Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalo diceritain sampe ke akarnya mah ribet, terlalu panjang dan memakan banyak waktu.
Intinya adik abang Yoongi sudah berhasil melewati masa mendebarkan bagi seluruh anggota keluarga, terutama ayah dan bunda yang sempat nangis kejer beberapa hari kemarin.
Yaa gimana enggak, tiba-tiba..
"Maaf pak.. Bu..."
"Tunggu.. tunggu.. ada apa? Jangan bilang kalo anak saya..?"
"Hiks.. Yah, adek kenapa? Hiks.." ptong bunda sebelum ayah bertanya lebih jelas.
"Tidak, tolong jangan katakan anak saya.. hiks.."
Ayah menangis meraung, mundur perlahan menatap istrinya yang sudah menangis segukan dipelukan ibunya.
Dokter itu menghela nafas, resah sekali rasanya.
"Maaf, Pak.. tapi.."
"Dokter kalo ngomong jangan dipotong-potong! Anak saya kenapa?!"
Plakkk
Itu tepukan cinta dari Genpa dipunggung ayah, lumayan. Bikin kesadaran putranya kembali.
"Ahh! Pah, sakit" ringisnya menatap sendu.
"Dokter belum selesai ngomongnya, kamu yang maen potong!" Kesal Genpa, emang kadang-kadang ente.
"Jadi, adik saya bagaimana?" Kali ini Abang Yoongi bertanya dengan serius, mengandalkan para orang tua disana harus cukup sabar menahan emosi. Kelamaan.
"Jadi begini.."
"Bagaimana?"
"Kami berhasil melakukan prosedur pemasangan alat bantu itu dengan baik, namun.."
"Kenapa?"
"Sebelum pasien dipindahkan keruang intensif pasien akan dipindahkan ke ruang recovery room terlebih dahulu untuk beberapa waktu, setelah keadaan cukup baik dalam pantauan pasien bisa segera dipindahkan kembali"
Hahhh... Lega..
Setidaknya adik nakalnya sudah berhasil melewati hal menakutkan itu, memang biarpun kecil ternyata pemberani. Abang yoongi bangga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
