Hari ini, Abi mengajak Tahta untuk mengunjungi sebuah pesantren. Abi mengajak Tahta ke sebuah pesantren sederhana di kawasan pinggiran kota Surabaya.
Abi telah menimbangkan beberapa hal terhadap pesantren ini. Abi sengaja tak memilihkan pesantren elit karena Abi ingin mengajarkan pada Tahta apa arti sebuah kesederhanaan.
Abi membawa Tahta meluncur menerobos jalanan kota Surabaya. Kota ini begitu padat. Wajar saja, karena kota Surabaya adalah kota terbesar kedua setelah Jakarta.
Nama Surabaya sudah terkenal di bumi Indonesia ini,bahkan sejak zaman penjajahan. Dulu, ketika zaman penjajahan Belanda, kota ini menjadi salah satu kekuasaan penting para antek-antek Belanda. Kota ini juga memiliki pelabuhan tersibuk kedua di Indonesia setelah pelabuhan Tanjung Priok, yakni pelabuhan Tanjung perak.
Kota Surabaya sangat familiar bagi siapapun. Kota ini memiliki banyak kisah bersejarah. Bahkan, kota ini sudah ada semenjak zaman kerajaan Majapahit.
Dahulu kala, Surabaya dikenal dengan nama Ujung Galuh. Namun kemudian bertransformasi nama menjadi Surabaya.
Dahulu, kota Surabaya menjadi kota penting bagi para penjajah Belanda. Pusat pemerintahan Belanda yang awalnya ada di Semarang kemudian dipindahkan ke kota besar ini. Di zaman itu, bahkan Belanda sudah membuat trem.
Kota yang dikenal dengan lambang Hiu-Buaya ini juga terkenal dengan sejarahnya. Kota Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan, karena peristiwa 10 November 1945.
Zaman dahulu, setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan,dan Jepang telah hengkang dari bumi Pertiwi, tentara sekutu berniat ingin menguasai kembali bumi Nusantara. Tak terkecuali Belanda. Mereka kembali menginjakkan kaki di Indonesia. Surabaya menjadi salah satu tempat mereka berlabuh. Kemudian pada tanggal 9 November 1945 sekutu memberikan ultimatum kepada penduduk Surabaya untuk segera menyerahkan senjata mereka.
Namun pada akhirnya para penduduk menolak keras ultimatum itu. Mereka tak mau menuruti perintah tentara sekutu. Tentu saja hal ini mereka tak lakukan. Siapa yang mau menyerahkan kemerdekaan yang telah didapatkan setelah berjuang berabad-abad? Siapa yang rela telah merdeka kemudian harus menjalani hidup sebagai kaum terjajah lagi?
Puncaknya, terjadilah pertempuran besar dibeberapa tempat di Surabaya. Pertempuran besar ini kerap kita kenal dengan peristiwa 10 November. Ribuan rakyat gugur. Begitu pula di pihak sekutu.
Kota ini masih memiliki segelintir bangunan dari masa penjajahan. Karena peristiwa 10 November itulah dikemudian hari Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan.
Kendati demikian, status kota Surabaya sebagai kota besar juga membuat banyak perubahan perilaku penyimpangan. Banyak anak muda yang melakukan judi. Banyak anak muda mabuk-mabukan.
Abi yang melihat hal itu merasa sangat miris. Ia tak ingin hal-hal buruk demikian terjadi pada Tahta.
Tahta adalah tanggung jawabnya. Tahta adalah amanah dari Allah. Abi bertekad tak ingin membuat Tahta terjerumus kedalam kubangan dosa. Bagaimana mungkin ia yang percaya pada hari pembalasan, justru mengabaikan amanah dari Allah? Apakah ia akan menghadap pada Allah dengan sebuah amanah yang tak ia jaga?
Karena itulah Abi sangat senang ketika Tahta mengiyakan untuk mondok. Perasaan Abi menjadi tenang.
Setelah berkendara cukup lama, akhirnya mereka telah sampai di gerbang pondok pesantren Al-kheir.
"Mas, kita sudah sampai. Ayo turun kita lihat dulu pondoknya" ajak Abi sambil membuka sabuk pengaman.
"Iya Abi" ucap Tahta.
********
Setelah berkeliling lima belas menit dikawasan pesantren Al-kheir, kini mereka masuk ke ruangan pendaftaran. Kini sudah saatnya bagi Tahta untuk mendaftarkan dirinya masuk pesantren.
"Gimana mas? Mau di pondok sini? Apa cari yang lain? Gontor misalnya?" Tanya Abi.
"Insya Allah,aku milih disini saja bi. Karena ini adalah pilihan Abi"
Abi tersenyum mendengar jawaban anak sulungnya itu.
Akhirnya Tahta mulai mengisi formulir pendaftaran. Entah mengapa Tahta merasakan sedikit kebahagiaan dihatinya.
Tahta tak menyangka ternyata pesantren Al-kheir ini,memiliki banyak program. Terlebih nampaknya pesantren ini tengah melakukan pembangunan dalam skala besar.
Selesai mendaftarkan Tahta, mereka pun segera pamit pulang.
"Kamu benar mau disana Mas?" Tanya Abi saat diperjalanan pulang.
"Iya Bi. Aku mau kok" balas Tahta.
"Mas..jika kamu ndak berkenan disana juga ndak apa apa mas. Abi nggak maksa kok, kamu bisa milih di pondok pilihan kamu sendiri"
"Tapi kan udah daftar, Abi" ucap Tahta.
"Iya memang. Tapi kan masih awalan.. belum telat kok kalau misalnya mas pengen ganti pesantren. Soalnya Abi takutnya kalo nanti kamu masuk pesantren karena pilihan Abi sendiri, kamu malah nggak betah. Malah nyalahin Abi,terus nggak serius belajar"
Tahta diam sejenak. Memang benar ia hanya mengiyakan untuk mondok disana. Apakah ia harus memilih sendiri? Tapi bagaimana jika yang ia pilih justru biayanya lebih besar daripada Al-kheir? Ia tak ingin merepotkan Abi
"Nggak bi..ini mpun pilihan Tahta sendiri Abi. Walaupun tadinya Abi yang menyarankan, tapi Tahta sendiri yang menyetujui. Lagipula kayaknya Abi nggak salah kok milihnya. Banyak hal yang tadi Aku lihat bi.. ada beberapa yang aku ingin pelajari" jawab Tahta.
"Sebenarnya salah satu pengurus disana adalah teman Abi dulu waktu SMP. Tadi Abi sempat berbicara pada teman Abi itu. Katanya pesantren Al-kheir itu pesantren yang basicnya menghafal Al-Qur'an. Tapi karena jumlah santri yang semakin meningkat dan banyak santri yang berpotensi dalam kitab, dua tahun lalu pun dibuka untuk yang ingin memperdalam kitabnya"
"Namun program unggulannya tetaplah Tahfidzul Qur'an. Abi ingin sekali kamu menghafal Al-Qur'an mas. Dulu mondok dulu,Abi masuk ke pondok khusus kitab. Tapi Abi berusaha sedikit-sedikit menghafal Al-Quran. Tapi ya ujungnya Abi Ndak bisa rampungin hafalinnya"
"Tapi itu sih terserah kamu saja mas. Kalau kamu pengen masuk program Tahfidzul Qur'an ya bagus. Tapi kalau kamu merasa lebih berpotensi dalam kitab,lebih tertarik ke kitab ya monggo persilahkan. Kamu mondok disana saja Abi sudah senang mas"
"Kalau aku sih kayaknya lebih tertarik ke ngafalin Al-Qur'an deh Bi. Jadi nanti kalau sudah masuk pondok aku mau ke program unggulannya aja"
"Yakin kamu?"
"Yakin dong bi. Nanti apapun kesulitannya akan coba Tahta hadapi bi. Menghafal Al-Quran mungkin susah tapi akan aku coba bi"
Abi tersenyum mendapati jawaban tersebut. Ia sangat senang memiliki anak yang dapat menyejukkan hati. Ia bersyukur karena Allah telah memberikan anak seperti Tahta. Ia bersyukur karena tidak salah menikah orang sehingga anak dari cinta mereka tumbuh menjadi anak yang baik pekertinya.
Ya Allah, semoga Anakku ini bisa terus membahagiakan kedua orangtuanya. Semoga kehadirannya membawa banyak manfaat bagi banyak orang. Semoga ia selalu Engkau ridhoi. Rabbana Hablana min azwajina wa dzuriyyatina qurata a'yun waj‘alna lil muttaqina imama" Doa Abi penuh harapan dalam hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/326801867-288-k325340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Embun Iman
Teen Fictionini adalah sebuah kisah yang menceritakan sekilas kehidupan di pesantren.