11. TERLENA

4.2K 287 60
                                    

"Makannya pelan-pelan aja."

"Harus cepet. Habis ini ada dua client yang mau bertemu anda, Tuan." Ujar Kamila.

"Ini kali ke 763 kalinya saya peringatkan padamu buat jangan memanggil saya seperti itu kalau kita lagi berdua."

"Gak mau! Gak bisa." Kamila terus menyanggah.

"Bukannya kita sudah berjanji? Kamu lho yang mengiyakan apapun permintaan saya termasuk memanggil saya dengan sebutan nama saja." Tatapan Keenan mulai nampak intens padanya seorang.

"Rasanya asing," Kamila meletakan kedua alat makannya dibarengi oleh raut wajah yang mulai perlahan berubah.

Keenan meraih tangan Kamila untuk ia genggam. Tak lupa dengan usapan lembut yang pria itu berikan. "Saya bisa menunggu."

Kamila tak menjawab. Ia hanyaa melanjutkan acara makannya sampai selesai. Tak jarang pula Keenan mengelap sisa-sisa makanan yang berada disisi bibir Kamila menggunakan tissu.

Kamila sama sekali tak menggubris hal itu, ia sendiri mulai terbiasa dengan perilaku manis Keenan lainnya pada perempuan itu. Untungnya lagi, Keenan hanya melakukan perhatian-perhatian sayang itu disaat mereka diluar kantor. Atau lebih tepatnya ketika mereka jauh dari sekeliling karyawan kantor.

Terlebih lagi seperti saat ini. Keenan sengaja memesan ruang makan pribadi yang disediakan oleh restoran ternama. Jadi didalam ruang makan yang sangat romantis disana hanya menampilkan Keenan dan Kamila.

"Ada kejanggalan yang saya  temui dari kerja sama antar perusahaan Jione dengan Hegerd.

"Bisnis yang minggu lalu kamu minta ke saya buat diberhentikan?"

Kamila mengangguk. Ia bangkit dari tempat duduknya untuk mendekat disamping Keenan sambil memperlihatkan informasi yang telah didapatnya dari dalam iPad.

"Mereka selalu memakai uang negara tanpa adanya persetujuan dari pihak perusahaan."

"Maksud kamu mereka ilegal?"

"Iya! Tepat kayak gitu."

Keenan menaikan sebelah alisnya. "Masa sih?" Tanyanya seolah tak percaya.

"Seriusan bener! Data yang saya kasih ini gak sembarang diambil dari sumber abal-abal. Tuan Keenan lihat aja deh, tertulis dari www.xeronibangsa."

"Biasanya ini aktual. Dan lagi, founder penerbitan beritanya sendiri adalah teman Tuan."

"Saya masih tidak bisa mempercayai kamu." Keenan melibatkan kedua tangannya didepan dada dengan pandangan ke arah lain.

Kamila sedikit terkejut.

"Sebelum kamu mau berkata santai dengan saya. Baru setelah itu.. saya bisa mempertimbangkan kerjasama antar-"

"Yaudah deh serah lo. Jadi gini Keenan.. gue gak mau kerja sama perusahaan lo sama perusahaan J&H tetep berlangsung." Ceplos Kamila sontak membuat Keenan terpaku.

Pria itu terkekeh pelan. Ia menggeleng kepalanya sambil bertanya. "Kamu mau bersikap tidak sopan sama saya?

"Lah. Tadi dipanggil 'Tuan' gak mau, sekarang dipanggil 'lo' juga tete gak mau."

"Aku-kamu. Simple kan?

"Keenan, aku rasa keputusan tepat yang harus kamu lakuin sekarang adalah menghentikan saluran investasi buat perusahaan Jione dan Hegerd." Akhirnya Kamila bisa bernafas lega kala melihat direkturnya mulai menerima argumennya.

"Benarkah?"

"Ya. Dan perusahaan kamu nggak akan rugi kalau memutuss kerjasama buat J&H. Atasan mereka sempat kena tahan dinegara masing-masing selama 10 tahun silam."

Keenan tertarik akan obrolan yang dibawa Kamila dini hari. Pria itu mengundurkan kursi lalu menjauhi Kamila. Ia berjalan lalu di sofa dekat jendela.

Tatapan Kamila membulat saat jari jemari Keenan mulai melepaskan kancing-kancing bajunya sembari terus menatap lurus ke arah Kamila.

"Apa yang bisa kamu lakukan untuk meyakinkanku?"

"Aku bisa apapun." Pantang Kamila tegas. Ia bahkan telah memberanikan dirinya untuk mendekati Keenan disinggah sananya.

Kamila menunjukan wajahnya sambil menangkap tangan Keenan yang masih melepaskan kancing kemejanya.

"Bahkan tanpa kamu bersusah payah melepaskan baju."

Ingin rasanya detik itu jugaa ia melahap Kamila yang terlihat begitu manis di hadapannya namun Keenan tahan.

"Atau akau lebih baik tidak usah mengenakan pakaian?" Tanya Keenan yang langsung dijawab oleh anggukan dari Kamila.

"Jauh lebih baik." Kata Kamila.

"Really?"

"Sure. Ditambah lagi kalau kamu melakukan itu didepan aku."

Nafas Keenan tercekat. Kamila berhasil membuatnya salah tingkah dengan jantung yang berdebar-debar. "Kamila kalau kamu tidak berhenti, aku akan kelewatan batas."

Tangan Kamila yang sedari tadi melepaskan kancing Keenan pun kini akhirnya terhenti. Ia tatap wajah sang Direktur dari keadaan sedekat ini jauh nampak lebih menggemaskan. Keenan terlihat merona dengan tatapan satunya pada Kamila membuat gadis itu sedikit terlena.

"Aku menunggu itu." Balas Kamila.

—KALI KEDUUA—

Siap buat ada orang ketiga atau jangan?

Besok lanjut?

Sebelum ceritanya dibuat mode private, cepat follow instagram Keenan Kamila terlebih dulu!
@avocadomatchawp

Kali KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang