01

753 32 5
                                    

بسم الله الرحمن الر حيم

🥀Happy Reading 🥀

Di sebuah aula terlihat ada sekumpulan santriwati beserta seorang kyai yang tengah membicarakan sesuatu hal yang penting.

"Jadi diantara kalian siapa yang mau di pindahkan ke pesantren Al Hikmah?" tanya seorang Kyai kepada para santriwatinya.

Namun nihil tidak ada satu orang pun yang mengacungkan tangannya ataupun menjawabnya.

Sang Kyai berinisiatif memindahkan beberapa santriwatinya ke pesantren Al Hikmah yakni pesantren temannya, karena di sana hanya ada santri putra tidak ada santri putri. Kyai Miftah sebagai pemilik pesantren sangat menginginkan ada santri putri di pesantrennya jadi, ia meminta pada kyai Husain untuk memindahkan beberapa santriwatinya ke pesantren miliknya.

"Apakah tidak ada yang mau? Atau biar saya saja yang menentukan?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan.

"Iya Pak Yai, Pak Yai saja yang menentukan," jawab seorang santriwati yang duduk di paling ujung yang di ketahui bernama Siti Asyiah itu.

"Baiklah kalau begitu," ucapnya lalu mengedarkan pandangannya ke arah para santriwati untuk melihat siapa saja yang akan ia pilih untuk dipindahkan ke pesantren Al Hikmah.

"Siti Maryam, Sri Ristiyani, Nadila Setiawati, Nur Fadilah, kalian berempat yang akan menjadi santriwati di sana."

"Apa?!" kaget mereka kompak.

Baru saja mereka akan memprotes tapi Kyai sudah memotongnya. "Keputusan saya sudah bulat tidak bisa di ganggu gugat lagi jadi, kalian harus bersiap-siap besok akan saya antarkan kalian kesana."

"Oh iya, kalian bisa memilih salah satu kakak kelas yang bisa diandalkan di sini untuk nanti teman kalian di sana," lanjutnya memberi tahukan. "Silahkan kalian akan memilih siapa?"

Keempat santriwati itu mengedarkan pandangannya untuk mencari siapa kakak kelas yang baik dan tidak pernah marah juga jago masak kenapa cari yang jago masak? Karena mereka tidak ahli dalam hal memasak dan ya pandangan mereka berempat tertuju pada seorang gadis yang duduk di paling pojok siapa lagi kalau bukan Siti Asyiah.

Merasa diperhatikan Asyiah pun menegakkan pandangannya dan benar saja keempat santriwati itu melihat kearahnya.

"Kenapa kalian melihatku?" tanyanya penuh selidik.

"Hhhe, kami ingin memilih Teh Asyiah untuk menemani kami di sana," ucap salah satu dari mereka.

Tentu saja Asyiah kaget dengan pengakuan adik kelasnya itu, apakah tidak ada kakak kelas lain? Kenapa harus dirinya.

"Kenapa harus aku? Kenapa tidak yang lain saja?" tanyanya lagi karena memang ia tak mau ikut pindah.

"Yang lain tidak ada yang mau, Teh, kami mohon Teteh maunya pliss," mohon Nadila dengan wajah memelasnya.

Awalnya ia menolak tapi, karena memang pada dasarnya hati Asyiah ini tidak tegaan, akhirnya dengan terpaksa ia mengiyakan.

"Hah! Iya deh iya teteh mau," balasnya dengan sedikit menghela nafas.

Kakak kelas lain langsung menghela nafas lega karena Asyiah mau menerima ajakan adik kelasnya itu, kebayang kalau gak mau siapa yang harus menggantikannya.

Aku Dan TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang