Pencopet Risol

336 33 79
                                    

HALO GAISS,HAPPY READING ALGARAFI!JANGAN LUPA VOTE YA!KASIH SARAN KEPENULISAN JUGA KALAU BISA SOALNYA AKU PEMULA.

****

Sinar mentari menghiasi sebuah rumah mewah bernuansa putih biru, menampakkan seorang gadis dengan rambut hitam pekat yang dibiarkan terurai. Satu persatu langkahnya turun dari tangga, dengan seragam putih abu, yang beratribut lengkap. Namanya Alana Lovania Anderson. Panggil saja Alana. Gadis cantik dengan badan yang ideal membuat teman-temannya begitu iri kepandanya.

"Morning Alana," Alana tersenyum melihat lelaki dengan seragam putih abu serta atribut lengkapnya.

"Morning juga, Kak. Tumben Bunda sama Ayah ngga sarapan?" Gadis itu menarik kursi yang akhirnya ia duduki.

Suasana pagi ini terlihat beda dimata Alana, jika setiap pagi ia disuguhi pemandangan kedua orang tuanya yang sedang beradu dentingan makan. Tetapi, hari ini ruang makan terlihat sepi. Hanya menampilkan kakaknya.

"Ayah lagi nganter bunda ke Bogor, katanya sih ada kumpulan masa SMA gitu," jelas lelaki itu, panggil saja Geovan Baraspati Anderson. Lelaki yang juga bagian dari keluarga Anderson itu memiliki paras wajah persis mirip ayahnya. Sedangkan, Alana memiliki paras wajah seperti Ibundanya.

Alana mengangguk paham, ia beralih kepada makanan yang berada didepannya. Seperti biasa roti dengan secangkir susu dan juga selai yang berada di meja.

"Mau bareng gua?" tanya Geovan.

Alana menatap kakaknya, sebelum akhirnya mengangguk. Ini kali pertama ia berangkat ke sekolah barunya bersama Geovan. SMA Aerlangga, sma favorite seluruh remaja Jakarta. Tetapi, rata-rata siswa maupun siswi yang menempuh pendidikan disana berasal dari kalangan atas ataupun beasiswa

"Ayo, Dek. ntar telat!" ujar Geovan, lelaki itu mengambil kunci motor yang berada di atas laci. Dengan buru-buru Alana membereskan bekas makanan. Matanya memicing ketika melihat kakanya membawa dua buah helm.

"Pakai motor? CK, pakai mobil dong, Kak," sewot Alana. Ia menampilkan wajah kesalnya itu kearah Geovan, membuat sang Kakak terkekeh.

"Kenapa? lo tetep cantik kok walau rambut lo kena badai." waitt! apa ini,tumben sekali Geovan memuji adiknya, apalagi dengan embel-embel cantik.

"Dih, ada gerangan apa lo muji gue!" sontak Alana berlari kearah garasi untuk menjaga image nya. Pipinya menyemu merah pertanda gadis ini salah tingkah di puji Geovan. Geovan yang melihat adiknya berlari itu segera menyusulnya. Ia tahu apa yang saat ini Adiknya rasakan,Geovan memang jarang sekali memuji Alana bahkan, bisa dibilang tidak pernah.

"Janji ga salting Adik-adik?" Alana menatap sang kakak dengan kesal. Rasanya ingin sekali menimpuk lelaki yang berada di depannya sekarang. Untung saja Kakak, kalau bukan pasti sudah babak belur dengan cubitan Alana.

"CEPETAN IH! BECANDA MULU LO" omel Alana, ia mengambil helm putih yang Geovan bawa. Mau tak mau ia harus merusak rambut hitam pekatnya yang ia biarkan terurai. Padahal, tujuan Alana mengurai rambutnya adalah untuk berpenampilan sedikit cantik dari biasanya.

Geovan hanya menyengir tidak jelas, melihat sang adik yang sudah sangat kesal. Membuatnya harus segera mengantar sang Adik ke sekolah barunya.

Pagi ini sang mentari tak begitu terik seperti tadi pagi, awan bersemu dengan warna keabuan membuat jalanan terasa sangat ber-vibes. Apalagi jalanan pagi ini tidak terlalu ramai, entah mengapa yang jelas suasana pagi ini sungguh menenangkan.

"Pulang sekolah gua jemput!jangan pernah lo terima boncengan dari siapapun, kalau aja gua liat lo di boncengin cowok. Bakal habis dia di tangan gua!" Peringat Geovan ketika sudah sampai di halaman sma Aerlangga. Alana hanya mengangguk paham, Kakaknya ini sangat amat menjaganya.

ALGARAFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang