Bagian 28 - Dunia Gila

86 10 1
                                    

Kedua mata Alexa berbinar terang saat seafood tumpah pesanan mereka datang.

Jefri yang melihat itu tersenyum kecil, ternyata Alexa masuk ke dalam kategori cewek suka makan, lebih tepatnya sangat suka makanan.

"Yeay ...," sorak cewek itu sangat amat pelan, tidak mungkin didengar siapapun, akan tetapi, bisa Jefri dengar dari gerakan bibirnya, yang mana tertawa pelan lah cowok itu.

"Makasih ya, Pak," ujar Jefri tersenyum sopan untuk pelayan yang merupakan bapak-bapak.

"Sama-sama, Mas, selamat menikmati ya Mas, Mbak," balas bapak itu tersenyum manis, yang kemudian pelan-pelan meninggalkan meja Jefri bersama Alexa.

"Gas lah, kenapa cuma diliatin?" tanya cowok itu sebab Alexa hanya menatap tanpa menyentuh, bak orang linglung yang kebingungan dia siapa dia di mana.

Alexa mengangguk, mencuci tangan kanannya dengan air yang disediakan, ia pun menuang satu porsi nasi ke atas meja yang sudah dilapisi plastik oleh pihak penjual. "Lo tau tempat ini dari mana?" tanyanya berdoa dalam hati.

"Mana-mana lah, gue lupa siapa yang ngasih tau," jawab Jefri baru mau mencuci tangan.

"Asli, ini surga, Jef! Abis dari sini, kita harus nyobain semua jajanan yang bejejer di sana!" Alexa menunjuk gang berisi semua penjual jajanan, dari mulai bakso bakar hingga martabak dengan topping tebal.

"Iya, makan ini dulu, abisin," balas si cowok mengambil satu seafood yang ada, mengolesnya dengan kuah di pinggiran, lalu, menyodorkan ke depan mulut Alexa. Si cewek menerima, mengangguk puas akan apa yang ia terima.

"Enak!" katanya.

Jefri tertawa, ia sudah yakin Alexa akan menyukai makanan di sini, selera makan mereka tak terlalu jauh berbeda, dan satu lagi, Alexa tipe yang tidak terlalu pilih-pilih makanan.

Menatap cewek itu dengan senyum tipis, Jefri tidak menyangka bisa merasakan debaran hanya karena perkara menatap Alexa menelan makanan. "Kita nggak cocok diem-dieman, Lex. Lain kali lo gebukin aja gue daripada diem terus nggak pulang ke kosan."

Gerakan tangan Alexa terhenti, cewek itu menatap Jefri dengan mulut yang berhenti mengunyah.

Terlihat Jefri menarik napas, tangan kanannya meraih tangan kiri Alexa, menggenggam. "Gue bener-bener nggak pernah sekalipun berpikiran buat curangin lo, gue bener-bener murni cuma pengen tau, perasaan gue buat Damar atau buat lo. Gue pengen tau jati diri gue yang sebenernya," jeda, Jefri menghembuskan napas pelan. "Dan kemarin pagi, sumpah, Lex, gue beneran pengen ngasih tau lo tentang Damar yang tinggal satu kosan sama kita, sumpah," lanjut cowok itu menggenggam tangan Alexa lebih erat, berharap cewek itu percaya padanya.

Alexa diam, menatap Jefri dengan tatapan menelisik, adakah kebohongan di sana? Dan nihil, tidak Alexa temukan kebohongan itu. Hah ..., ia tidak tahu keahliannya ini benar atau amitaran, tapi, kalau jujur dari hati yang paling dalam, Alexa juga ragu Jefri memiliki rencana sejahat itu padanya. "Oke, gue percaya sama lo," ujar cewek itu.

Terang saja mengundang binar di mata Jefri. "Jadi ..., lo udah nggak marah sama gue 'kan?"

Alexa menggeleng pelan. "Kagak, makan lah," jawabnya melanjutkan mengunyah.

Jefri tersenyum lebar, tanpa menduga, dirinya menarik tangan kiri Alexa, mencium lembut.

Jangan heran jika cewek itu sedikit terkejut, oh, Jefri saja sedikit terkejut dengan dirinya sendiri. Ia benar-benar merasa senang dan ternyata respon diri sampai sebegitunya.

"Hkm!" Alexa berdeham, lantas perlahan ia tarik tangannya dari genggaman Jefri, bukan karena merasa marah atau sebagainya, tapi!

"Aduh, sakit, Lex," keluh Jefri.

Heaven and Hell :on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang