Semena-Mena

926 15 0
                                    

Sena menjadi gusar ketika tahu istrinya saat ini magang di perusahaannya. Entah mengapa ia ingin sekali mengetahui di divisi mana sang istri ditempatkan, bagaimana pun juga ingin tahu dimana dan apa saja yang dilakukan oleh istrinya itu. Tanpa berpikir panjang Sena menelepon bagian recruitment dan bertanya tentang dimana saja anak magang di tempatkan.

"Empat orang perempuan ditempatkan di divisi pemasaran dan dua laki-laki di divisi adsministrasi gudang, Pak," jelas seseorang dari sambungan telepon.

Tanpa berkata-kata dan menanggapinya Sena mematikan sambungan telepon, ia dengan cepat melangkahkan kakinya keluar ruangan menuju lift yang akan membawanya ke lantai empat tempat divisi pemasaran berada. Dan benar dugaannya. Ia melihat Mita disana bersama teman-temannya sedang bekerja dengan beberapa karyawan pria yang terlihat menggodanya. Dan yang lebih membuatnya kesal Mita justru terlihat menanggapi dengan baik karyawan-karyawan pria tersebut seolah tak menyadari ada maksud terselubung di dalamnya.

"Sial!" desisnya dalam hati.

Sena melangkahkan kaki pergi, ia kembali menuju ke ruangannya. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia sungguh kesal dengan Mita yang bersikap baik kepada pria lain selain dirinya.

"Awas saja! Aku akan menghukumnya nanti!" geram Sena.

Sena kembali menyalakan komputernya, mencoba kembali memfokuskan dirinya dengan pekerjaan. Namun, pikirannya dipenuhi dengan rasa kesal dan amarahnya kepada Mita. Sena memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya dan memilih pulang lebih awal.

"Mau kemana lu?" tanya Surya yang melihat Sena meletakkan beberapa berkas di mejanya.

"Gue mau balik duluan, ada urusan. Tolong lu kerjain ini dulu," tutur Sena seraya melangkahkan kaki pergi.

"Tumben! Kenapa sih? Urusaan apaan, wey?" cecar Surya penasaran.

Sena tak menanggapinya, ia melangkahkan kaki cepat keluar dari ruangan Surya dan segera masuk ke dalam lift. Sena meminta supir kantor mengantarnya pulang.

"Antarkan saya pulang, Pak!" titah Sena kepada salah seorang supir.

"Baik, Tuan."

Sena sampai di rumah tepat ketika Dafin selesai makan siang. Sena menghampiri Dafin lalu menggendongnya masuk ke kamar Dafin.

"Papa kok sudah pulang?" tanya Dafin polos.

"Pekerjaan Papa sudah selesai, jadi Papa pulang," jawab Sena asal.

"Ini waktunya tidurkan? Ayo kita tidur siang."

"Papa mau nemenin Dafin bobok siang?" tanya Dafin polos.

Sena menganggukkan kepalanya dan tersenyum yang membuat Dafin melompat kegirangan. "Yeay! Makasih ya, Pa."

"Sama-sama, Sayang."

Hari ini, Sena menggantikan posisi Mita menjaga dan menemani Dafin mulai dari tidur, makan, mandi dan bermain sehingga Dafin senang.

Jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit, Mita menghembuskan nafas kasar. Ia sudah menebak jika ia akan dimarahi oleh Sena sampai rumah nanti.

"Tamat sudah riwayatku! Aku pasti akan dimarahi habis-habisan nanti!" ucapnya dalam hati.

Dengan tubuh lelah dan perasaan bersalah, Mita melangkahkan kaki perlahan masuk ke dalam kamar yang sudah menjadi kamar dirinya dan Sena. Sebenarnya niatnya ingin meminta maaf lebih dulu sebelum Sena marah karena pulang terlambat, tetapi apa yang ia takutkan benar-benar terjadi Sena lebih dulu memarahinya.

"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang?" cecar Sena dengan tatapan tajam.

Dengan tubuh yang bergetar Mita memberanikan diri untuk membuka suara. "Maaf, Mas tadi kan aku sudah bilang kalau aku mulai hari ini magang. Dan aku gak tau kalau ternyata anak magang juga ikut lembur."

Wife Per HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang