07

95 10 6
                                    

'Lentera Tokyo'

7 Tahun Kemudian...

Lengan mungil itu berselimut cat. Tangannya lihai menggores kanvas menjadi sebuah mahakarya indah. Bunga terang berwarna kuning membuatnya tersenyum lega. Entah mengapa ia merindukan bunga matahari. Tujuh tahun ia tak berpijak lagi di tanah Miyagi membuatnya sedikit rindu. Hatinya berinisiatif melukis bunga matahari.

"Ah... aku akan mati" Hiroomi menjambak rambutnya kesal. Ia melihat undangan sahabatnya yang akan menikah. Baginya ledekan menyebalkan akan ia dengar seharian. Usia Hiroomi bukan muda lagi. Sebenarnya itu bukan hal aneh di Jepang tapi tetap saja Aki akan mengoloknya habis-habisan. Aki berhasil menggaet wanita berkacamata yang imut. Dia masih berpikir melindungi dan memeluk adik kecilnya Noya.

"Mati saja sana..." Noya berucap tenang dan tersenyum memandangi lukisannya.

"Kau tega berbicara begitu denganku" Hiroomi berkaca-kaca ingin menangis.

"Kau selalu menghalangiku punya pacar apa untungnya punya kakak sepertimu"

"Aku melindungimu... aku tak suka kau berpacaran dengan wanita malam"

"Mereka lebih dewasa dan ahli" Noya menaik turunkan alisnya. Hiroomi terkadang rindu adik kecilnya yang manis dan polos. Ia sangat mengutuk Aki meracuni otak adiknya dengan majalah dewasa. Pria itu juga yang mengajak adiknya bergelut dengan dunia malam. Kini bajingan senior seperti Aki sudah pensiun ingin berkeluarga. Brengseknya dia menjadikan adiknya sebagai penerus.

"Yosh aku ada janji dengan Jeny" Noya menepuk pantanya dari debu.

"Jeny jalang kecil itu... Tidak! kau tidak boleh pergi"

"Aku tidak ingin melajang seumur hidup denganmu" Noya mengeryit menatap kakaknya yang menarik lengannya agar tak pergi.

"Ayo menikah denganku saja kalau begitu" Hiroomi melengkungkan bibirnya muram.

Noya menghempas tangan kakaknya. Ia mengelus sedikit tangannya mundur.

"Kau benar-benar gila. Kau harus pergi ke rumah sakit. Aku akan minum dengan Aki-nii"

Noya memakai jaketnya berlalu pergi. Malam menelan bayangannya ia berjalan santai. Hidup di Tokyo tak mudah. Ia hanya pecundang yang hidup di balik bayangan gedung pencakar langit.

Kakaknya adalah pria karir yang sudah cukup mapan berkeluarga. Kakaknya menjadi sangat protektif dengannya tak membiarkan Noya bekerja terlalu berat. Hari-hari Noya diisi dengan bekerja lepas sebagai pelukis bayaran atau paruh waktu membagikan selebaran. Malamnya ia akan berkencan dengan wanita cantik di club. Bisa dibilang ia menikmati hidupnya. Sangat bebas, punya uang walaupun tak seberapa, dan punya pacar.

Ia berjalan di pub bawah tanah tersenyum melambaikan tangan pada kekasihnya. Tiap detik ia tersenyum memperhatikan kekasihnya meracik alcohol.

"Kau benar-benar gila!" Aki menenggak birnya.

"Tidak. Yang gila itu kakakku"

"Dia mengajakmu menikah lagi?"

Noya mengangguk sebal. Ikut meminum alkoholnya.

"Brother Complex akut. Hah aku tidak habis pikir dengan kakakmu"

"Kakakmu iri dengan Aki-san" Jeny ikut tertawa menanggapi. Noya menunjuk pipinya dua kali. Jeny yang mengerti memberikan kecupan kecil di sana.

Aki yang merasa hanya nyamuk meninggalkan mereka. Lagipula ia akan pensiun dari dunia malam. Ia harus belajar menjadi kepala keluarga mulai sekarang.

*
*
*

Hide and Seek [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang