Tepat setelah adzan isya berkumandang, gerbang rumah milik baba Gunawan terdengar ada yang mendorong dan di susul dengan deru mesin mobil yang memasuki perkarangan rumah.
Mendengar suara mobil yang tak asing membuat Nadya si bocah manis itu langsung berlari ke luar rumah.
"BABA!" Teriaknya seraya menubruk tubuh sang ayah yang saat ini tengah mengambil koper di dalam bagasi.
Baba Gunawan tersenyum lebar dan segera menggendong tubuh kecil putri kesayangan nya itu.
Satu tangan dia pakai untuk menggendong Nadya, sedangkan satu tangan nya lagi dia gunakan untuk mendorong koper miliknya.
Begitu memasuki rumah, Baba langsung di sambut oleh senyuman hangat yang terasa manis oleh istri tercinta, siapa lagi jika bukan bubu jeni.
Melihat senyum manis bubu, baba lantas menurunkan Nadya dan segera merengkuh tubuh sang istri ke dalam pelukan nya sambil sesekali memberikan kecupan di kening. "Miss u so bad" bisiknya.
"Miss u too" ucap bubu jeni sambil tersenyum.
"Ekhem!" Deheman kecil Cleo berhasil membuat baba melepaskan pelukan nya dan segera menatap sang putra sulung.
"Hai boy," ucapnya sembari mengacak pelan rambut Cleo. "Kangen sama baba gak?" Tanyanya.
"Kalau koko jawab gak kangen pasti baba sedih, jadi ya kangen aja lah." Jawabnya berhasil membuat baba dan juga bubu langsung tergelak.
"Jadi koko cuman terpaksa nih? Bilang kangen sama baba? Padahal udah 5 hari lho kita gak ketemu."
"No," Cleo menggelengkan kepalanya. "Koko emang kangen kok sama baba, tadi itu cuman becanda. Just kidding, ba."
Baba lagi-lagi tertawa. "I know, dear."
"Dih koko kan cuman caper aja ba! Itu karena koko mau nagih oleh-oleh, iya kan?" Tuduh Nadya sambil menatap tajam ke arah sang kakak.
Bubu Jeni menghela nafasnya pelan dan lantas memilih pergi ke arah kamar, sambil membawa koper kecil milik sang suami. Sudah terbaca dengan jelas apa yang akan terjadi selanjutnya.
Putri bungsu nya itu terlalu cemburuan jika dirinya atau sang suami memberikan perhatian lebih kepada Cleo, begitu pula sebaliknya, Cleo akan merajuk jika mereka berdua terlalu memanjakan Nadya.
Mungkin ini akibat dari umur kedua anaknya yang hanya terpaut 1 tahun, perasaan iri dan cemburu di antara kedua anaknya lebih besar di banding anak-anak yang lain.
Apalagi bubu merasa sangat bersalah karena Cleo tidak mendapatkan hak sebagai anak sulung yang semestinya. Mulai dari ASI, perhatian, dan tentu nya kasih sayang yang harus terbagi dua di saat usianya masih terlalu kecil.
"Oke.. oke.. sayang, kita buka oleh-oleh nya besok aja gimana? Baba mau mandi sekaligus istirahat, kalian juga bukan nya tidur? Besok kan sekolah." Ucap baba mencoba melerai kedua anaknya yang mulai akan bertengkar.
Dengan helaan nafas panjang kedua nya langsung berjalan ke arah kamar masing-masing dengan langkah gontai. "Sabar ya sayang, nanti sehabis shalat subuh kita unboxing semua oleh-oleh yang baba bawa." Ucap baba mencoba menghibur kedua anaknya.
"Baba bawa pesanan aku kan?" Cleo berbalik dengan ekspresi yang begitu penasaran.
"Tentu saja, drone dan juga mobil remote control? Kalau punya adek, baba bawa barbie edisi terbaru lengkap dengan asesorisnya." Jawab Baba. "Ah dan juga sepatu baru pesanan adek pun sudah baba belikan." Lanjutnya dengan senyum mengembang.
"Yaaaa jadi makin gak sabar mau cepat-cepat di buka." Rengek Cleo. "Kamu sih! Pake ngajak ribut segala." Senggah Cleo sembari menatap tajam sang adik.
"Kok nyalahin adek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo City Gang's
FanfictionDaily life para penghuni perumahan neo city, tentang kisah para anak-anak manis, tampan, cantik, ceria, namun dengan akhlak yang super tipis. "Anaknya Dimas, kasian banget" "Diem kamu, Jamal!" "Wahahaha Jamal!" "Apa lo Joni?!" "Jangan main pake nama...