6. | KESEMPATAN DALAM PERTOLONGAN

5.6K 410 72
                                    

Begitu pintu kamar kost dibuka, mata Kamila sontak membulat lebar atas keterkejutannya mendapati seseorang.

"Kamu kok disini?"

"Ngapain? Tau dari mana alamat kost aku?"

"Gak sia-sia aku muterin gang ini sedari dua jam setengah tadi." Ucap Novan sambil merekahkan senyumannya.

"Mas Novan ngapain kesini? Maksud aku—emang ada keperluan mendesak apa sampe nyamperin langsung?"

"Aku kangen kamu." Pria itu tersenyum sambil melanglah kedepan mendekati Kamila. Jantung Kamila semalin was-was ditambah perasaan tak enak melanda batinnya.

"Boleh aku masuk? Aku bawain sarapan juga buat kamu. Belum masak kan?"

Kamila ingin sekali menggeleng kepala dan memintanya untuk pergi. Namun sayang, semua itu terhalang oleh pemikiran iba pada Nocan yang sudah membela-belakan waktu 2 jam nya untuk mencari kost Kamila.

"Yaudah deh,"

"Mau dibikinin apa mas? Cuman ada air putih sama teh."

"Apa aja kalau kamu yang bikin, aku mau." Novan menduduki lantai dingin sebelah lemari Kamila berada.

Wajah kikuk Kamila tak bisa dikondisikan. Ia berlalu keluar kamar untuk berjalan menuju dapur yang berada tepat didalam rumah ibu pemilik kost. Alasan Kamila setiap menolak Novan selalu tepat, Novan adalah tipe lelaki yang tak bisa berhubungan jarak jauh jika sudah mengetahui tempat tinggal sang kekasih.

Novan akan selalu menemui kekasihnya tanpa memperdulikan waktu dan kerjaan. Sedangkan bagi Kamila, gadis itu terlalu risih jika harus bertemu setiap saat sekalipun pertemuan itu dilakukan oleh kekasihnya. Maka demikian ia memilih untuk mencari berbagai macam cara untuk menolak Novan dengan alasan logis dan kritis.

"Disini tinggal sendiri Mil?" Tanya Novan sesat Kamila tiba membawakannya kopi yang dibeli dadakan dari warung ibu kost.

"Iya."

"Tempat kerja kamu jauh apa dekat?"

"Iya."

"Iya apa?"

"Gak jauh, gak dekat juga."

"Disana punya teman?"

"Iya."

Novan tertawa pelan. "Kamu kok ditanya jawabannya itu mulu. Yang lain dong, masa Mas dateng cuman ngangguk, senyum, iya-iya doang."

"Mas Novan gak kerja?" Sebenarnya Kamila begitu sungkan jika harus berlamaan dengan mantan kakak kelasnya dulu.

"Aku cuti."

"Cuti?" Sebelah alis Kamila terangkat. "Nyari kerja jaman sekaramg tuh susah lho, Mas. Tapi Mas malah milih cuti sih ketimbang nikmatin kekosongan gini?"

"Bukan aku yang minta cuti tapi pemimpin perusahaannya emang lagi ngadain penguluran waktu buat produk lama. Mangkannya para karyawan lama diliburin dulu dan digantikan karyawan baru."

"Lagian kosong gimana? Orang aku ditemenin kamu disini." Senyuman Novan kali ini nampak lain sembari bangkit dari duduknya.

Ia mendekati Kamila yang berada diambang pintu kamar mandi.

Dengan pacuan jantung lebih cepat dari biasanya, Kamila melengos cepat untuk menghindari kontak fisik dengan Novan. "Mas Novan mau ke kamar mandi aku? Kebetulan toiletnya lagi mampet, jam segini juga airnya kecil mending ke toilet umum aja atau gak pake toilet dimasjid."

"Nggak."

"Aku mau kerja, terserah Mas Novan mau kemana aja asal.. bisa nggak jangan dikostan aku?" Ucap Kamila sambil merendahkan suaranya. Ia melirik ke kanan dan kiri diluar kamar kost. "Takut dikira maling."

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang