Chapter 6

855 89 8
                                    


Malam hari

Suara dentingan sendok dan garpu beradu dengan piring terdengar di ruang meja makan

Justin, Teo, Lian dan Arnold sedang makan malam bersama, makan malam pertama mereka dengan anggota baru terlihat sedikit ramai dari biasanya

Teo dan Lian sama sama menyodorkan sayur untuk di taro di piring Arnold membuat Arnold kewalahan untuk memakan nya karena melebihi kapasitas dia makan

"Stop untuk memberikan makanan lagi ke piring Arnold, kalian tidak lihat wajah nya sudah memerah karena perlakuan kalian"Ujar Justin membuat kedua anak nya terdiam

"Tapi Lian suka melihat dia makan pa, dia lucu saat makan, lihat pipi nya menjadi gembul dan bergerak saat mengunyah makanan nya"Ujar Lian menyengir melihat ke arah Justin

"Sudah sudah cepat habiskan makanan kalian dan kita akan berkumpul di ruang keluarga"Ujar Justin

-------------

Makan malam telah selesai

Mereka berempat duduk di sofa ruang keluarga

"Tumben banget ngajak kita kumpul gini, biasanya juga gak pernah, biasanya juga papa malam malam keluar rumah kan, ngurus ruang eksekusi manusia"Ujar Lian

"Ngumpul salah gak ngumpul juga salah, serba salah papa sama kamu nak, 2 hari lagi papa mau ke Thailand, papa mohon sama kalian jangan buat ulah selama papa pergi, mungkin papa sebulan berada di sana, jadi kalian berlima papa serahkan ke Mahesa dan jangan ada yang melawan perintah nya atau kalian papa hukum semua nya"Final Justin dengan mutlak, jika Justin sudah menyerahkan pada Mahesa, maka mereka akan benar benar tinggal seperti anak kecil yang tidak boleh melakukan ini itu tanpa nya

"Pa, kenapa harus sama uncle Mahesa sih, gak ada orang lain gitu, selain uncle Mahesa juga gapapa deh"Sahut Teo

"Jangan membantah kata kata papa, jalan terbaik memang kamu harus bersama uncle Mahesa tidak ada orang lain, papa tau kenakalan kalian selama papa kerja dan kalau papa tidak pantau kalian, kalian akan seperti kucing liar tidak ada induknya, padahal induknya lebih galak" Ujar Justin menatap ke arah ketiga orang yang di hadapan nya sekarang

"Kak sudahlah, papa tau yang terbaik untuk kita, jangan bantah omongan papa, gak baik tau gak"Ujar Lian menatap wajah Teo

"Iya iya adek ku sayang, kakak gak bantah papa lagi, gemes banget sih"Teo memeluk erat badan Lian dan mengunyel ngunyel pipi Lian sampai memerah

"Papa liat kak Teo, pipi Lian sakit pasti merah ini kan"Adu Lian dengan mata berkaca-kaca

"Jangan ganggu adek mu Teo, sini sayang sama papa"Justin merentangkan tangannya dan Lian pindah tempat duduk jadi di samping Justin, sekarang yang duduk bersebelahan dengan Teo adalah Arnold, bahkan Arnold sudah menjauh kan badan nya dari Teo

"Pfft, hahahahah, Arnold aja yang baru lihat kakak juga takut dia, takut kenak sasaran, makanya kak jadi orang jangan ganas ganas"Ketawa Lian pecah menggelegar

"Jangan heran lihat mereka kayak gini Arnold, di luar mereka memang kelihatan mengerikan tapi kalau sudah di dalam rumah, suara rengekan seperti bayi akan terdengar disini "Ujar Justin mengusap lembut kepala Lian

"Mereka jadi lucu jika di rumah, seperti anak kucing pa"Kekeh Arnold melihat Lian dan Teo secara bergantian

"Biasakan dirimu dengan situasi seperti ini, sebentar lagi kamu yang akan menjadi sasaran manja mereka"

"Pa, jangan membongkar aib kami di depan Arnold, kami 'MALU' " Ujar Teo melipat kedua tangan nya di depan dada

"Masih punya malu kalian ternyata hm, selama ini malu kalian di buang kemana ? Sekarang baru merasakan malu"

MAFIA [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang