8. | DON'T LEAVE

4.9K 421 152
                                    

"Kalau aja karyawan lain yang tampar saya kayak tadi, udah saya pastikan dia gak kerja lagi dikantor."

"Andai aja karyawan itu adalah saya." Celetuk Kamila yang berada dibalkon.

"Kamu?" Keenan mengeluarkan senyuman smirknya. "Jangan harap."

"Jangan harap apaan?"

"Keluar."

"Keluar dari mana?"

"Jeratan saya."

Kamila jengah mendengar suara milik bosnya hingga ia harus membalikan badan dan melihat sendiri suara berat milik Keenan.

Deg. Debar jantungnya memacu, tepat kala Kamila usai membalikan badan ia langsung dihadapan sebidang dada besar berbentuk berwarna putih seolah siap untuk dilahap Kamila dipagi hari.

Buliran tetesan air dari atas rambut Keenan yang basah mengaliri pelipis, wajah, leher, sampai pada pergelangan tangannya yang berurat dan kekar cukup memperdaya Kamila untuk tak berhenti menatap. Liat ginian aja udah kenyang gue.

"Suka?"

Kamila tak memberi komentar apapun selagi pandangannya kian lurus pada dada bidang Keenan.

"Mau dibungkus?" Goda Keenan.

Kamila masih tetap tak menggubris.

"Boleh," ibu jari dan jari telunjuk Keenan sengaja mengapit hidung Kamila berupaya membangunkan lamunan gadis itu. "Tapi nanti malam."

Kamila tersadar. "Nanti malam kenapa pak? Gak bisa sekarang aja?"

Kedua alis Keenan mengkerut aneh. Bingung serta terkejut. "Tidak usah terlalu terburu-buru, kita masih memiliki waktu panjang agar kamu menikmatinya." Satu mata Keenan mengedip nakal, menggoda Kamila.

"Lah maksud bapak kita rapat sama client nya nanti malam? Buat apa waktu panjang pak? Orang kerjaan kok dibawa nikmat?" Timbal Kamila diluar dugaan.

"Pak jawab dong nikmat apanya? Gausah terlalu terburu-buru gimana? Orang client bapa-"

"Seasing itu saya dimata kamu?" Tanya Keenan tiba-tiba.

Dahi Kamila menyeryit tak mengerti.

"Sampai setiap kali kita berada diluar kantor.. kamu masih aja anggap saya adalah bos kamu?"

"Ya emang pak Keenan bos saya, seorang Direktur utama diperusahaan hehe." Gadis itu menyengir kikuk, sambil menggaruk lengan satungnya yang tak gatal.

Keenan menghembuskan nafas beratnya, lalu berkata. "Gimana kalau kita buat perjanjian?"

"Janji gimana?"

"Saya paling gak suka dipanggil bapak sama karyawan baru kayak kamu."

"Kalau dipanggil om berarti bol-"

"Nggak!" Tegas Keenan.

Kamila mengulum bibirnya.

"Saya bakal berkenan kalo karyawan seperti kamu memanggil saya langsung nama."

Sepapar ucapan dari Keenan sontak membuat Kamila menggeleng kepala. "Saya gak mau. Ntar apa kata orang kalau karyawan biasa kayak saya manggil atasannya pake nama."

"Saya sudah bilang, apabila diluar kantor."

"Mau diluar negeri sekalipun tetap gak etis kalau bawahannya manggil atasan pake sebutan nama doang." Kamila menatap Keenan. "Maaf, buat permintaan kali ini gak bisa. Apalagi notabe saya sebagai pekerja baru, bisa habis kali kalo saya dibullying dikantor."

"Siapa yang berani bully kamu?"

"Ya anak-anak kantor lah, pasti ada aja yang bakal ngomongin saya."

Keenan meraih tangan Kamila lalu ia genggam. "Bilang sama saya siapa orang yang ngebully kamu."

Sedikit perasaan hangat menghampiri Kamila disaat sosok perhatian Keenan dulu saat menjadi suaminya ternyata tak pernah pudar hingga saat ini. Namun, Kamila lebih memilih melepaskan genggaman tangannya.

"Apa semua pekerja oembantu perusahaan bakal diperilakukan gini sama pak Keenan?"

"Maksud kamu?"

"Dilindungi, dibuat aman, dibikin nyaman."

Keenan menggeleng kepala.

"Oh, terus itu ngasih perhatian berlebih ke saya maksudnya apa?"

"Sedari tadi aku bolak-balik memutar semua tentang kita apa masih kurang kamu mengerti?" Suara Keenan terdengar frustasi. Panggilannya bahkan telah berganti menjadi aku pada Kamila yang tak mau mengikuti alurnya.

"Tentang kita? Emang pernah ada?"

"Pernah."

"Kapan?"

"Tiga tahun lalu saat kita jadi suami istri dalam 1 tahun penuh dibawah atap yang sama." Cecer Keenan pada Kamila.

"Oh, gak inget." Tolak Kamila mentah-mentah.

Keenan mengangguk mengerti. Ia bahkan terkekeh sejenak. "Karna kamu gak pernah nganggep pernikahan kita dulu itu ada, kan?"

Kamila tertegun.

"Apa sampai sekarang..."

Wajah Kamila mulai memanas, disudut pelupuk matanya bulai mengeluarkan buliran air mata.

"Sampai sekarang kamu gak pernah nganggep kehadiran aku?" Suara Keenan terdengar lirih.

"....sedikit pun?" Nafas pria itu terengah.

Keenan tak bisa lagi menahan segala rasa penasarannya akan perasaan sesosok yang selama ini masih ia berada dimalam-malam penantiannya. Apakah kesalahan Keenan saat mengharapkan Kamila kembali? Mendekapnya, memeluknya, menggenggam tangannya dan membawa Keenan pada dunia gadis itu. Apakah Keenan salah? Saat ia menaruh berjuta ribu rasa sayang pada seorang gadis yang selalu melukai denyut nadinya saat Kamila terus menolaknya.

"Oke."

Air mata Kamila berjatuhan tepat saat Keenan melangkah mundur. "I'am done."

"I won't bother you anymore."

Keenan berbalik badan kemudian berjalan meninggalkan Kamila.

Tak kuasa menahan buliran air mata yang sudah basah berada dipipinya, Kamila berjalan cepat mengejar sang Tuan. Tepat berada didalam ruangan kamar, Kamila melingkarkan kedua tangannya, memeluk Keenan dari belakang. "Jangan.."

"....pergi."

—KALI KEDUA—

Next kapan besti?

Banyakin adegan bucin atau konflik?

Spoiler? HANYA ADA DI INSTAGRAM, WAJIB DI FOLLOW!
@_avocadomatchawp
& @hai_syahh

Spoiler? HANYA ADA DI INSTAGRAM, WAJIB DI FOLLOW!@_avocadomatchawp& @hai_syahh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang