PROLOG

12.9K 485 87
                                    

"Bagaimana para saksi? SAH?!"

"SAH!"

"Alhamdulillah...."

Nara mendekati sang kakak pertama kemudian berbisik. "Buatin aku keponakan yang banyak ya kak."

"Kalo bisa 5 cewek, 5 cowok biar rumah Mami makin rame."

"Malam ini mau tembak-tembakan ya kak? Semoga tepat sasaran deh." Sahut Elang sambil cengengesan. "Biar cepet melendung."

"Tembak apa kak?" Tanya Tsabita. Bocah polos yang masih berusia 5 tahun.

Buru-buru Nara menggendong Tsabita dan membawanya pergi dari area percakapan orang dewasa.

Keenan menghela nafas gundah. Ia tak bisa benar-benar meyakinkan diri sendiri untuk berhadapan langsung dengan istrinya nanti. Apa yang harus ia ucapkan pada saat malam pertama?

"Lho, Nan kok kamu masih disini? Gak ke kamar istri kamu?" Tanya Mami Ranti.

Keenan menggeleng kepala pelan.

"Kenapa? Mungkin aja dia udah bangun, coba kamu samperin gih ke kamar rawatnya. Mungkin aja Kamila nunggu kamu. Oiya, bilang juga sama dia kalau malam ini mami sama papi belum bisa nginap dirumah sakit. Tsabita mulai rewel, takutnya ngeganggu Kamila. Bilangin maaf ya? Mami pergi dulu." Wanita paruh baya menepuk pundak putra sulungnya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan aula rumah sakit tempat Keenan melangsungkan ijab kabul untuk Kamila, gadis yang baru sadar dari masa koma nya.

'Apakah benar Kamila menunggunya?'

Keenan tak yakin, pasalnya ini adalah pertemuan pertama kali ia dan istrinya semasa hidup. Kamila terpaksa dijodohkan dengan Keenan, seorang putra pertama dari keluarga kaya raya yang baru saja bangkrut.

Sambutan apa yang akan Kamila berikan pada Keenan nanti?

Pelukan?

Ungkapan sayang?

Atau bahkan ciuman?

Keenan tersenyum sendiri membayangkan hal itu jika Kamila benar-benar melakukannya.

Ting!

Bunyi suara lift yang telah terbuka dilantai 25. Keenan menenteng jas hitam yang sedari tadi melekat indah pada tubuhnya. Ia berjalan dengan cepat menuju ke arah ruangan tempat Kamila dirawat selama satu tahun belakang. Senyum manis terus bersinar dari wajah tampan Keenan.

Clik. Pintu ruangan terbuka dan Keenan langsung melangkahkan kaki untuk masuk.

PLAK!

"Pembawa sial!" Kata Kamila padanya.

Keenan menatap tak percaya pada seorang perempuan didepannya. Mata Kamila memerah marah, bibirnya bergetar, tangannya terus memukuli dada bidang Keenan.

"KENAPA HARUS KAMU YANG NIKAHIN AKU?!"

"KENAPA HARUS KAMU YANG MASUK KE KEHIDUPAN AKU?!"

"KENAPA AKU HARUS KOMA? KENAPA GAK MATI AJA?!"

"Kamila sadar, istighfar..." Keenan mencoba menggapai tangan Kamila yang terus meronta memukuli dada, pundak, wajah sampai kepala Keenan.

"APA SURUH ORANG SADAR? KAMU YANG GAK SADAR DIRI DATANG KE HIDUP ORANG LAIN TERUS NIKAHIN GITU AJA TANPA MIKIR AKU TERTEKAN ATAU GAK! AKU GAK SUDI DINIKAHIN KAMU! AKU GAK MAU!!!"

"Aku salah apa, Kamila?" Tanya Keenan terdengar lirih.

"Salah kamu adalah hidup. Kenapa kamu harus hidup?" Tatapan Kamila penuh rasa kecewa.

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang