Minggu pagi, hari yang paling di tunggu oleh anak-anak blok b, terutama anak-anak bujang yang dari adzan subuh tadi sudah sangat bersemangat.
Maklum hari ini hari gebyar, lomba antar blok. Makanya sehabis pulang shalat subuh berjamaah di masjid, anak-anak bujang milih pulang ke rumah cuman buat ganti baju sama bawa makanan buat ngemil, habis itu kembali ngumpul di depan balai.
"Lomba bola nanti gimana? Katanya sampai minggu depan kan lomba nya?" Tanya Deryl sembari membuka toples kacang yang tadi di bawa Haekal sama Lucky, buat ngemil sambil buat strategi.
"Huum, hari ini babak penyisihan kan." Ucap Reyhan yang kali ini nyomot pisang goreng yang tadi dia bawa di rumah.
"Blok kita lawan siapa?" Tanya Reno.
"Anak blok d, itu tuh rumah si Erik." Jawab Yuan.
"Males ah, kalau lomba lawan blok d, mereka suka baper kalau kalah." Celetuk Haekal yang mendapat anggukan setuju dari Yuan dan juga Sandy.
"Abang... abang.." tengah sibuk membuat strategi, trio bocil tiba-tiba datang dan dengan tidak sopan nya Cleo langsung duduk di pangkuan Mahen, Saka malah langsung mepet sama abang panutan dan minta di suapin kue, kalau Eza alhamdulillah masih waras, cuman ya gitu, si Eza diem-diem lirik Deryl, mau juga di pangku sana abang yang menurut dia itu, bang Deryl nya keren pake banget.
"Ini anaknya Juan ngapain sih nempel-nempel mulu, engap anjir." Dumel Haekal dengan tidak ada adabnya.
Walaupun takut sama Ekal karena sering di jailin, tapi Saka suka banget sama Ekal, katanya Ekal itu panutan dia, dia mau ngikutin jejak nya Ekal. Jadi budak jahil, apalagi jahil sama bapak sendiri.
Makanya Saka itu kalau ada Ekal suka nempel-nempel, mau belajar agar bisa jahil ke papah nya tapi tidak kena marah atau balik di jahilin.
"Awas atuh ah, mau makan pisang malah makin nempel." Lagi-lagi Ekal protes karena pergerakan nya harus terbatas akibat tubuh bongsor Saka yang menghalangi.
Saka cuman cengengesan doang. "Abang, nanti Saka mau lomba, abang jadi superorter nya Saka ya." Ucapnya sambil mengedipkan kedua matanya.
"Suporter tuyul, bukan superorter. Ngomong aja masih belibet, gegayaan pisan (banget)." Koreksi Naresh dengan nada ketus.
Si abang ini lagi agak sensi, maklum semaleman dia kena ceramah panjang lebar dari papi, gara-gara bikin adek nya nangis sampai kena radang dan berujung suaranya habis.
"Abang kata ibun gak boleh marah-marah, nanti cepat tua, terus nangis." Ucap Eza dengan polos cenderung menghina.
"Bodo!" Lagi-lagi Naresh menjawab dengan ketusan.
"Bang Nana ketempelan bang Rey ya? Kok jadi galak, macam kak rose." Celetuk Cleo.
"Aku dari tadi diem lho, jangan sampai ini pocky nyolok ke hidung kamu." Dengus Reyhan sembari menunjuk wajah polos Cleo menggunakan pocky yang tengah dia makan.
Cleo cuman cengengesan.
"Jadi gimana, yang turun duluan main bola siapa aja?" Tanya Dereen.
"Bang Mahen, Bang Lucky, Reno, Yuan sama bang Dereen aja, sisanya cadangan." Jawab Reyhan.
"Ren kamu jadi kiper." Tunjuk Ekal.
"Lah, naha aing? (Kenapa aku?)" Reno menunjuk dirinya sendiri bingung.
"Cuman kamu yang bisa ngehalau bola, kalau Lucky jadi penyerang aja." Ucap Mahen.
"Terus abang?"
"Aku yang jadi back bareng Dereen, nah Lucky sama Yuan jadi penyerang. Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo City Gang's
FanfictionDaily life para penghuni perumahan neo city, tentang kisah para anak-anak manis, tampan, cantik, ceria, namun dengan akhlak yang super tipis. "Anaknya Dimas, kasian banget" "Diem kamu, Jamal!" "Wahahaha Jamal!" "Apa lo Joni?!" "Jangan main pake nama...