03

2.2K 258 13
                                    












Revisi 09-10-24











"Sekarang apa yang akan kau lakukan kedepannya?". Yerim bertanya setelah pekerjaan hari ini sudah selesai dan jam kerja mereka telah selesai. Melihat sahabat nya yang sedang melamun di ruangan nya membuat Yerim merasa kalau sebenarnya ada sesuatu yang telah terjadi pada Jennie. Sebab tidak biasanya gadis itu seperti ini.

Entah karena pernikahan yang mendadak itu, atau masalah rumah tangga yang bahkan baru berjalan dua puluh empat jam itu. Yang membuat Yerim heran, kenapa bisa orang tua Jennie mau menjodohkan anaknya?

"Melakukan apa maksudmu?" Jennie angkat bicara sambil menegakkan posisi duduknya. Menatap dalam kedua manik Yerim yang terlihat setia menunggu penjelasan dari dirinya.

"Ayolah, Jen. Menikah muda itu tidaklah gampang. Aku tau kau bukan orang yang mau berumah tangga secepat ini."

Meski pertama kali tau Yerim merasa senang, namun ia tau ada hal tersembunyi yang di alami oleh temannya ini. Meski itu hanya dugaan, tapi ternyata itu memang benar.

Jennie mengalihkan pandangan ke samping dimana sebuah lukisan bergambar bunga yang sangat cantik itu lebih membuatnya tertarik.

Ucapan Yerim tentu saja adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat ia bantah sekalipun. Menikah itu bukan hanya tentang mengucapkan janji suci dan melaksanakan nya. 

"Yang harus ku lakulan sekarang hanya menerima semuanha, Yerim. Tidak ada gunanya lagi untuk menolak dan memberontak. Aku juga sudah sah menjadi istri orang."

Yerim menghela nafas lalu mengangguk meski ia tidak rela temannya menikah karena sebuah perjodohan.

"Memangnya kau tidak menolak dari awal?"

Jennie yang mendengar itu hanya terkekeh kecut.
"Tidak ada gunanya. Sebesar apapun keinginan ku untuk menolak, semuanya tetap akan terjadi. Tidak akan ada yang berubah."

"Iya memang. Kenapa juga dunia sekejam ini ya? Kalau itu aku— maka tidak ada cara lain selain menerimanya kan? Kau menikah dengan pemuda tampan dan kaya raya. Jadi tidak banyak yang perlu kau lakukan. Hanya menyiapkan pakaian kantornya, dan memasak. Itupun jika kalian tidak menyewa maid."

"Dia menyewa lima orang maid untuk membersihkan rumah sebesar itu. Aku saja pusing dengan mereka." Ucap Jennie menghela nafas lelah ketika mengingat kedatangan mereka kemarin yang sudah disambut oleh lima orangwanita disana.

"Kau benar benar mendapat gelar istri yang tidak di izinkan melakukan apapun di rumah. Seharusnya kau bersyukur untuk itu." Sahut Yerim dengan tatapan kagumnya mendengar sosok suami Jennie yang ternyata begitu protektif.

Yerim tentu tau siapa suami Jennie. Pria tampan dan panas yang selalu ada di cerita semua wanita.

"Ck! Terserah mu saja." Jennie menganggap bahwa Yerim terlalu berlebihan.

"Btw, kau akan pulang dengan siapa?"

"Aigo— Kau sudah ingat suamimu menunggu dirumah ya?" Goda Yerim dengan kedipan mata nakalnya setelahnya terkekeh melihat Jennie yang memutar bola matanya malas.

"Aku tidak merasa mempunyai suami". Jennie berucap datar sebab tidak Terima dengan ucapan Yerim barusan. Memilih berjalan saja keluar ruangan dengan menenteng tas berukuran sedang di pundak nya.

"Oh, Jennie mobil siapa itu?" Yerim berucap ketika keduanya keluar di restoran setelah mengunci pintu restoran terlebih dahulu. Melihat satu satunya mobil sport putih yang terparkir di parkiran itu membuat atensi keduanya tertuju disana.

HOLE OF DESTRUCTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang