Jefri menatap Alexa, satu alisnya menungkik yang untungnya tidak jungkir balik. Apakah dia tidak salah dengar?

"Lo gay 'kan? Homo? Buat gue itu cukup aman." Santai Alexa memasukkan suapan terakhir ke dalam mulut.

Jefri mencebik. "Kalau pun gue nggak homo, gue nggak doyan sama lo."

Alexa mengangguk-angguk. "Bagus, jadi gue boleh nginep di sini, 'kan?" tanyanya sekali lagi sambil meremat bungkus bekas nasinya.

"Lo tidur di bawah."

"Deal," sahut Alex benar-benar tidak keberatan kalau pun ia disuruh tidur di kamar mandi. Yang Alexa butuhkan ketenangan, bukan alas tidur.

"Oke, di sini lo cuma tidur, jangan sentuh barang-barang gue."

"Gampang."

Kepala Jefri mengangguk, ia fokuskan diri kepada ponselnya. "Bentar lagi gue mau pergi, lo di sini aja?"

"Iya, badan gue masih sakit."

Jefri membalas chat dari Randi, dan Alexa bangkit dari duduk dengan susah payah, ia rapikan meja kecil tempat mereka menikmati makanan, setelah itu meneguk air minum.

Mungkin sementara memang ini yang terbaik, kabur dari rasa sakit. Alexa butuh jeda, ia ingin istirahat.

"Gue berangkat, inget jangan sentuh barang gue." Jefri bangkit dari duduk, menarik jaket yang tergantung, memakainya dan menyimpan ponsel ke dalam saku celana.

Alexa hanya mengangguk, menatap kegiatan cowok berwajah rada arab di depannya.

"Jangan lupa olesin salep di pipi lo," inget Jefri sebelum melangkah menuju pintu kosan. Dalam hitungan detik suara pintu yang dibuka dan ditutup menerjang gendang telinga Alexa.

Hening. Sepi. Alexa menghembuskan napas dan itu masuk ke dalam gendang telinganya.

Kalau boleh jujur, ia tidak menyangka Jefri adalah orang yang ia pilih untuk tempat bersembunyi.

*****

Jefri hanya menghampiri Randi untuk mengambil barang pesanannya, setelah itu kembali pulang. Padahal di sana ada Damar, kesempatan emas untuk Jefri membawa cowok berkulit putih itu ke jalan neraka alias menyabotase orientasi seksualnya.

Heaven and Hell :on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang