Training

3.3K 303 9
                                    

All character is owned by Mr.masashi Kishimoto. Enjoy reading~



"Uzumaki Naruto!"

"Maafkan saya, tapi saya tidak bisa berbuat apa apa sekarang." Naruto menunduk penuh, ia menyadari kelalaiannya kali ini.

"Bagaimana bisa kau membiarkan kedua putramu pergi?!"

"Jika mereka membuat kesalahan maka bisa saja mereka menyebabkan peperangan!"

Naruto mengangkat kepalanya, rahangnya mengeras dan tatapan matanya tajam menusuk. Orang orang tua itu gentar padanya, mereka tentu saja segan pada kekuatan si pirang pahlawan dunia Shinobi.

"Aku percaya pada anakku."

"K-kau percaya tapi tidak dengan kami." Seorang daimio berkata terbata sembari menutup setengah wajahnya dengan kipas tangan.

"Daimio-sama, ini bukan kesalahan hokage, ini murni ulah dua bocah nakal itu." Shikamaru yang melihat Naruto terus dipojokkan ikut membela. Muak juga dia dengan para petinggi merepotkan ini.

"Kau harus selesaikan masalah ini segera. Jika berita ini menyebar, kericuhan akan terjadi di desa."

"Aku mengerti." Naruto mengangguk dan segera keluar meninggalkan ruangan konferensi desa. Langkah kakinya tegas dan raut wajahnya datar tak terbaca. Shikamaru menatap prihatin, Naruto yang hangat sudah hilang digantikan sosok dingin dan tidak tersentuh. Kematian Sasuke membuatnya terluka begitu dalam, mengubah hangatnya mentari musim semi menjadi dinginnya salju musim dingin.

Naruto memasuki ruang kantornya, ia berdiri didepan jendela kaca yang langsung menghadap desa.

"Shikamaru. Buatlah berita kematian keduanya." Katanya dengan tenang namun mampu membuat Shikamaru terkejut setengah mati.

"Kau gila?!"

"Hanya itu satu satunya cara."

"Naruto-"

"Tolong, jika mereka berhasil menyelamatkan Sasuke maka mereka tak akan kembali lagi. Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi disini, tapi aku juga tak bisa pergi ke masa lalu."
Manik biru itu sarat akan permohonan yang tak mungkin Shikamaru tolak. Lelaki nanas itu menghela napas pasrah tak lupa gestur andalannya yang sering kali menggaruk belakang kepalanya jika mendapat tugas merepotkan.

"Mendokusai. Kalau begitu aku akan mengaturnya sesuai keinginanmu."

"Aku sangat berterimakasih." Naruto tersenyum tipis. Shikamaru adalah satu satunya sahabat yang bisa mengerti dirinya kini. Lelaki nanas itu akan selalu memberinya masukan jika ia menceritakan masalahnya. Tangannya terulur mengambil sebuah bingkai foto. Potret seorang lelaki tampan terbingkai manis disana, ia tersenyum tipis sembari menggendong bayi lelaki. Naruto masih ingat momen ini, saat Menma merengek ingin ikut berfoto dengan adik kecilnya, saruto. Naruto terkekeh, merasa lucu dengan melakukan Menma dulu.

"Na Suke, dua bocah itu benar benar mirip denganmu, denganku juga sih,"

Jempolnya mengusap lembut permukaan kaca yang melindungi potret kekasihnya seolah mengelus pipi yang ia rindukan.

"Mereka itu nekat dan keras kepala. Suke, apa yang aku lakukan ini sudah benar?"

.
.
.

"Wah sudah lama kita tidak kesini kan Sasuke?"

Naruto merentangkan tangannya, menarik napas dalam seolah dirinya tak pernah menghirup udara segar.

"Hn,"

Sasuke menggelar tikar piknik yang mereka bawa, mengeluarkan beberapa makanan manis dari dalam keranjang. Dibantu oleh Menma yang menatapnya penuh binar.

Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang