- 4 -

412 57 7
                                    

"Soalnya, Heeseung, gue sama dia-"

"-Pacaran."

--- ❄️ ---

Bingung, jujur bingung.

Kan Sunghoon harusnya merasa lega karena kedua sahabatnya itu percaya dengan kebohongannya siang itu. Namun adanya ia malah merasa bersalah dan menyesal karena setelah dipikir ulang kedepannya pasti akan ada kebohongan-kebohongan yang lainnya.

Ya walaupun dirinya itu tidak sepenuhnya berbohong, sih.

Sudah lebih dari seminggu ini Sunghoon dan Heeseung memang menjalani hubungan yang berstatus tidak jelas.

Pacar bukan, hanya teman tapi saling ciuman.

Itu kalau ciuman mereka ketika mabuk juga masuk hitungan ya.

Begitu adanya Sunghoon akan selalu datang ketika Heeseung memintanya, bahkan diwaktu tertentu yang menurut Sunghoon tidak masuk akal.

Anehnya lagi lelaki itu menurut-nurut saja walau diminta menemani Heeseung akan membuatnya mengantuk dan tidak fokus di kelas perkuliahan pagi.

Heeseung juga sering mengajaknya berkumpul dengan teman-teman dekat Heeseung yang tentu saja sama populernya dengan lelaki itu.

Memperlakukan seolah-olah Sunghoon memang benar hanya satu-satunya miliknya.

Seperti saat ini, rasanya tidak nyaman.

Membuat Sunghoon membenarkan posisi tasnya berkali-kali untuk mengalihkan rasa canggungnya.

Setiap kali kakinya melangkah seolah semua pandangan tertuju kepadanya.

Mungkin bukan dirinya, lebih tepatnya kearah sosok yang kini berjalan beriringan bersama disebelahnya.

Sunghoon bahkan tidak tuli untuk mendengar bisikan yang sengaja diucapkan dengan suara yang cukup untuk sampai ke telinganya.

Sudah begini harusnya dia mulai terbiasa, namun entah rasanya tetap sulit.

"Itu Sunghoon kan? Kayak hama banget gabung bareng circle Kak Heeseung."

"Ngasih apa ya dia yang cuma anak beasiswa sampe bisa jalan bareng kayak gitu."

"Kayak itu loh, lonte."

Dan masih, masih banyak lagi kalimat-kalimat buruk yang menghakiminya.

--- ❄️ ---

"Hey, ngelamunin apa?" Heeseung memainkan pipi putih berisi milik Sunghoon, gemas, jari telunjuknya menusuk dan mencubitinya pelan sesekali.

Lelaki itu kini makin terbiasa dengan presensi Sunghoon di sekitarannya.

"Diem Heeseung, kebiasaan banget, pipi aku nanti lama-lama melar ditarik-tarik terus."

"Kak. inget gak gue suruh lo biasain buat panggil gue kak."

"Hmm, ya."

"Apa?"

"Kak. Kak. Kak Heeseung, puas?" ucap Sunghoon berkali-kali dengan nada dibuat kesal.

"Gemes, cabut yuk Hoon cuddling seharian."

Semakin kesini Sunghoon juga mulai terbiasa dengan sisi Heeseung yang seperti ini.

Manja, sebuah hal yang tidak Sunghoon duga bisa ia lihat dari diri Heeseung.

Namun Sunghoon berakhir merutuki dirinya sendiri lagi, yang malah merasa nyaman dengan segala afeksi dari lelaki itu.

"Gue ada part-time Kak, setengah jam lagi."

"Ngapain? Mending lo enak-enak sama gue full time, gak usah ambil part-time lagi."

"Gimana? Mau?" tanya Heeseung dengan satu alisnya yang terangkat, Sunghoon tau jelas maksudnya.

"Sialan mulut lo Lee Heeseung, sembarangan banget kalo ngomong."

Dengan berani Sunghoon membekap mulut yang lebih tua dengan telapak tangannya. Hanya sebentar karena ketika ia berusaha untuk melepaskannya Heeseung malah menahannya, kemudian sibuk menciumi dan menggigit kecil telapak tangan itu.

"Gue udah lo monopoli dari Sunoo sama Jungwon seminggu ini Kak, masih aja lo mau larang gue buat part-time?"

Benar-benar gak habis pikir.

"Ya gue gak perduli. Hari ini gak usah masuk, ikut gue pulang ke Apart seka-"

"Hee, ada yang nyariin lo tuh." Sunghoon menarik telapak tangannya buru-buru, tidak nyaman ketika ada Jay yang muncul diantara mereka.

Bukan tiba-tiba karena memang hanya Heeseung dan circle populernya itu yang memiliki akses untuk keluar masuk salah satu ruangan kosong di kampus yang mereka jadikan basecamp, tempatnya dan Heeseung berada sekarang.

Jika suasananya sudah hening begini, jika Heeseung yang tidak pernah perduli apapun suara helaan nafasnya bisa Sunghoon dengar, maka ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Mending lo cepet samperin dia, Sunghoon biar gue yang anter." usul Jay yang kemudian beralih menatap Sunghoon.

Halah modus yang sangat mudah terbaca oleh Heeseung, sayangnya Heeseung tidak punya pilihan selain menyetujuinya.

"Kabarin kalau lo udah selesai, nanti gue jemput." sempat Heeseung usap surai milik Sunghoon sebelum pergi dari sana.

Sunghoon mengangguk mengerti.

Aneh, apa-apaan ini harusnya Sunghoon tidak merasa seperti ini ketika Heeseung pergi begitu saja.

Harusnya Sunghoon biasa saja atau malah senang karena ia bisa kembali ke rutinitasnya dan bukannya mengikuti permintaan Heeseung yang kebanyakan memaksa itu.

Harusnya, tapi kenapa hatinya mencelos.

Apa karena alasan Heeseung pergi meninggalkannya yang membuatnya merasa seperti sekarang?

Lucunya Sunghoon merasa tidak rela.

Karena alasan Heeseung pergi adalah menemui Jaeyun, tunangan resminya.

--- ❄️ ---

Belum ada balasan dari lima pesan singkat dan beberapa panggilan tak terjawab yang Sunghoon tujukan ke nomor ponsel Heeseung.

Kafe tempatnya bekerja juga sudah tutup semenjak hampir satu jam yang lalu.

Rekan bahkan pemilik tempatnya bekerja sudah pergi setelah menawarkan tumpangan untuk pulang bersama, yang tentu saja Sunghoon tolak dengan alasan akan ada yang datang menjemputnya.

Seharusnya orang itu adalah Heeseung, karena lelaki itu sudah berjanji tadi dan sialnya Sunghoon percaya begitu saja.

"Yah, gimana mau inget, paling juga lagi asik sama Jaeyun." monolognya pada diri sendiri.

Miris sekali.

Dan nasip sialnya pun belum berhenti karena sepertinya Sunghoon harus berjalan kaki menuju Apartmen karena bis terakhir pun sudah terlewat.

"Pernah denger gak kalo daerah sini tuh angker."

Hampir Sunghoon melompat kaget dari tempat duduknya.

"Loh, lo sejak kapan?"

"Masih berani duduk sendirian? Kalo gue sih, enggak."

Sunghoon tersenyum kecil, dia bukan penakut dan tau pasti jika lelaki di depannya ini sengaja hanya ingin menakutinya.

"Ayo gue anterin pulang."

Sunghoon ingin menolak sebelum suara perutnya mempermalukannya.

"Tapi mampir dulu yuk? Cari makan, tuh perutnya bunyi."

Yah tertangkap basah deh.

Kemudian mereka berdua tertawa, melangkah menuju mobil hitam yang terparkir di seberang dengan kedua tangan mereka yang tertaut tanpa mereka sadari.

Ah, persetan dengan Lee Heeseung dan janjinya.

--- ❄️ ---

@lovintheice

destined x heehoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang