PROLOG

46 5 0
                                    

Di pagi buta, ketika mentari baru saja hendak keluar untuk bersinar, seorang wanita tengah terbaring disebuah brankar rumah sakit. Perutnya terasa mulai sakit. Satu tangannya memegangi perutnya yang terlihat besar sementara tangannya yang lain menggenggam sebuah tangan kokoh yang tak lain adalah milik suaminya.

Dengan wajah yang terlihat begitu kesakitan, wanita itu nampak terus memperjuangkan untuk melahirkan anaknya. Sementara sang suami yang juga sama paniknya berusaha untuk terlihat tenang sambil mencoba menguatkan istrinya.

"Mas...sakit mas..."runtuh sang wanita
"Berjuanglah sayang. Sebentar lagi kebahagiaan Kita akan lengkap dengan kehadiran anak kita. Kamu kuat,aku yakin itu"ujar sang suami memberi semangat. Tak lupa senyum manis ia berikan pada istrinya itu.

Ditengah sakit yang menderanya, wanita itu tersenyum. Ia sangat bersyukur memiliki suami yang baik. Ia ingin kebahagiaan suaminya lengkap. Ia bertekad akan melahirkan anaknya dengan selamat meski ia tak tahu apa yang akan terjadi. Tak masalah baginya kehilangan nyawa asal suaminya bisa melihat anak mereka.

Aku harus kuat aku ingin kebahagiaan suamiku lengkap,batinnya.

Akhirnya setelah berjuang Berjam jam,sang buah hati lahir dengan selamat. Begitu juga dengan sang ibu. Tangis bayi itu pecah memenuhi ruangan yang berhasil membuat kedua orang tuanya ikut menangis. bukan tangis kesedihan, melainkan tangis kebahagiaan.

"Selamat anak bapak dan ibu laki-laki"ucap dokter sambil menyerahkan bayi tersebut. Sang ayah menerimanya dengan hati berdebar.mungkin ia masih tak menyangka bahwa hari ini ia telah menjadi seorang ayah.

Sang ayah pun mengadzani putranya itu. Tak lupa juga Iqamah.

Luruh, itulah yang terjadi. Air mata wanita itu jatuh tanpa aba-aba. Ia terharu melihat pemandangan yang ada di depannya. pemandangan yang begitu indah melebihi pemandangan malam hari di kota Tokyo. Ia bahagia akhirnya kebahagiaan mereka lengkap dengan kehadiran anak laki-laki mereka.

Sang ayah tersenyum pada istrinya lalu tersenyum pula pada bayinya.
"Selamat datang dalam kehidupan kami,anak ku, Saair Tahta Liwa'i Muhammad"

Sang istri tersenyum mendengar nama yang dipilih oleh suaminya.
Sebuah nama yang terdengar indah. ia yakin nama itu juga memiliki arti yang indah
      
                              *****


Tetesan Embun ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang