Last Chance {End}

4.9K 305 30
                                    

All character is owned by Mr.masashi Kishimoto. Enjoy reading~
  
  
   
   
"!!"

Naruto terbangun dengan gebrakan pada meja kerjanya, mengagetkan Shikamaru yang tengah fokus pada dokumen-dokumen yang harus ia periksa. Dahinya mengernyit kala melihat ekspresi wajah sahabatnya itu begitu tegang dengan keringat dingin membasahi dahinya.

"Kau kenapa?" Tanyanya cukup penasaran.

"Shikamaru! Sasuke?!"

"Ada apa dengan Sasuke?"

Tanyanya sekali lagi murni karena penasaran. Cukup mengherankan bagi Shikamaru saat Naruto terlihat khawatir pada Sasuke, padahal tadi pagi ia mengeluh karena bertengkar dengan Uchiha tunggal itu.

"Aku akan pergi!"

"Oy Naruto!"

Shikamaru hanya bisa mengelus dada sabar akan tingkah Naruto yang kadang sangat sulit ditebak. Lelaki itu menghilang dalam sekali kedipan mata meninggalkannya dalam tanda tanya sendirian.

.
.
.

Brak!

"Sasuke!" Panggilnya begitu ia sampai dirumah dan mendobrak pintu rumahnya. Dalam kepalanya masih terngiang kondisi Sasuke yang bersimbah darah nyaris meregang nyawa.

"Tidak tidak, itu pasti mimpi!"

"Sasuke!" Panggilnya lagi, membuka setiap pintu yang ada dirumahnya namun sosok yang ia cari tak juga dijumpai.

"Sasu-"

"Berisik dobe!"

Sahutan dari tangga menghentikan aksinya. Terlihat Sasuke yang kesal karena aksi berisik Naruto dirumah kecil itu.

"Sasuke!"

Naruto tak menahan dirinya, ia menaiki tangga begitu cepat dan menerjang sasuke yang tidak siap, nyaris saja mereka terjatuh.

"Oy apa yang kau lakukan?!"

"Syukurlah... Kau masih hidup syukurlah, terimakasih Kami-sama!"

Sasuke menelan lagi kekesalannya kala dirasa sesuatu yang aneh telah terjadi pada suaminya itu. Dengan lembut ia mengelus punggung Naruto, menenangkan si pirang dari kepanikannya.

"Oy Naruto, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyanya perlahan kala pelukan mereka melonggar.

"Dimana Menma dan Saruto?"

"Kau tidak mencari Sarada?"

Sasuke mulai aneh dengan Naruto, lelaki itu tak pernah melupakan anak perempuannya tapi kini yang dia ingat hanya dua perusuh itu?

"Hah?"

"Sarada dobe, kau melupakan anakmu sendiri?"

Naruto menggeleng, ia ingat anak bungsunya namun yang ia perlu saat ini adalah dua anaknya yang lain.

"Ah, aku tidak. Dimana dia?"

"Dia sedang tidur, ini waktu tidurnya."

"Begitu, lalu Menma dan Saruto?"

"Kau lupa?"

"Hah?"

Sasuke menatap Naruto aneh. Ada apa dengan si pirang ini? Baru kemarin ia memberikan misi pada Menma dan kini ia lupa?

"Kau memberikan Menma misi bukan?"

Naruto berpikir sesaat, ingatannya seperti acak-acakan dan berantakan. Ia belum memahami apa yang sedang ia alami. Ia tak yakin apakah yang baru saja ia alami hanya mimpi atau benar-benar perjalanan waktu?

"Kau benar.." jawabnya setelah mengingat cukup lama.

"Saruto sedang berlatih di padang pinggir desa." Lanjut Sasuke ketika Naruto hendak bertanya lagi.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

Naruto memijit dahinya pelan, menghilangkan rasa pening yang menderanya secara tiba-tiba.

"Ceritanya panjang."

"Persingkat." Tuntut Sasuke.

"Kau mati bersimbah darah karena segel Kaguya."

Naruto ini sudah terbentur atau bagaimana? Apa dia tidak ingat dulu jika Sasuke memang 'mati' karena berusaha menghancurkan segel Kaguya? Lalu beruntungnya Orochimaru dan Tsunade tiba didesa tepat waktu. Kejadian itu sudah belasan tahun berlalu.

"Memang benar bukan?"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Serius kau lupa? Bukankah kau yang membawaku pulang?"

Kini Naruto mengerti. Semuanya bukan mimpi, tapi mungkin saja yang ia alami adalah time lapse, perjalanan waktu. Semuanya nyata, perjalanan waktu Menma dan Saruto.

Poof!

Sesosok bunshin muncul dihadapan mereka, bunshin milik Naruto. Sasuke semakin tidak paham apa yang terjadi disini.

"Untuk apa bunshin itu?"

"Sampaikan pada Shikamaru jika aku ingin Menma pulang hari ini juga."

Menma baru pergi kemarin dan si dobe ini ingin dia kembali?

"Sasuke, aku harus berterima kasih pada Menma dan Saruto."

Sasuke menggeleng tak paham lalu memilih untuk tidak begitu peduli. Ia lelah setelah mengurus Sarada dan pekerjaan lainnya.

"Terserahmu saja dobe, aku mau tidur. Ingat untuk ceritakan semuanya padaku."

"Pasti."

Sorenya Menma benar benar pulang dari misinya karena surat yang dikirim oleh Shikamaru. Pesan yang katanya langsung dari Hokage, ayahnya.

Menma dan Saruto duduk bersampingan disofa panjang, dihadapan mereka duduk Naruto dan Sasuke dengan Sarada dipangkuannya.

"Menma, Saruto, terimakasih."

Ucap Naruto tulus dari dalam hatinya. Menma dan Saruto mengernyit heran. Mereka tidak melakukan hal besar tapi tousan mereka berterima kasih?

"Untuk apa tousan?"

"Karena kalian, Sasuke bisa hidup."

Menma kini mengerti, tousannya entah bagaimana tau jika mereka pernah melakukan perjalanan waktu. Menma menatap saruto, keduanya tersenyum kecil, saling pandang seolah ada suara 'klik' dari tatapan mereka.

"Jangan lupakan Orochimaru jiichan dan Tsunade baasan. Oh iya bibi sakura juga."

Sasuke semakin tidak mengerti, sebenarnya apa yang mereka bicarakan ini? Kenapa harus berterimakasih pada tiga orang itu?

"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?"

"Hanya rahasia antar lelaki, Sasuke."

Siku-siku imajiner timbul di dahi Sasuke, ia kesal pada perkataan Naruto tadi. Jadi menurutnya Sasuke ini apa?

"Jadi menurutmu aku bukan lelaki?" Tanyanya menahan kesal. Naruto mengecup pipinya kilat lalu mengerling dengan jahil.

"Nah, itu sedikit berbeda~"
  
.
.
.
   
END

NYAHAHAH BYE'!

Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang