"Abang gak apa-apa kan bunda tinggal berdua sama adek?" Ucap bunda Senja sembari berjongkok di hadapan Reno yang mengantar nya sampai ke gerbang rumah.
Reno menganggukan kepalanya, tanda tidak apa-apa, jika mereka berdua harus tinggal berdua di rumah.
Bunda Senja ada kunjungan bersama para guru ke luar bandung, begitu pula dengan ayah yang harus menghadiri beberapa seminar di berbagai kampus, sehingga membuat ayah akan pulang telat, atau mungkin akan tidur diluar.
"Mau nginep di rumah om Endru aja atau gimana?" Tanya bunda Senja, masih merasa tidak yakin dan khawatir jika harus meninggalkan kedua anaknya.
Om Endru itu adik bungsu bunda, bunda punya 2 adik. Yang satu namanya Om Bian yang satu Om Endru. Om Bian tidak tinggal di bandung, karena tugasnya sebagai seorang perwira polisi yang sering di tempatkan di luar wilayah jawa.
Reno menggeleng. "Gak usah bun, abang sama adek mau di rumah aja. Palingan nanti abang nginep di rumah om Erwin, atau rumah nya om jamal, om Gunawan juga, eh tapi jangan di rumah Om Gunawan, ada si Nadya, gak mau abang ah, soalnya dia galak." Jawab Reno sembari terkekeh saat mengingat tetangga nya yang kecil-kecil namun galaknya minta ampun.
Terdengar helaan nafas panjang keluar dari mulut bunda. "Kalau ada apa-apa, langsung telpon bunda atau ayah."
Reno lagi-lagi mengangguk. "Nomer bunda ada di nomer 1, nomer ayah di no 2." Peringat bunda Senja, yang lagi-lagi hanya di balas anggukan dan seringai lebar oleh Reno.
Bunda berdiri dan langsung memeluk erat putra sulung nya. "Hati-hati di rumahnya, jaga adek ya bang, jangan berantem." Bunda masih memeluk erat Reno.
Begitu pelukan nya mengendur, bunda memberikan kecupan di puncak kepala Reno, cukup lama.
Selesai berpamitan, bunda lantas berdiri dan berjalan ke arah mobil yang sudah terparkir diluar gerbang.
Namun baru saja berjalan beberapa langkah, bunda kembali berbalik dan menatap putra sulung nya dengan wajah yang begitu khawatir dan enggan untuk pergi.
"Abang beneran gak mau nginep di rumah om Endru? Biar nanti bunda antar?"
Reno menggeleng. "Gak perlu bunda, abang sama adek di rumah aja." Ucap Reno sambil tersenyum hingga membuat kedua mata Reno pun terlihat seperti tersenyum juga.
"Abang serius? Gak mau ke rumah om Endru? Disana ada Seno lho?" Bunda kembali menatap Reno.
Namun lagi-lagi Reno menggeleng. "Abang bilang gak apa-apa bund. Udah deh bunda cepetan berangkat, keburu si adek bangun, nanti nangis lagi gara-gara mau ikut." Seru Reno berhasil membuat bunda Senja kembali menghela nafasnya panjang.
Dengan langkah berat, bunda perlahan membuka pintu mobil dan menaiki nya, tak lama terdengar suara mesin mobil yang bunda nyalakan.
Sebelum benar-benar pergi, bunda membuka jendela mobilnya dan melambaikan tangan nya keluar, berniat berpamitan seperti apa yang saat tengah Reno lakukan.
"Yess! Akhirnya bisa main game sepuasnya!" Seloroh Reno penuh kesenangan begitu melihat mobil bunda sudah berjalan menjauhi perkarangan rumah.
Saking senangnya Reno bahkan sampai berteriak dan melompat-lompat dengan antusiasnya.
Pasalnya ini kejadian yang cukup langka, bunda dan ayah tidak berada di rumah membuat Reno begitu merasakan kebebasan.
Bebas bermain game pastinya.
"Ajak anak-anak mabar ah." Seloroh nya sembari menutup pintu rumah dan segera berlari menuju kamarnya untuk menyalakan komputer.
Berbeda dengan keceriaan Reno, bunda senja justru merasa sangat khawatir meninggalkan kedua anaknya sendiri di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo City Gang's
FanfictionDaily life para penghuni perumahan neo city, tentang kisah para anak-anak manis, tampan, cantik, ceria, namun dengan akhlak yang super tipis. "Anaknya Dimas, kasian banget" "Diem kamu, Jamal!" "Wahahaha Jamal!" "Apa lo Joni?!" "Jangan main pake nama...