Candunya

3K 20 0
                                    

Pagi ini, Mita bangun kesiangan. Ia membuka matanya dengan keadaan polos. Ia tersipu malu mengingat kejadian semalam. Ia melirik ke arah samping tapi tak menemukan Sena disebelahnya.

Mita pun bangkit dari tempat tidurnya, perlahan ia menapakkan kaki ke lantai. Meski tubuhnya terasa remuk tak bertulang tapi ia masih kepikiran dengan magangnya. Ia pun bergegas melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Namun, baru selangkah saja ia merasakan sesuatu di bagian bawahnya terasa ngilu.

"Awhhh sssh!" desis Mita dengan suara cukup kencang.

"Aw, kenapa perih sekali," batin Mita.

Sena yang baru saja selesai mandi pun buru-buru keluar dari kamar mandi karena mendengar suara runtihan Mita, tanpa aba-aba Sena meraih tubuh Mita menggendongnya ke dalam kamar mandi. Ia mendudukkan tubuh polos Mita di atas kloset. Sejujurnya jiwa lelakinya kembali terpancing melihat kemolekan tubuh Mita. Namun ia sekuat tenaga menahannya karena tak tega melihat Mita kesakitan.

"Tunggu sebentar," tutur Sena.

Sena menyeting air menjadi hangat lalu mengisi bak bak mandi hingga penuh. Ia kemudian kembali mengangkat tubuh Mita dan memasukkannya ke dalam bak mandi dengan hati-hati.

"Mandilah dengan air hangat itu akan membantumu mengurangi rasa sakit pada bagian bawah mu serta menghilangkan pegal pada tubuhmu," tutur Sena lembut.

Mita hanya mengangguk menanggapinya. Ia menundukkan kepalanya malu, sungguh ia malu sekali untuk mengangkat wajahnya dan berhadapan dengan Sena.

"Aku keluar dulu, kalau kamu butuh bantuan panggil saja aku," ucap Sena meninggalkan Mita sendirian.

Mita perlahan menggosok-gosok tubuhnya dengan puff yang telah ia beri sabun mandi. Sesekali ia memijat lembut tubuhnya yang terasa pegal. Benar kata Sena, Mita merasakan bagian bawahnya berangsur membaik usai berendam dengan air hangat.

Mita berjalan pelan menuju ruang ganti, mengenakan baju hitam putih lalu berjalan kembali ke dalam ruang kamar.

"Kamu mau kemana?" tanya Sena.

"A-aku, aku mau ke tempat magang, Mas. Aku mau mengundurkan diri karena kemarin aku sudah tidak masuk kerja." Mita dengan terbata dan kepala menunduk menjawab pertanyaan Sena.

Sena diam-diam mengulum senyum tanpa sepengetahuan Mita. "Aku sudah mengurusnya kemarin."

"Benarkah? Terima kasih, Mas." Tanpa sadar Mita mengangkat kepalanya sehingga mata mereka saling bertatapan.

Satu detik dua detik tiga detik, hingga sepersekian detik mereka saling menatap dan terpaku satu sama lain. Hingga salah seorang dari mereka tersadar dan  mengalihkan pandangannya.

"Sekarang ganti bajumu dan kembalilah beristirahat hingga aku pulang nanti."

"T-tapi, Mas …." Sebenarnya Mita masih khawatir akan magangnya tetapi ia memilih menurut karena jika ia ke kantor pun rasanya tidak mungkin, mengingat untuk jalan saja rasanya masih agak ngilu.

"Tidak ada tapi-tapian, Mita."

Mita pun menganggukkan kepalanya, ia masuk ke dalam ruang ganti, mengganti pakaian kerja dengan pakaian rumahan lalu berjalan menuju kamar.

"Kemarilah!" pinta Sena.

Dengan langkah yang pelan Mita berjalan mendekat, Sena memberikan dasinya kepada Mita.

"Mulai hari ini, ini adalah tugasmu."

Seolah mengerti dengan apa yang Sena maksudkan, Mita mengalungkan dasi yang Sena berikan ke leher Sena. Ia mulai membuat simpul dasi dan merapikannya.

"Sudah, Mas."

Sena kemudian menunjuk kedua pipinya. "Berikan aku ciuman, ini juga tugas yang harus kamu lakukan mulai hari ini."

Mau tidak mau Mita menempelkan bibirnya pada kedua pipi sang suami secara bergantian sesuai keinginan sang suami.

"Sini dan sini." Sena menunjuk dahi dan bibirnya yang membuat nyali Mita seketika menciut.

"Ayo!" Paksa Sena.

Dengan ragu-ragu Mita menempelkan bibirnya dengan cepat ke dahi dan bibir Sena. Ketika ia hendak menghindar karena malu Sena buru-buru meraih tangan Mita. Menariknya ke dalam pelukan, lalu menciumnya sama seperti yang ia lakukan kepada Sena tadi.

"Mas," desis Mita sembari menekan dada Sena agar menjauh.

Tetapi Sena mengindahkannya, ia mencium bibir ranum sang istri dengan lembut dan berlangsung cukup lama. Ia melepaskan pagutannya, lalu berlalu pergi.

"Aku berangkat dulu," ucap Sena berjalan cepat keluar kamar.

Sena sengaja menghindar dari sana karena tak ingin kejadian kemarin sore  terulang lagi pagi ini dan membuat Mita kembali merasakan sakit pada bagian bawahnya.

***

Sena mengembangkan senyuman bahagia sepanjang perjalanan. Berkali-kali ia terlihat bersenandung dan tersenyum ceria. Efek ciuman Mita pagi ini memang sangatlah membangkitkan mood Sena.

"Wih, ada yang lagi bahagia nih!" celetuk Surya.

Jika biasanya Sena akan diam dan cuek tidak menanggapi Surya maka kali ini dengan bangga hati Sena menanggapinya.  "Iyalah, emang lu!" cibir Sena.

"Ckk! Sialan lu, Sen." Surya mendengus kesal mendengar cibiran Sena.

Sena melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangannya diikuti oleh Surya yang penasaran apa penyebab Sena bahagia sekali pagi ini.

"Lu kenapa sih? Tumben amat senyam senyum sendiri?" tanya Surya setengah mendesak.

"Rahasia dong."

"Dih! Main rahasia-rahasiaan lu sama gue! Kenapa sih?" Surya menatap lekat wajah Sena.

"Ah gue tau! Lu habis dapat jatah kan dari bini? Iya kan? Ngaku lu!" cecar Surya.

Sena tidak menjawabnya, ia hanya tersenyum dan mulai menyalakan komputernya. Surya yang melihatnya pun meyakini jika itu adalah alasan Sena saat ini bahagia.

"Cie, yang habis dapat jatah! Cie cie!" goda Surya yang ditanggapi santai oleh Sena.

"Ckk! Apa sih!" kilah Sena seolah menutupi apa yang terjadi antara dia dan Mita semalam.

"Dah lu sana balik ke ruangan lu gih!" titah Sena yang dituruti oleh Surya.

Hari ini Sena terlihat begitu semangat mengerjakan pekerjaan kantornya. Ia sengaja melakukannya karena ia ingin pulang lebih awal dari biasanya.

"Finish!" gumam Sena sembari mematikan layar komputernya.

Sena menyibak pergelangan jasnya, menilik arlojinya. "Jam tiga," gumamnya tersenyum tipis.

Sesuai prediksinya yang ingin pulang lebih cepat, Sena kini meninggalkan ruangan kerja berjalan cepat masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lobi gedung perusahaannya.

Sena masuk ke dalam mobilnya, mengendarainya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia sungguh tidak sabar untuk pulang dan bertemu dengan sang istri yang entah mengapa sejak kejadian semalam terlihat bertambah cantik.

Sesampainya di rumah, Sena melangkahkan kaki cepat menuju kamarnya. Ia tersenyum senang melihat Mita yang masih tertidur lelap di atas ranjang.

"Sebaiknya aku mandi dulu saja," gumamnya lirih.

Sena melepas jasnya, memasukkan ke dalam keranjang pakaian kotor lalu menanggalkan semua pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian lengkap Sena segera membaringkan tubuhnya di samping sang istri. Ia menatap wajah sang istri dari jarak dekat lalu mengecup bibirnya singkat. Membuka tiga kancing baju teratas Mita lalu mulai melahap gundukan sekal yang merupakan candunya saat ini.

Mita yang merasakan sesuatu aneh terjadi pada dadanya pun segera membuka mata perlahan. Betapa terkejutnya ia melihat sang suami sedang memainkan gundukan di dadanya itu.

Wife Per HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang