"Past this frozen path
I've met you again."
[Here I Am Again - Baek Yerin].
Kau tahu seni paling sederhana dalam menyakiti diri sendiri?
Ya, berharap pada manusia.
Mungkin hal ini tampak begitu naif, tapi inilah yang kini Wonyoung lakukan. Raganya menuntun hingga sampai ke tempat ini. Seberapa keras pun Wonyoung mencaci cara kerja hati, tapi hatilah pemegang kuasa terbesar atas rasa. Jadi biarkan ia memilih jalannya sendiri, biarkan hati yang menentukan tindakannya.
Bunga krisan putih, satu hal yang selalu pria itu beli diakhir bulan. Itulah informasi yang Wonyoung dengar. Matanya menangkap presensi Sunghoon yang perlahan keluar dari florist dengan putrinya. Katanya pria itu akan berkunjung ke kolumbarium, tempat abu jenazah disimpan. Wonyoung mengikuti Lamborghini Aventador hitam itu pergi, ia merasa ada jawaban lain dari hal yang tidak ia tahu.
Benar saja saat mobil pria itu memasuki salah satu kolumbarium. Ayah dan anak itu turun untuk memasuki bangunan tersebut, menghampiri seseorang yang ingin mereka kunjungi. Langkahnya terajut, mengikuti kemana perginya sepasang ayah dan anak yang masih setia berjalan berdampingan. Hingga keduanya berhenti tepat di depan salah satu dari sekian banyak kolom pada lemari kaca.
"Ayah duluan." Sena— putrinya mempersilahkan.
"Baiklah." Sunghoon menempelkan bunga plastik di sana, serta tak lupa krisan putih yang ia bawa. Wonyoung tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang pria itu katakan, yang jelas itulah orang yang selalu pria ini kunjungi.
Setelah itu Sunghoon tampaknya memberi ruang bagi putri kecilnya untuk berbicara. Ia meninggalkan gadis itu sendirian disana, sementara dirinya terlebih dahulu keluar. Perlahan Wonyoung mendekat, saat Sunghoon tak lagi terlihat dalam jangkauan matanya. Ia berdiri tidak terlalu jauh dengan gadis kecil itu.
"Halo Ceyim, Cena datang,"
"Ceyim, Cena lihat olang yang milip bunda. Cantik cekali, tapi Cena tidak bilang cama ayah,"
"Ceyim ingat kan foto bunda yang ayah pajang di kamal?"
"Kalau benal itu bunda, Cena hayap bica beltemu catu kali lagi. Bial bunda cama ayah nggak jauh - jauhan lagi,"
"Ceyim lihat dayi cana kan? Bantu Cena ya."
Entahlah, Wonyoung tidak mengerti perasaan yang kini melanda hatinya. Ada rasa sesak tak beralasan, ada kerinduan yang tiba - tiba menyentil hati kecilnya. Ia tidak mengerti perkataan gadis kecil itu mengenai bunda. Tak ada satupun pertanyaan yang terjawab di dalam benaknya, kini pertanyaan lain justru menambah beban pikirannya.
'Bunda? Bukankah saat berobat kemarin gadis kecil ini pergi dengan wanita yang ia panggil bunda?'
Wonyoung kembali menaruh atensinya pada gadis kecil itu setelah pikirannya berdebat. Ia melihat Sena terduduk dan bersandar disana, tangannya mengepal dan memegang dadanya. Mendapati hal itu sontak ia langsung menghampiri gadis kecil itu, ia ingat bahwa pasien kakaknya ini sering sesak napas.
"Sena,"
"A a- a yah, Ce— cen na mau."
Dengan cepat Wonyoung menggendong gadis kecil itu dalam pelukannya. Napas gadis kecil itu tersengal, ada sedikit air mata yang jatuh. Sebisa mungkin ia menjaga kondisi Sena agar tetap tenang. Wonyoung berlari saat mendapati entitas Sunghoon yang tengah bertelepon di pelataran kolumbarium."SUNGHOON!"
Pria itu menoleh, begitu terkejut atas kejadian yang kedua maniknya tangkap kini. Ia tidak mengerti mengapa Wonyoung bisa berada di tempat yang sama dengannya. Belum lagi Sena-nya kambuh, ia langsung mengambil alih putrinya dan berlari ke arah mobil. Sunghoon meminta Wonyoung untuk memberi gadis kecilnya inhaler. Sementara pria itu sibuk memasang alat nebulizer dan menuangkan obat. Balita itu tersengal, napasnya putus - putus. Wonyoung tak kuasa melihat penderitaan yang ditanggung si kecil yang kini tampak begitu menderita. Sandaran mobil sedikit diturunkan, sehingga memungkinkan Sena dalan posisi berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIN [Revisi]
RomanceBukan berawal dari kebetulan, bukan pula direncanakan. Wonyoung hanya tak tahu kalau selama di Heidelberg akan banyak kejutan yang akan ia hadapi dalam hidup. Baik itu keluarga, romansa ataupun kebenaran masa lalu. Ia menemukan satu - persatu keping...