08

96 7 2
                                    

'Penari Malam'

Noya berpikir hidupnya sangat kotor. Terkadang ia menatap telapak tangannya kosong tanpa ekspresi. Tangannya yang dulu sangat lembut hanya memegang kuas dan menanam bunga matahari kini terlihat kasar tak terawat. Ia bekerja keras menyibukkan diri saat sampai di Tokyo. Bulan pertama sangat berat ia mengalami trauma dan hanya menyusahkan kakaknya.

Setelah itu ia mulai menyibukkan diri hingga tanpa sadar telah berganti hari. Ia selalu menyibukkan diri dengan hal baru. Ia mengikuti sahabat kakaknya yang bernama Aki mengenal sisi gelap dunia yang kejam. Sisi yang sangat berbeda dari kehidupan damainya dulu. Jatuh tenggelam semakin dalam menikmati hingar-bingar dunia kenikmatan sesaat yang fana.

Hingga Indra perasanya seperti beku. Ia mulai menyadari ia harus memperbaiki ini. Memulai dengan cinta untuk menghidupkan perasaannya kembali. Ia memutuskan membuat komitmen bersama Jeny. Mereka berteman cukup lama. Pertama mereka bertemu di kelas tari yang asal ia pilih saat ditawari Aki.

Mereka semakin dekat dan akhirnya bersama. Namun latar belakang Jeny memang tak bisa dikatakan baik. Kakaknya dengan senang hati akan mengumpati kekasihnya jika datang kerumah. Ia sebenarnya tak tahu atau mungkin lupa bagaimana rasa mencintai atau dicintai.

Ia hanya mencoba meyakinkan diri bahwa ia mencintai Jeny. Jeny membuatnya nyaman seperti rumahnya, rumah hangatnya di Miyagi dulu. Ia merindukan derit gerbang besi rumahnya. Ia merindukan perapian musim dingin di ruang tengah. Mengusir babi hutan. Melihat hamparan bunga matahari. Ia rindu tawa kakeknya saat meminum teh bersama di teras saat musim semi.

"Maaf kakek..."

Noya bahkan tak mampu menegakkan kepalanya. Kaca besar menampilkan dirinya terbalut kemeja putih berkerah longgar. Celana hitam hanya menutup setengah pahanya. Kakinya tak terbalut apapun. Ia harus menggantikan Jeny karena ia tak mau kekasihnya menjadi bahan pertunjukan.

Ia juga tak bisa mengucapkan janji manis memberikan wanita itu apa saja karena ia sadar ia miskin. Hanya ini jalan yang dipilih untuk menyenangkan kekasihnya. Setidaknya ia akan dapat uang dari ini.

"Jeny dapat job ditempat bagus" Noya melirik bangunan ini terlihat mewah. Club ini disekat menjadi banyak ruangan. Ada bar khusus yang hanya untuk minum tanpa mendengar kebisingan. Lalu ada dance floor untuk menikmati musik keras namun juga terdapat fasilitas bar untuk minum. Jadi mereka menawarkan dua layanan hanya minum dan minum dengan bersenang-senang. Dan dua ruangan yang tertutup rapat yang ia tak ketahui isinya.

"Kau yakin akan melakukannya..." Jeny mengoleskan lip balm pada kekasihnya.

"Yah. Lagipula sudah lama aku tidak melakukan ini. Mungkin tubuhku sedikit kaku"

Cup...

Jeny mengecup pipi Noya memberinya semangat.

"Kau harus menemui bos dulu. Aku akan menunggumu di luar"

Noya mengangguk paham mengusak surai kekasihnya. Ia berjalan mendekati pria berjas yang sedang berbicara dengan orang lain. Mungkin asistennya.

"Bos aku menggantikan Jeny" Noya memang sudah mengenal pria tua itu. Dia pernah minum bersamanya saat pria itu mabuk karena bertengkar dengan istrinya. Mereka hanya beradu nasib dan saling mengumpati.

"Kenapa kau mengambil keputusan seenaknya..."

"Ayolah bos. Aku hanya ingin meringankan beban kekasihku"

Pria tua itu melihat daftar penari malam ini. Ia lalu melirik Noya dari ujung kaki sampai kepala.

"Kau bisa berkelahi...?"

"Tentu saja. Aku laki-laki"

Pria itu mengangkat telepon dan sejenak memberitahu Noya untuk masuk di pintu empat. Noya mengendikkan bahu tak peduli ia segera mengikuti arahan bosnya yang sudah pergi ke ruangan minum.

Hide and Seek [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang