02

251 28 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🥀 Happy Reading 🥀

“MARYAM!”

Sontak sang empunya terlonjak kaget mendengar teriakan itu. Maryam tersadar dari alam bawah sadarnya, ia lalu menolehkan pandangannya ke arah samping dan tampaklah wajah yang tidak familiar di penglihatannya.

“Eh, Teteh, hhhe,” ucapnya dengan terkekeh.

“Cepetan ke kamar mandi, ambil wudhu bentar lagi masuk adzan subuh!” perintahnya tegas.

“Iya, Teh,” balasnya dengan berlalu pergi dari hadapan Asyiah.

Setelah selesai membangunkan semua santriwati, ia langsung pergi ke mesjid untuk kembali memantau para santriwati apakah mereka akan tepat waktu atau tidak.

Beberapa menit Asyiah menunggu, akhirnya ia melihat satu persatu santriwati masuk mesjid terutama Maryam dan Ristiyani dua orang yang tidak dapat di pisahkan. Mereka sudah menjalin persahabatan sejak awal mereka masuk sampai sekarang.

Semua santriwati sudah masuk ke dalam mesjid, Asyiah pun ikut masuk dan mengikuti tadarus bersama yang lainnya. Adzan subuh sudah berkumandang semua santriwan santriwati mengakhiri tadarus mereka. Setelah selesai adzan subuh seluruh santriwan santriwati melaksanakan sholat sunnah qolbiyah terlebih dahulu setelah itu baru sholat subuh berjamaah.


*****


Pagi hari yang cerah lima orang santriwati tengah membawa barang-barang mereka ke halaman depan untuk di masukan ke dalam mobil yang akan mereka tumpangi nanti.

“Apakah semuanya sudah, tidak ada yang tertinggal?” tanya Kyai Husain.
“Sudah, Pak Yai,” jawab Asyiah dengan menundukkan kepalanya.

“Baiklah kalau gitu, kalian langsung masuk ke dalam mobil kita akan berangkat sekarang,” titah Kyai Husain.
Kelimanya pun menurut mereka langsung masuk ke dalam mobil, di dalam mobil sudah ada Ummi Syaidah yang akan ikut mengantarkan.

Jarak antara pesantren Al-Huda dan Al-Hikmah cukup jauh membutuhkan waktu sekitar satu jaman.

Di sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Tak terasa mereka sudah sampai di sebuah pesantren yang tak kalah besar dari Al-Huda. Di halaman pesantren itu terdapat beberapa santri putra yang sedang bersih-bersih.

Mereka turun dari dalam mobil, saat mereka turun semua mata tertuju pada mereka. Tak lain tertuju pada kelima santriwati yang tengah menundukkan kepalanya itu. Mereka di sambut hangat oleh Kyai Miftah dan Ummi Hamidah.

“Assalamualaikum warrahmatullahi wabbarakatuh,” salam Kyai Husain setelah sampai di hadapan Kyai Miftah dan istrinya.

“Waalaikumussalam warrahmatullah,” salam Kyai Miftah dengan berjabat tangan ala laki-laki.

Sama halnya dengan para laki-laki, Ummi Hamidah dan Ummi Syaidah berpelukan dan sedikit berbincang.

“Apa kabar, Syaid?” tanya Ummi Hamidah.

“Alhamdulillah baik, Hami, kamu sendiri apa kabar?” tanya balik Ummi Syaidah.

“Alhamdulillah baik. Eh, ayo masuk gak enak kalau di luar,” ajaknya.

Aku Dan TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang