Masakan Istri

1.6K 12 0
                                    

Mita sibuk mengoleskan foundation pada lehernya, ia juga membubuhkan bedak disana agar warna merah keunguannya semakin tersamarkan.

"Oke, lumayan, sudah tidak terlalu kelihatan," gumam Mita mengamati lehernya.

Mita memoles sedikit wajahnya, dan merapikan tatanan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan. la memperhatikan penampilannya, memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Memastikan penampilannya enak dipandang.

"Ayo turun," ucap Sena tiba-tiba menggandeng tangan Mita berjalan keluar kamar.

Mereka berjalan beriringan layaknya pasangan pengantin baru lainnya, terlihat mesra dan juga romantis.

Di meja makan, kedua orang tua Sena beserta beberapa kerabat dekatnya sudah lebih dulu duduk di sana. Mita menyapa dengan ramah lalu meminta maaf karena lama datangnya.

"Selamat malam, Mi, Pi, Om dan Tante, maaf jika kami membuat semuanya terlalu lama menunggu.

"Its ok, kamu duduk aja, Sayang." Nia dengan santai menanggapi ucapan Mita.

Sena menarikkan kursi untuk Mita, mempersilahkan Mita untuk duduk di sana. "Duduklah," ucap Sena lirih namun masih bisa didengar oleh Mita.

Mita duduk dengan tenang di sana, ia mengambil piring Sena mengambilkan makanan untuknya, melayani sang suami terlebih dahulu sebelum dia menyuapi bocah laki-laki yang saat ini duduk di sampingnya. Nia yang melihat perlakuan Mita kepada Sena dan Dafin pun sangat bersyukur karena pilihannya untuk menjadikan Mita sebagai seorang menantu sangatlah tepat.

"Ehem, Mita kamu lulusan universitas mana?" tanya Riani, Tante Sena dengan tatapan kurang suka pada Mita.

"Saya, masih kuliah Tante, baru semester akhir," jawab Mita santun.

"Oh, masih kuliah, aku kira kamu ini lulusan luar negeri seperti mendiang ibunya Dafin," celetuknya dengan nada mengejek.

"Tante!" Sena terlihat menyela untuk memperingati Riani.

Riani mengerti arti tatapan Sena, ia pun memilih diam tak ingin membuat keponakannya itu naik darah dan mengusirnya dari sana. Meja makan kembali hening, semua anggota keluarga makan dengan tenang hingga salah satu diantara mereka selesai dan berpamitan.

"Sen, Mami dan Papi pulang dulu gak apa ya?" Sena menganggukkan kepalanya dengan santai.

"Iya, Mi."

Disusul kemudian Riani dan saudaranya yang lain yang juga ikut berpamitan untuk pulang. Setelah semuanya pulang, Sena menggendong Dafin menuju kamarnya, malam ini mereka tidur bertiga seperti permintaan Dafin sebelumnya.

"Ayo, kita tidur," ucap Sena kepada Dafin.

Dafin terlihat menganggukkan kepalanya, ia pun turun dari gendongan Sena dan naik ke atas ranjang. Sementara, Mita ia pergi ke kamar mandi mencuci wajahnya dan membersihkan seluruh make up yang menempel pada kulitnya.

"Huhh!" desis Mita melihat pantulan wajahnya pada kaca wastafel.

Ia segera melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar, ia melihat Sena sudah berbaring bersama Dafin di ranjang. Mita pun ikut bergabung dengan keduanya.

***

Keesokan harinya, Mita bangun pagi. Seperti yang biasa ia lakukan ketika di rumah orang tuanya. Mita membantu maid di rumah untuk menyiapkan sarapan.

"Nyonya, jangan membantu kami," tutur Tuti khawatir karena tak ingin membuat Tuannya marah.

"Its ok, gak apa Bi. Sini aku saja yang masak. Aku pengen bikinin sarapan buat anak dan suamiku." Mita kekeh dengan keinginannya.

Wife Per HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang