PART 7

3 1 0
                                    

Waktu terus berjalan. Hari berlalu. Bulan silih berganti.

Tahta telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di MI Salafiyah At-taufiq. Ia lulus dengan nilai yang memuaskan. Ia mendapatkan nilai terbaik seangkatannya. Tak lupa ia mendapat hadiah dari segenap prestasi yang diraihnya. Baik juara kelas, peringkat paralel, maupun duplikat piala dari sekolah atas beberapa lomba yang pernah ia menangkan.

Dua minggu berlalu semenjak kelulusannya. Kini waktunya ia memulai pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.

Tak menyangka, besok adalah waktu pemberangkatan pondok pesantren Al-kheir yang telah ditetapkan.

Hari ini Tahta memilih menghabiskan waktu bersama teman-temannya sepulang dari pasar bersama Abi. Tadi ia bersama Abi ke pasar guna membeli beberapa keperluan mondok yang perlu disiapkan.

Sore hari, ketika adzan ashar berkumandang, Tahta memutuskan untuk pulang.

"Mas...yuk bantuin Abi pegangin ayam buat disembelih" ajak Abi ketika Tahta sampai di rumah.

Tahta menurut. Ia berjalan mengikuti Abi ke belakang rumah.

Abi mengambil Ayam dari kandang.

"Nah..kamu pegangin dulu"ucap Abi sembari mengajarkan Tahta cara memegangi ayam dengan benar.

Abi mengambil pisau. Setelah menyebut asma Allah,Abi mulai menyembelih ayam. Darah segar keluar dari leher ayam itu.

"Mas... lehernya direndahkan lagi,biar darahnya pada keluar"

Tahta menurut. Ia posisikan leher ayam lebih rendah. Setelah yakin darah telah keluar semua, Tahta melemparkan ayam itu.

Ayam menggepar-gepar meregang nyawa. Beberapa saat kemudian ayam diam, kehilangan nyawa.

Abi mengambil Ayam itu, kemudian membelah bagian dada ayam.

"Mau masak ayam bi?" Tanya Tahta pada Abi yang tengah mengambil jeroan dan membersihkannya.

"Iya mas. Tapi rencananya ini nanti dibikin ayam bakar buat warga. Untuk kamu berangkat mondok besok" jawab Abi

"Maksudnya bi?"

"Gini loh mas. Besok kan kamu berangkat mondok. Nah kita gawe acara syukuran. Lebih tepatnya acara do'a untukmu"

"Emang harus ya bi?"

"Ndak..Ndak harus kok. Tapi kan besok kan kamu berangkat pondok. Itu suatu i'tikad baik. Nah,agar niat itu bisa berjalan baik dan hasilnya baik,maka ada baiknya diawali dengan sebuah perbuatan baik"

Tahta ber-oh panjang mendengar penuturan Abi.

"Eh udah sholat asar belum mas?" Tanya Abi yang dijawab Tahta dengan gelengan kepala. "Yaudah kalau begitu sholat dulu sana"

Tahta pun masuk ke dalam rumah. Ia pun menyiapkan diri untuk segera menunaikan sholat ashar. Kebetulan ia masih mendengar lantunan sholawat dari masjid. Itu artinya sholat di masjid belum dimulai.

Tahta cepat-cepat bersiap. Ia ingin sholat di masjid saja. Selain sholat berjamaah pahalanya lebih banyak,disana ia juga bisa bertemu teman-temannya.

********

Tengah malam, Tahta nampak masih belum tidur. Tak seperti biasanya, malam ini ia tak bisa tidur. Apakah mungkin karena besok ia akan berangkat pondok?

Tahta menatap kesatu sisi didalam kamarnya. Disana telah tertumpuk banyak barang-barang untuk dibawa besok. Ada baju, peralatan mandi, peralatan tulis,hanger,ember dan lain sebagainya.

Kamu beneran mau berangkat besok Ta? Aku dengar di pondok itu tidak menyenangkan. Segalanya serba diatur. Dari bangun sampai tidur ada peraturannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tetesan Embun ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang