Dua Belas

392 23 0
                                    

"Beneran lo yang batalin pertunangannya?" tanya Gavin sambil memandang Risa yang sedang memakan makanannya dengan lahap.
"Lo tanya lagi gue lempar nih piring ke muka lo," geram Risa.

Sudah berkali-kali lelaki di depannya itu menanyakan hal yang sama kepadanya, dan hal itu membuat Risa kesal apalagi harus berkaitan dengan Atlas.

"Makanya jawab," kesal Gavin.
"Iya anjir, cerewet banget lo," jawab Risa kesal.
"Nggak mungkin, bukannya lo tergila-gila sama Atlas?" tanya Gavin.
"Lo siapa nya Atlas sih babi, kepo amat," kesal Risa.
"Gue sepupunya," jawab Gavin.
"Lo pasti bohong kan, gak mungkin lo yang batalin pertunangannya lo kan tergila-gila sama sepupu gue," kata Gavin.
"Itu dulu, sekarang mah ogah gue sama tuh cowok," balas Risa malas.

Gavin terdiam, Risa yang ia lihat saat ini tidak sama dengan Risa yang slalu Atlas ceritakan kepadanya. Risa yang Atlas ceritakan adalah gadis bodoh tidak punya bakat yang slalu mengejarnya seperti orang gila, sedangkan Risa yang ia lihat saat ini adalah sebuah kebalikan dari semua itu. Dilihat dari manapun Risa adalah gadis yang sangat berbakat dan pintar dalam bermusik.

Risa melihat jam di handphone nya, lalu dia langsung meminum minumannya sampai habis. Dia berdiri dan merapikan bajunya yang kusut.

"Gue lagi buru-buru, bilangan ke Bang Chandra, makasih gitu," kata Risa lalu berjalan keluar dari cafe dengan cepat.

Tepat di belokan trotoar, Risa tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sebelah tangannya di gips.

"Maaf, maaf gue lagi buru-buru," kata Risa tanpa melihat wajah lelaki itu.

Dia kembali melangkah dengan cepat menuju apartment nya, namun dia refleks berhenti dan menoleh ke belakang tempat dia menabrak lelaki tadi.

"Kok gak asing ya? Paling cuman perasaan gue aja," kata Risa ketika melihat punggung lelaki yang ditabraknya itu berjalan menjauh.

Sedangkan disisi lain, lelaki yang Risa tabrak tadi terburu-buru memasuki cafe tempat Risa tampil menjadi drummer pengganti.

"Bang Chandra maafin gue ya, gara-gara gue pengisi acara di cafe lo jadi kosong," kata lelaki itu ketika memasuki ruangan manager cafe tersebut.
"Ngomong apa dah lu, band lu tampil tadi bareng drummer pengganti," balas Chandra sambil melihat lelaki itu.
"Beneran lu bang?" tanya lelaki itu.
"Emang muka gue keliatan bohong?" tanya balik Chandra.

Lelaki itu melihat wajah Chandra yang tidak sekalipun nampak tanda-tanda berbohong.

"Sayang banget lo gak ngeliat penampilan drummer pengganti lo, keren banget penampilan dia, mana cewek lagi," kata Chandra.
"Sekeren itu bang?" tanya lelaki itu.
"Banget, apalagi dia juga nyanyiin satu lagu pake gitar, beuh kacau pokoknya," jawab Chandra.

Lelaki itu terdiam dan merasa penasaran dengan drummer pengganti nya, sebab baru kali ini dia melihat Chandra seantusias itu dengan bakat seseorang.

.
.
.
.
.

"Buset muka lo kenapa bonyok gitu?" kaget seorang lelaki berjaket hitam ketika melihat Atlas masuk ke dalam markas itu.
"Gara gara bokap," balas Atlas sambil duduk di sofa samping lelaki itu.
"Emang lu ngapain sampe kena sama amuk bokap lo?" tanya lelaki berambut pirang yang berada di situ.

Atlas terdiam sejenak sebelum dia kembali membuka mulutnya ingin menjawab pertanyaan temannya itu.

"Wadidaw, lu berdua kenapa bonyok juga?" tanya lelaki yang berjaket hitam tadi.
"Gara-gara Risa ngadu ke bokap sama nyokap, gue sama Oliver jadi kayak gini," jawab Sebastian sambil duduk di samping lelaki berambut pirang.

"Jangan bilang lu juga gitu gara gara Risa?" tanya lelaki yang memakai baju merah.

Atlas terdiam dan menghembuskan napasnya kasar sebelum dia mengangguk mengiyakan pertanyaan temannya itu.

"Emang Risa ngadu apaan sampe bisa bikin kalian bonyok begitu?" tanya lelaki berambut pirang.
"Pasti ngaduin kelakuan kalian yang selalu nyiksa dia cuma gara gara demi ngebela Hailey?" tebak lelaki berbaju hitam.

Atlas hanya mengangguk, dan itu membuat semua temannya yang ada di situ meringis ngeri membayangkan siksaan seperti apa yang sudah mereka bertiga terima akibat hal itu. Mereka semua tahu betapa istimewanya Risa di mata kedua keluarga itu, bahkan dari kecil gadis itu slalu disayang dan dimanjakan, tak pernah sekalipun kedua keluarga itu memarahi dan membentak Risa apalagi sampai membuat Risa menangis, bisa dibilang Risa adalah anak kesayangan dua keluarga tersebut. Tidak bisa mereka bayangkan siksaan apa yang telah diterima oleh Atlas, Sebastian, dan Oliver akibat telah menyakiti anak kesayangan kedua keluarga tersebut.

"Lo sih ngadi-ngadi, udah gue peringatin juga jangan main-main sama Risa," kata lelaki yang memakai baju hitam.
"Diem dah Dev, lu gak kasian liat temen lu bonyok begitu?" tanya lelaki yang berambut pirang.
"Gimana ya Ky, gue malah lebih kasian sama Risa daripada mereka bertiga," balas Devan.

"Gue sampe lupa mau ngasih tau sesuatu, gara-gara postingan lambe turah sekolah Hailey tadi kena bully satu sekolahan," celetuk lelaki berjaket hitam.
"Miris banget gue ngeliat penampilan dia tadi siang," timpal lelaki berbaju biru.

"Untung gue sama Sean langsung nyembunyiin dia di markas kita yang ada di sekolah," kata lelaki berjaket hitam.
"Mending besok kalian sekolah aja deh, takutnya Hailey dibully lagi sama satu sekolahan," kata Sean yang merupakan lelaki berbaju biru.

"Awas aja besok gue pastiin Risa bakal nyesel udah ngaduin gue ke bokap," kata Sebastian sambil mengepalkan tangannya.
"Lo gak sadar-sadar juga Seb?" tanya lelaki berbaju merah yang lelah melihat tingkah Sebastian.
"Maksud lo?" tanya balik Sebastian.
"Mau sampe kapan lo nyiksa Risa? Gak kasian lo sama adik kandung lo sendiri?" tanya lelaki berbaju merah.
"Gak, gue sama sekali gak kasian sama pembully kayak dia," balas Sebastian.
"Lo juga pembully Seb, lo kira Risa berubah kaya gitu gara-gara siapa? Gara-gara kalian bertiga. Seharusnya kalian malu sama perbuatan kalian selama ini ke Risa," kata lelaki itu.
"Gue setuju sama perkataan Bimo," timpal laki-laki yang berjaket hitam.
"Adam aja setuju sama gue," kata Bimo.

"Kalo aja gue gak kasihan sama Hailey mungkin dia udah gue biarin aja di bully sama satu sekolahan," kata Adam membuat Atlas marah.
"Jadi lo gak ikhlas nolongin pacar gue?!" marah Atlas.
"Mau dibilang gak ikhlas tapi udah terlanjur gue tolongin," balas Adam membuat Atlas semakin marah.
"Udah woy, cuma gara-gara Hailey doang kalian berdua sampe ribut kayak gitu," lerai Ricky.
"Gue cabut dulu, pikirin tuh baik-baik perkataan Bimo tadi, jangan slalu merasa yang paling bener," kata Adam lalu berjalan keluar dari markas.
"Gue juga cabut dulu," kata Bimo sambil berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari markas.

When The Antagonist Wants To Live In PeaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang