Anak baru, incaran sang ketua

200 17 40
                                    

HAII READERS!GIMANA KABAR KALIAN?BAIK LAH YA,MAU TAU KELANJUTAN CERITA INI?LANGSUNG AJA KEBAWAH!POKONYA WAJIB NGEVOTE HEHE:b.....

Don't stay in a haram relationship with the intention of making it halal someday. Who promised you tomorrow? - Dr. Bilal Philips.

11 MIPA1.

Suasana di dalam kelas itu tampak hening dan sunyi, hanya menampilkan suara seorang wanita paruh baya yang sedang menjelaskan materi. Semua mata juga terarah pada penggaris kayu yang di pegang wanita paruh baya itu, penggaris yang terus berjalan mengitari angka-angka misterius.

"Lo, paham ngga?" bisik gadis yang berada di sebelah Alana. Sedangkan Alana, hanya menggeleng.

Seluruh murid kini menjadi sibuk dengan buku yang tertata rapi di meja masing-masing. Entah sedang menulis, menggambar atau apa. Yang jelas mereka bisa merasakan gerak-gerik bu Kiara yang akan menunjuk salah satu dari mereka untuk mengerjakan soal fisika di depan.

Pandangan Bu Kiara kian beralih menghadap anak didiknya, sejenak ia sedang berfikir. Hingga akhirnya, jemari lentiknya menuju ke arah gadis yang sedang menatap lurus ke depan dengan tubuh yang sangat tenang. Berbeda dengan yang lain.

"Alana. Coba kamu kerjakan soal ini," kata Bu Kiara sembari berjalan menuju kursinya.

Seluruh pasang mata mengarah kepada Alana. Mereka tampak ragu memperhatikan Alana yang masih bernotabe anak baru. Sedangkan Alana hanya acuh. Ia berdiri dengan tegap dan berjalan santai ke depan.

Di pegangnya kini spidol hitam dan juga penghapus, dengan segera ia menuliskan satu persatu angka yang harus di hitung.

"Duh... kenapa gua yang deg-deg an?" Monolog gadis yang berada di depan bangku Alana.

0,28 kgm2. Jawaban itu tertera jelas di papan tulis, membuat semuanya menyipitkan matanya. Seolah mengkoreksi jawaban Alana. Padahal, mereka sama sekali tidak paham akan soal berbasis fisika tersebut.

"Bagus! Jawaban kamu benar Alana!" ujar Bu Kiara dengan senyuman yang mengembang, Alana hanya membalas senyuman tersebut dengan anggukan, lalu ia kembali ke tempat duduknya.

Tepuk tangan meriah mereka berikan untuk anak baru, Alana. Bu Kiara juga kembali mengambil penggaris kayunya sembari menjelaskan ulang jawaban yang Alana beri.

"Heh! Tutor dong," celetuk gadis yang berada di depan Alana, gadis itu sedikit mencondongkan bangkunya ke belakang.

"Lo. Mau tutor? pahami aja apa yang bu Kiara jelasin!" Sewot Alana menatap gadis itu.

"Ck! pelit lo," balas gadis itu dan kembali menatap kearah depan.

Seiring berjalannya waktu, bel istirahat pun telah berbunyi. Membuat seluruh isi kelas berhamburan menuju surga duniawi, dimana lagi kalau bukan kantin?.

Tetapi, berbeda dengan ketiga gadis yang sedang membentuk bulatan, seolah akan merencanakan sesuatu.

"Hai Alana, kenalin gue Alisya Belva Roseanne. Panggil aja Sea!" ujar seorang gadis dari salah satu perkumpulan bulatan tersebut. Alana yang sedang menatap ponselnya dengan seksama pun mendongakkan kepalanya. Sedikit lama ia memandangi wajah mereka satu persatu.

"Salam kenal," jawabnya singkat, membuat kening ketiga gadis yang berada di depannya mengkerut.

"Huft... Sebenarnya lo nyebelin!tapi karna kita baik jadii, ayo temenan sama kita?" tawar gadis yang berada di sebelah Sean, dengan tangan yang ia julurkan terhadap Alana.

Melihat tindakan baik yang di lakukan oleh ketiga gadis itu, membuat senyuman Alana mengembang seketika. Ia merasa bahwa dunianya di Jakarta akan di mulai dengan pertemanan yang baru, tanpa ada teman lama.

ALGARAFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang