PART 5

14 2 0
                                    

"kok bisa disebut sebagai pewaris para nabi?" Tanya Tahta bingung.

Bagaimanapun juga Tahta masih belum memahaminya.

"Bukannya pewaris para nabi adalah para ulama?" Tanya Tahta lagi.

"Iya, pewaris para nabi memang para ulama. Tapi Ta, santri juga secara tak langsung menjadi penerus para nabi"ujar remaja itu.

"Kok aku bingung ya kak. Coba jelasin. Aku nggak mudeng"

"Gini ya Ta, al-'Ulama warasatul anbiya' ulama itu adalah pewaris para nabi. Mereka mewarisi ilmu para nabi dan tekad menegakkan agama Islam"

"Dan para ulama besar itu seringkali tidak tinggal diam dengan ilmu yang mereka miliki. Mereka tentu ingin umat muslim lainnya juga memiliki ilmu agar para muslim tidak mudah diperdaya oleh musuh-musuhnya"

"Mereka menggunakan waktu, tenaga dan pikiran mereka untuk hal yang bermanfaat, salah satunya mengarang kitab. Misalnya seperti imam Syafi'i yang menjelaskan tentang tujuh puluh tujuh cabang iman dalam kitab karangannya yang berjudul Al-Umm"

"Kitab Al-Umm adalah salah satu dari kitab-kitab yang diajarkan di pesantren, dipelajari oleh para santri. Itulah point yang menghubungkan bahwa santri adalah pewaris para nabi tak langsung"

Tahta terdiam. Penjelasan remaja didepannya dapat diterima dengan akalnya.

"Oh iya, kehidupan di pesantren akan memberikanmu pengalaman. Kamu akan mengenal seseorang yang akan lebih saudara daripada saudara sendiri"lanjut remaja itu.

"Maksudnya?"

"Kamu nanya?kamu ingin tahu?"Tanya remaja itu yang di angguki oleh Tahta.

"Kalau begitu masuklah ke pesantren. Kamu akan mengerti sendiri apa artinya kalimat itu. selain itu...tadi kamu bilang kamu diminta mondok kan?"

Tahta mengangguk lagi.

"Penuhi saja permintaan mereka. Tadi aku juga bilang kalau mondok itu jihad. Setiap langkah diganjar pahala. Secara tidak langsung kamu memberi pahala pada mereka"

"Tapi kak,aku nggak mau jauh dari keluarga. Hidup itu singkat, eman-eman kalau waktu yang singkat itu ndak dihabiskan bareng keluarga. Lagipula mondok kan juga bayar..nanti Abi harus keluar banyak uang buat aku mondok"kilah Tahta.

"Gini ya...mau seberapa banyak uang yang harus dikeluarkan, abi mu pasti akan mengusahakan uang itu ada. Dan Allah pasti akan melancarkan rejeki orang tua yang anaknya menuntut ilmu agama"

"Hidup memang singkat,yang kekal itu kehidupan akhirat. Abi dan ummi mu tahu itu. Karena itulah mereka ingin kamu mondok agar bisa jadi orang yang selamat dunia akhirat."

Tahta terdiam. Selama ini ia belum terpikir sampai sana. Terlebih lagi ia masih terlalu muda untuk memikirkan hal seluas itu.

Cukup lama Tahta terdiam yang membuat suasana terasa sepi. Hanya terdengar suara deru mesin mobil yang sedang dipanaskan.

Tahta merenungkan Segala ucapan remaja itu. Sementara si remaja merasa tidak enak hati karena merasa terlalu mencampuri urusan Tahta.

"Maaf kalau terlalu mencampuri urusanmu. Aku hanya mencoba memberi masukan. Selebihnya adalah keputusanmu"

Tahta tersenyum. "Ndak papa kak. Makasih masukannya"

"Yaudah kalau begitu ayo kita ambil sepedanya di bengkel. Nanti sore aku antar pulang, jangan membuat orang tua mu jadi tambah khawatir"

Tahta mengangguk sementara si remaja berdiri lalu berjalan mendekat kearah mobil.

"Oh iya kak,mau nanya. Nama sampean siapa ya?" Tanya Tahta penasaran karena sejauh ini belum tahu nama remaja itu.

Tetesan Embun ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang