Bagian 11 - Terasa Lebih Baik

71 7 1
                                    

"Lo yakin mau di bawah?" tanya Jefri menopang satu tangannya di pinggang, menatap Alexa yang sudah duduk di tengah-tengah karpet tahu.

"Emangnya kenapa?"

"Pernah miskin?"

Dahi Alexa mengerut. "Maksud lo apaan?"

Jefri menghela napas, ia bawa duduk dirinya di depan Alexa, tentu juga di atas karpet. "Baring lo, biar tau rasanya gimana."

Tanpa basa-basi Alexa mematuhi perintah Jefri, berbaring di atas karpet, ia selonjorkan kedua kakinya hingga naik ke atas paha Jefri yang hanya tertutupi bokser. "Enak kok," ujarnya menarik bantal kepala, menimpa dengan kepalanya.

"Enak pala lo," sahut Jefri merotasi bola mata, memilih menyingkirkan kedua kaki Alexa dari pangkuannya. "Udah naik lo sana," lanjutnya membaringkan tubuh ke atas karpet tahu, tepat di samping Alexa.

"Lo aja."

Tidak pakai kata Jefri menendang betis Alexa.

"Apa-apaan lo?!" Ngegas cewek itu.

Jefri diam, kembali mendorong betis Alexa dengan kakinya.

"Oi! Gila ya lo?!"

"Otak lo keras kayak batu."

Alexa menoleh menatap Jefri yang sudah menarik bantal dari kepalanya. "Otak lo keras kayak tai, itu kan ranjang lo, kenapa lo yang nggak mau di sana, sinting." Segera saja Alexa mendudukan diri, sudah ia katakan, kalau Jefri memaksa ya sudah pasti ia terima penuh suka cita. Jadilah ia naik ke atas ranjang, berguling lalu, memeluk guling.

"Setan," maki Jefri membenarkan bantal kepala, menarik guling.

Alexa tertawa pelan, ia pun menarik selimut menutupi tubuhnya. Jefri mengintip itu kecil, mengangguk puas melihat Alexa sudah bersiap tertidur.

Ia pun menjadikan kedua tangannya sebagai bantal, menatap langit-langit kamar. Kalau dipikir-pikir, tinggal bersama Alexa tidak buruk, Jefri mengakui itu. Walau baru tiga hari dua malam, tapi, sudah terasa bahwa Alexa mengerti ia sedang menumpang. Ya ya ya, Jefri akui juga, sesekali cewek itu juga tidak tahu diri, tapi, lebih banyak tahu dirinya.

Menarik napas, Jefri meraih ponsel dari atas nakas, ia buka lantas mulai berselancar ke sosial media, terutama Instagram.

Satu alis Jefri menungkik sesaat mendapati akun Instagram Damar membuat story, ow, haruskah ia lihat? Tentu saja!

Maka, dengan lancarnya Jefri membuka Instagram story Damar, ia lihat cowok putih itu tengah nongkrong bersama Randi dan beberapa kating, sialan, perkara memikirkan Alexa yang tidak bisa masuk ke dalam kosan, akhirnya tadi Jefri memilih pulang duluan, eh ternyata saat ia pulang, Damar malah datang.

Jefri mendengkus, ia pun menoleh menatap Alexa yang sudah tertidur. "Si anjing nggak punya rasa bersalah," gumamnya mendudukkan diri, menatap Alexa malas, kemudian, ia menumpukan tubuh dengan kedua lututnya, secepat mungkin menarikkan selimut menutupi seluruh tubuh Alexa. "Minimal mata gue nggak sakit liat mukanya," lanjut Jefri kembali membaringkan tubuh.

*****

Pagi ini Jefri dan Alexa memiliki jadwal kuliah yang sama, sama-sama pagi. Dan kini mereka sedang melakukan batu gunting kertas untuk mengundi siapa yang lebih dulu memakai ruang membuang hajat itu.

"Satu, dua, tiga!" Hitung Alexa mengeluarkan gunting, sedang Jefri mengeluarkan kertas.

"Shit!" umpat cowok itu menghembuskan napas kasar.

Alexa sendiri bersorak girang, langsung berlari kecil menuju kamar mandi, masuk yang berakhir membanting pintu sebagai bentuk ejekan untuk Jefri.

Si cowok berdecak, ambil langkah menuju dispenser, memilih membasahi tenggorokan.

Heaven and Hell :on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang