Enam belas

428 21 1
                                    

New Character Unlock
(Abraham Rome)

*٬  ۫  ֢ ᛃ   ࣪˖    Chapter 16  ٬  ۫  ֢  ᛃ   ࣪˖*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*٬  ۫  ֢ ᛃ   ࣪˖    Chapter 16  ٬  ۫  ֢  ᛃ   ࣪˖*

"Lo tau gak?" tanya seorang siswi berambut pendek yang sedang mengoleskan liptint ke bibirnya di depan kaca kamar mandi.
"Apa?" tanya siswi yang berada di sebelahnya yang sedang merapikan make up nya.

"Gue tadi liat tweet-an nya AVS.news dan disitu ada foto perkenalan nya Risa," kata siswi berambut pendek itu.
"Hah? Gimana Sen?" tanya siswi yang dia ajak bicara.
"Coba lo liat sendiri aja dah Zev," kata Sena sambil memberikan smartphone ke temannya itu.

Gadis itu langsung membuka aplikasi Twitter dan melihat akun AVS.news dan membaca tweet-an terbaru dari akun tersebut.

"Ini gue gak salah baca?" tanya Zeva sambil menatap ke arah Sena.
"Kaget kan lo? Sama gue juga," kata Sena.

"Jadi dia pindah sekolah?" tanya Zeva.
"Iya, pantes gue nggak ngeliat Risa hari ini ternyata udah pindah sekolah dia," jawab Sena.

"Bagus deh dia pindah sekolah, kasian gue ngeliat dia dibully sama budaknya Hailey," lanjut Sena yang langsung diiyakan oleh Zeva.

"Stt... Udah jangan gosipin si uler itu, nanti kita jadi korban selanjutnya lagi, hih kan serem tiba-tiba dibully sama budak-budak nya," kata Zeva.
"bener juga lo, udah cepetan selesain touch up nya," balas Sena.

Mereka tidak tau saja kalau sedari tadi ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka berdua dari dalam bilik kamar toilet yang paling ujung.

.
.
.
.
.

"Oh jadi lo sekarang jadi pengkhianat sekolah ya," kata Sebastian sambil manarik tangan Risa yang baru saja melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah.

"Ngapain lo disini?! Belom kapok lo dihukum sama papa?" tanya Risa sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Sebastian dari lengannya.

"Setelah pindah ternyata lo masih nyuruh para antek-antek lo buat bully Hailey, gak tobat-tobat lo ya," marah Sebastian.

"Apasih, lo gak usah seenaknya fitnah gue cuma buat ngebully gue lagi ya bangsat," kesal Risa balik.

"Masih gak ngaku lo sialan?!" teriak Sebastian.
"Gue gak tau apa-apa bangsat!" teriak balik Risa.

Sekarang mereka sudah menjadi tontonan para murid AVS High School.

'PLAK'

Sebastian menampar pipi Risa hingga gadis itu terjatuh ke tanah dengan keras karena kesal dengan sikap adiknya itu yang berubah menjadi tidak sopan kepadanya.

"Anjing lo!" teriak Risa lalu berdiri.

"Lo pikir lo siapa hah sampe berani nampar gue? Mungkin dulu gue mentolerir tindakan lo karena gue masih nganggep lo kakak gue. Tapi sekarang, lo bukan lagi kakak gue, lo cuma orang asing yang dengan beraninya main tangan sama gue, lo pikir gue bakal diam aja sama kayak dulu?! Nggak tolol," kata Risa sambil menujuk muka Sebastian dengan muka memerah.

"Bubar semuanya!" perintah Edward yang berjalan mendekati kerumunan itu dengan Anneliese yang mengekorinya.

Setelah melihat perkelahian antara Risa dan Sebastian, gadis itu langsung berlari menuju ruang kepala sekolah untuk melaporkan kejadian itu karena dia takut akan terjadi apa-apa dengan Risa.

Setelah kerumunan itu bubar, Edward langsung berjalan menuju Sebastian dengan muka yang merah padam dan langsung menonjok nya.

"Kamu apain lagi keponakan saya?!" marah Edward.

Dia menatap ke arah Risa dan menemukan bekas tamparan di pipi gadis itu yang langsung membuatnya menampar Sebastian tepat di pipi yang sama dengan tempat tamparan di pipi Risa berada.

"Lancang kamu datang kesini hanya untuk kembali menyakiti keponakan saya, memangnya kamu siapa?" tanya Edward.

"Saya kakaknya," balas Sebastian membuat Edward tertawa.

"Pakai otak kecilmu itu, meski kalian masih memiliki hubungan sedarah tapi Risa bukanlah lagi adikmu, dia hanya anak dari Karin dan Killian dan bukan lagi saudara kandung dari kedua anak laki-laki mereka," kata Edward.

"Sekarang pergi dari sini! Jangan berani-berani lagi muncul dihadapan Risa!" bentak Edward membuat Sebastian mengepalkan tangannya dan terpaksa pergi dari situ.

Sebelum mengendarai motor nya Sebastian menatap ke arah Risa yang dibalas dengan jari tengah oleh gadis itu.

"Kamu gak papa?" tanya Edward khawatir.
"Gak papa sih Om, cuma pipi Risa aja yang sakit kena tampar tadi," balas Risa.

"Gak bisa dibiarin emang anak itu, bakal Om aduin anak itu ke ayah kamu," kata Edward.

"Makasih ya Anneliese udah lapor masalah ini sama saya," lanjut Edward sambil melihat ke arah Anneliese.

"Sama-sama pak," balas Anneliese sambil tersenyum.
"Ayo Om anter kamu pulang," kata Edward sambil merangkul pundak Risa.

"Makasih Om," kata Risa.
"Duluan ya Ann, " lanjut Risa sambil melambaikan tangannya ke Anneliese.

Edwards mengantarkan Risa pulang menggunakan mobilnya, namun sebelum itu dia mampir di toko swalayan untuk membelikan keponakan kesayangannya itu cemilan.

"Turun dulu kita beli camilan buat stok nyemil kamu," kata Edward lalu keluar dari mobil setelah memarkirkannya.

"Gak usah repot-repot om," balas Risa.
"Gapapa, sekali-kali nyenengin keponakan," balas Edward.

"Kamu langsung pilih aja mau beli apa, om tunggu di dekat kasir," lanjutnya membuat Risa mau tak mau menerima kebaikan om nya itu dengan hati senang.

"Okay om," jawab Risa lalu berjalan menuju ke arah kulkas dimana terdapat sebuah minuman rasa susu coklat pisang di rak paling bawah.

Dia berjongkok sambil memilih-milih kemasan yang mana yang menurutnya memiliki isi paling banyak. Setelah selesai memilih dia langsung berdiri dari jongkok nya namun kepalanya terantuk tangan sesorang di belakangnya yang sedang meraih minuman di kulkas yang sama.

"Awh," aduh Risa sambil mengelus kepalanya yang terantuk itu.
"Maaf, lo gapapa?" tanya orang itu yang merupakan seorang lelaki.

Risa berbalik dan berniat untuk memarahinya namun saat melihat tampang lelaki itu dia langsung membeku di tempat.

"L-lio?" kata Risa tanpa sadar diikuti dengan satu tetes air matanya yang jatuh meluncur ke pipinya yang tirus itu.

Ingin rasanya dia menerjang lelaki di depannya ini dengan pelukan namun tubuhnya tidak bisa ia gerakkan saking kagetnya dengan situasi yang dia alami ini.

"Apa?" tanya lelaki itu ketika dia mendengar Risa memanggil dia dengan sebutan 'Lio' dan hal itu membuat Risa langsung sadar dan dengan cepat menghapus air matanya menggunakan lengan seragam sekolahnya.

"Ah maaf, gue gak papa kok," balas Risa.
"Yakin?" tanya lelaki itu.
"1000% yakin," balas Risa sambil tersenyum.
"Kalo gitu gue duluan, sekali lagi maaf untuk yang tadi, " ucap lelaki itu.
"Iya gapapa," balas Risa.

Baru saja dia ingin melangkahkan kakinya pergi darisitu namun Risa yang tiba-tiba memegang lengannya membuat dia langsung menatap gadis itu dengan pandangan bertanya.

"Nama lo siapa?" tanya Risa membuat lelaki itu terdiam sejenak.
"Abraham, panggil aja Abra," jawab lelaki itu.
"Gue Risa," balas Risa.

"Kalo udah bisa lepasin tangan lo dari gue? gue lagi buru-buru," kata Abra membuat Risa langsung melepaskan tangannya dengan terburu-buru karena malu.

"Maaf," ucap Risa.
"Hm," balas Abra lalu pergi menjauhi Risa.
"Semoga kita bisa ketemu lagi Abra," ucapnya sambil menatap kepergian Abra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When The Antagonist Wants To Live In PeaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang