:::...

385 50 3
                                    

Sudah 1 bulan berlalu sejak pertengkaran Jeongwoo dan Junghwan. Atmosfer dingin masih menyelimuti keduanya karena kata 'maaf' yang dinantikan Junghwan tidak juga terucap dari bibir Jeongwoo. Kondisi ini tentu mempengaruhi performa keduanya. Sudah 2 pertandingan mereka lakoni dan mereka kalah, bahkan tidak masuk semi final.

"Coach, aku mau ganti partner." ujar Junghwan.

Jeongwoo yang duduk tidak jauh dapat mendengar percakapan antara partnernya dan sang coach.

"Kenapa?"

"Aku sudah tidak cocok dengan Jeongwoo."

Sang coach menghela napas. Pria usia lanjut tersebut tau anak didiknya sedang bertengkar dan tentu tidak ingin hal ini berlangsung lama.

"Kalau ada masalah sama Jeongwoo coba selesaikan terlebih dahulu, jangan lari seperti ini."

"Aku tidak punya masalah coach, tapi Jeongwoo yang bermasalah."

Jeongwoo yang mendengar namanya disebut langsung menghampiri keduanya.

"Junghwan, udah aku bilang kekalahan itu bukan salahku."

Junghwan menatap datar Jeongwoo.

"Lihatkan coach, dia tidak mau mengakui kesalahannya dan itulah masalahnya. Aku sudah mengingatkan dia ini itu tapi dia tidak mau dengar. Aku tidak mau berpasangan dengan orang yang egois dan keras kepala."

"Apa?! Egois? Keras kepala? Dari sisi mananya aku seperti itu?"

Sang coach melerai kedua anak didiknya sebelum pertengkarannya memanjang.

"Sudah. Kalau begitu Junghwan, untuk sementara kamu coba mulai berlatih dengan Doyoung. Kalau kalian sudah siap kamu akan mulai berpasangan dengannya tahun depan."

"Baik coach, terima kasih."

"Dan kamu Jeongwoo...."

Jeongwoo terdiam, dirinya merasa dikhianati di sini. Bagaimana bisa sang coach menuruti keinginan Junghwan. Lalu bagaimana dengan dirinya?

"....renungi kesalahanmu. Kalau kamu sudah mengerti dimana salahmu, baru kamu boleh kembali ikut pertandingan. Sekarang kalian kembalilah ke asrama." lanjut coach kemudian meninggalkan Junghwan dan Jeongwoo.

Jeongwoo menatap marah Junghwan, sedangkan yang ditatap tak peduli. Junghwan lebih memilih membereskan peralatannya dan segera bergegas ke asrama.

"Mau kamu tuh apa sih Junghwan?"

"Aku mau kamu sadar kesalahanmu."

"Terus aja kamu menyalahkanku!"

Junghwan menghela napas pelan, dirinya tidak mau kembali terpancing emosi.

"Baru tadi coach minta kamu merenungkan kesalahanmu, tapi sepertinya tidak bisa haha. Aku duluan ke asrama." sarkas Junghwan.

Junghwan meninggalkan Jeongwoo, tapi baru beberapa langkah Junghwan berhenti.

"Ah iya, sepertinya aku akan mulai latihan dengan Doyoung besok. Aku bakal kasih tau dia nanti malam." ujar Junghwan kemudian kembali berjalan menjauhi Jeongwoo.

Jeongwoo mengacak rambutnya frustasi. Dia harus apa sekarang? Karirnya yang baru saja mulai bersinar akan redup dalam sekejap? Padahal dia tidak berbuat salah apa apa.

"Aku harus apa sekarang?"

.

"Sepertinya kamu harus minta maaf sama Junghwan."

"Tapi aku ga salah apa apa hyung!"

Haruto yang berada di sebrang sambungan menghela napas lelah. Ternyata sulit memberi tau orang yang sedikit keras kepala.

"Coba kamu pikir lagi deh. Dalam 3 pertandingan beruntun kamu belum menjadi juara 1 kan? Dan alasannya sama kan? Kamu sedikit lelah."

"Iya, lalu?"

"Padahal sebelumnya ga pernah kan kaya gitu. Mungkin karena rutinitas kita yang bikin kamu harus begadang, padahal kamu harus banyak istirahat."

"Bukan karena itu kok aku kelelahan."

"Terus karena apa hm?"

"Karena....."

"Ga bisa jawab kan? Nah berarti penyebab adalah karena kamu begadang. Berarti secara ga langsung aku juga penyebab kekalahan kamu."

"Ihh ga gitu, bukan salah hyung"

"Berarti salah siapa?"

"Salah... Jeongwoo."

Haruto tersenyum. Akhirnya sang gebetan sadar juga.

"Anak pintar. Kalau begitu udah pahamkan salahnya dimana."

Jeongwoo mengangguk yang jelas tak bisa dilihat Haruto.

"Iya paham."

"Berarti harus ngapain?"

"Minta maaf sama Junghwan."

"Nahh, pinter."

"Tapi gimana minta maafnya hyung? Junghwan ga mau ngomong sama aku dari minggu kemarin. Apa lagi dia mulai latihan sama Doyoung."

"Hmmm.... kayanya kamu lebih tau harus gimana. Kamu lebih kenal Junghwan dibanding aku, jadi kamu pasti tau harus ngapain."

Jeongwoo terdiam, mencoba memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk meminta maaf pada Junghwan.

"Kalau gitu udah dulu ya. Jangan sedih lagi. Mulai sekarang juga kalau dikasih tau sama Junghwan turutin, dia kaya gitu karena sayang sama kamu."

"Iya siap."

"Oke, kalau gitu aku tutup dulu ya."

"Iya, makasi banyak hyung. Bye~"

"Sama sama Jeongwoo. Bye~"

Sambungan telpon pun terputus.
Jeongwoo merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap langit langit kamar, tapi pikirannya tengah memikirkan cara apa yang sekiramya ampuh untuk mendapatkan maaf dari sang partner.

"Baiklah, besok aku akan coba bicara sama Junghwan. Semoga dia mau dengar."

Doakan saja semoga Jeongwoo bisa mendapat maaf dari sahabatnya.

.

Tbc

Not Lucky, It's Destiny (Rujeongwoo|Hajeongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang