4. Nyabu

68 16 1
                                    

Pagi ini Nakula memperlihatkan raut wajah yang berseri dan sangat ceria, usai melakukan acara girls-time nya kemarin bersama calon kakak ipar yang sudah terasa seperti kakak sendiri. Kegiatan mereka kemarin tidak jauh dari shopping, nyalon, dan menjajal segala jenis makanan yang menurut mereka patut dicoba.

Perempuan dengan seragam yang sudah rapih dengan atribut lengkapnya menghampiri meja makan.

"Non Nakula, silahkan dimakan ya sarapannya, bibi sudah buat nasi goreng kesukaan Non."

"Mas Sadewa kemana, bi?"

"——anu Non, Den Sadewa tadi sudah berangkat lebih dulu. Katanya hari ini ada panggilan perform di Bali, dan acara——"

"Oh, oke bi. Kalo gitu, saya berangkat ya."

"Tapi Non, Non Nakula gak mau sarapan dulu? Nanti Non bisa sakit kalau telat makan, lambung Non bisa kambuh."

"Tenang, Bi." Nakula mengeluarkan sekotak susu dari dalam tasnya dan ditunjukkan kepada Bibi, "Nakula bisa minum ini buat ganjel makan. Udah, hari ini Bibi aja yang ngabisin sarapan ya? Bibi juga belum makan, pasti."

"Tapi Non——"

"Apa lagi, Bi?"

"Den Sadewa tadi titip pesan, kalau Non gak boleh melewati sarapan tanpa nasi."

"Sadewa ngomong gitu?"

"Iya, Non."

Nakula berpikir panjang, sebelum akhirnya memutuskan, "Tolong dimasukin ke kotak bekel, Bi. Biar saya makan di sekolah."

"Siap, Non!"

...


Nakula berjalan malas kearah kelasnya, karena ia tak kunjung melihat teman yang setia menemaninya itu datang kesekolah, siapa lagi kalau bukan Rosi.

"Sepi amat sekolah, bangkrut kali ya?"

Ucapnya sambil berjalan sendirian menuju kelasnya, yang masih terlihat sangat sepi. Tinggal selangkah lagi, saat Nakula hendak memasuki kelasnya, tetapi ia dibuat kagum oleh suara mengaji dari seorang temannya laki-lakinya, yang bernama Athar.

Athar mengaji bukan bermaksud untuk pamer, ataupun ingin dipuji oleh orang lain. Lihat saja, dia bahkan mengaji ketika semua teman temannya belum datang kesekolah.

Entahlah, laki laki itu sudah tiba di sekolah dari pukul berapa.

"Masyaallah, maha suci allah." Ucapnya dalam hati, "Pengen masuk, takut kebakar."

masuk aja lah ya.

Bersamaan dengan itu, Athar mengehentikan kegiatannya, lalu menatap Nakula dengan tersenyum, "Assalamualaikum, Nakula." Tuturnya dengan lembut.

Tak lama setelah mengucapkan itu, Athar memutuskan kontak mata dengan Nakula.

"Wa—alaikumussalam." Jawab Nakula dengan ragu.

Kemudian Nakula berjalan menuju bangku nya, dan segera duduk dengan menyembunyikan wajahnya.

Aish, guendeng. Bukannya gue yang ngucap salam, malah dia duluan yang salam.

Tak ingin merasa canggung, Nakula berusaha menyairkan suasana, "Oh ya, Athar——LAH BUSET KEMANA TUH ANAK?"

Nakula menelisik seluruh sudut ruangan dikelasnya, benar, Athar sudah tidak ada, kemana pria itu? Perasaan baru saja tadi ia saling mengucapkan salam.

"Jangan-jangan——" Nakula menggelengkan kepala nya, untuk menepis pikiran negatif yang baru saja ia pikirkan, "No, no. Mana mungkin ada setan ganteng, bisa ngaji sama ngucap salam, udah gitu pagi buta gini."

Band-itTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang