بسم الله الرحمن الرحيم
🥀 Happy Reading 🥀
Kini Asyiah sudah sampai di madrasah yang di dalamnya sudah terdapat empat adik kelasnya. Tanpa menunggu lama lagi, ia langsung masuk dan duduk di samping Ristiyani.
Untuk saat ini mereka masih di satukan karena kalau di pisah pasti akan terasa sangat sepi dan sedikit canggung. Mungkin untuk kedepannya jika sudah ada santriwati lain, baru mereka akan di pisahkan.
Tak lama setelah itu ustadz Yusuf pun datang. Ustadz Yusuf adalah salah satu guru di pesantren ini, ia sudah lama mengajar di sini. Sebelumnya ia juga adalah santri di sini setelah keluar dan menikah ia diutus untuk membantu mengajar oleh Kyai Miftah.
Setelah ustadz Yusuf duduk di kursinya, ia mulai membuka kitabnya dan mulai melugot. Para santriwan dan santriwati setia mendengar dengan mencatat arti dari kitab yang mereka pelajari.
Selesai melugot, ustadz Yusuf menyuruh para santri untuk membacanya dan setelah itu ia akan menerangkan maksud dari apa yang mereka lugot tadi.
***
Lima bulan telah berlalu, suka duka telah mereka lewati bersama. Asyiah dan keempat adik kelasnya itu kini sudah mulai terbiasa dengan pesantren barunya bahkan mereka kini tidak berlima lagi. Sekarang pesantren Al-Hikmah sudah memiliki banyak santriwati.
Setelah kepindahan Asyiah dan keempat adik kelasnya itu, banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya untuk menuntut ilmu di sini.
Pagi hari yang cerah, terlihat Asyiah yang tengah menyapu halaman asrama. Bukan hanya ada dia di halaman itu melainkan ada beberapa santriwati lain yang sedang membantu membersihkan halaman. Saat mereka tengah membersihkan halaman ada saja santri putra yang sengaja lewat untuk caper. Tak sedikit juga santriwati yang menanggapinya untung saja Ummi dan Kyai serta ustadz, ustadzah lain tidak melihat. Kalau mereka melihatnya bisa-bisa kena hukuman para santri itu. Sebenarnya Asyiah ingin melaporkannya tapi, ia sedikit tak tega jadi dia biarkan saja dulu kalau begitu terus baru dia akan melaporkannya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Asyiah dan yang lainnya selesai membersihkan halaman asrama. Mereka langsung menyimpan alat bersih-bersih dan kembali ke kamar mereka masing-masing untuk membersihkan diri. Karena setelah ini mereka akan pergi mengaji seperti biasanya.
***
Malam harinya, Asyiah tengah berada di dapur untuk mengambil minum karena haus. Sepertinya bukan dia saja yang berada di dapur. Terdengar ada suara langkah kaki dari dapur samping namun, dia tidak menghiraukannya ia kembali melanjutkan menuangkan air ke dalam gelas.
Di dapur samping.
Rifky berjalan masuk ke dalam dapur, dia berniat untuk makan karena perutnya tiba-tiba saja berbunyi minta di isi, padahal tadi dia sudah makan malam bersama yang lainnya. Entah kenapa perutnya merasa lapar lagi.
Namun, saat dia melihat isi wadah nasi ternyata di sana sudah tidak ada lagi nasi sedikit pun. Maklum saja kan yang makan banyak. Karena rasa laparnya tidak bisa di tunda lagi dia berusaha mencari makanan yang bisa ia makan di dapur itu tapi, nihil tidak ada makanan sedikit pun bahkan mie instan saja tidak ada. Ia pasrah saja biarkanlah ia lapar semalaman lagi pula kan besok dia bisa makan.
Saat hendak melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, tiba-tiba saja dia mendengar ada suara barang jatuh dari arah dapur santri putri. Awalnya dia kira itu tikus atau kucing yang tidak sengaja masuk tapi, setelah di dengar lebih jelas lagi dia mendengar ada suara seseorang mengucapkan istighfar. Karena penasaran ia berjalan ke arah pintu pembatas, tanpa ragu ia membukanya saat pintu terbuka, dia sangat terkejut ternyata ada seorang santriwati di dalam dapur itu yang tengah membereskan piring plastik yang tak sengaja dia jatuhnya.
Sepertinya santriwati itu tidak menyadari kehadirannya. Awalnya Rifky ingin menutup kembali pintu itu sebelum ketahuan dan kembali ke kamarnya tapi, saat ingin menutup pintu perutnya tak sengaja berbunyi membuat wanita yang tengah membereskan piring itu spontan menoleh karena suara perut Rifky berbunyi sangat nyaring mengingat suasana yang sudah malam.
Saat Asyiah wanita yang tengah membereskan piring itu menoleh ke arah sumber suara ia sangat terkejut melihat ada seorang santri putra tengah berdiri di pembatas dapur. Sampai saat ini dapur santri putra dan santri putri masih di satukan karena pembangunan dapur yang sedang dilakukan belum selesai.
"Astagfirullah hal'adzim," kaget Asyiah dengan refleks berdiri. "Kamu lagi apa di dapur santri putri?" sambungnya bertanya dengan wajah yang terlihat panik.
Rifky yang melihat kepanikan di wajah Asyiah berusaha menenangkan cewek itu. "Saya, tadi gak sengaja denger suara barang yang jatuh, Saya kesini berniat mengecek. Saya kira itu tikus atau kucing tapi, ternyata bukan. Maaf karena saya sudah lancang masuk ke sini. Kamu gak usah panik saya gak akan ngapa-ngapain kok," ucap Rifky menjelaskan maksud dia pergi ke dapur santriwati.
Asyiah sedikit tenang dengan pengakuan itu. "Oh, seperti itu. Iya gapapa kok, Kang," balas Asyiah dengan menundukkan pandangannya. "Yasudah kalau gitu saya pamit dulu," lanjutnya dengan berjalan sedikit terburu-buru.
Baru saja beberapa langkah, suara Rifky membuatnya terpaksa harus berhenti.
"Tunggu!" seru Rifky memberhentikan langkah Asyiah.
Sontak Asyiah memberhentikan langkahnya namun, tidak membalikkan badannya karena masih sedikit merasa takut bahkan ia juga tidak bersuara sedikit pun.
Melihat Asyiah berhenti Rifky bernafas lega. "Eum... maaf apakah kalian masih punya stok mie instan?" tanya Rifky dengan mengusap tengkuknya.
Mendengar pertanyaan itu sontak Asyiah membalikkan badannya dan menjawab pertanyaannya. "Sepertinya masih ada. Kenapa memangnya?" tanya balik Asyiah heran.
"Boleh saya minta satu bungkus? Soalnya stok mie instan kami sudah habis," jawab Rifky dengan menundukkan kepalanya.
"Oh. Boleh. Kamu, bisa ambil sendiri mienya ada di lemari sebelah sana," ucap Asyiah dengan menunjuk sebuah lemari tempat menyimpan mie instan.
"Kamu saja yang ambilkan, saya tidak berani menyentuh barang milik santriwati," balas Rifky.
Tanpa pikir panjang, Asyiah mengambilkan mie instan untuk Rifky karena ia sudah sangat mengantuk dan ingin cepat kembali ke kamar asramanya. Asyiah berjalan ke arah lemari tanpa melihat ke arah Rifky, setelah Asyiah mengambil mie instan itu ia perlahan berjalan ke arah Rifky dengan mata yang sudah tidak bisa di kondisikan karena mengantuk.
Saat jarak mereka sudah hampir dekat tanpa sengaja Asyiah menginjak baju bagian belakangnya kebetulan ia memakai baju yang panjang. Karena tidak bisa mengimbangi tubuhnya Asyiah pun akhirnya terhuyung ke belakang. Rifky yang melihat itu reflek menahan tubuh Asyiah sebelum tubuh wanita itu menyentuh tembok. Mie instan yang di bawa oleh Asyiah terjatuh di sebelahnya.
Posisi mereka saat ini sangat ambigu siapa pun yang melihatnya pasti akan berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimana tidak wajah mereka hampir bersentuhan hanya berjarak satu jengkal saja. Kalian bayangin sendiri aja gimana posisinya hhhe.
Netra mereka bertemu membuat keduanya terdiam bahkan tidak ada yang bergerak sedikit pun. Mereka terhanyut dalam pandangan itu. Hingga suara seseorang membuyarkan lamunan mereka.
"RIFKY!! ASYIAH!!"
Bersambung....
Semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dan Takdirku
RomanceBerawal dari di pindahkan oleh sang kyai ke pesantren temannya. Awalnya semua berjalan lancar hingga suatu insiden tak terduga yang mengharuskan Asyiah seorang santriwati yang baru saja pindah menikah dengan Rifky santriwan yang sudah lama berada di...