6

37 14 0
                                    

Tidak mempunyai seorang Ayah belum tentu Aron menderita. Justru ia akan sangat bersyukur karena Tuhan masih memberinya Ibu yang merawatnya dengan penuh kasih sayang yang tulus. Meski hanya tinggal diatap kecil dan tidak menutup kemungkinan bahwa mereka berdua sering kesusahan, Aron tetap memanjatkan syukur atas nikmat yang telah ada.

Terkadang, seseorang tidak mampu melihat kasih sayang yang Tuhan beri. Manusia kerap kali mengeluh pada keadaan dan melupakan bagaimana cara berterima kasih yang baik. Padahal mereka jelas-jelas tahu bahwa  ujian yang datang tidak akan melebihi batas kesabaran setiap orang.

Untuk menanamkan rasa ikhlas dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, Aron telah memegang prinsip jika apa yang terjadi tidak lain adalah kehendak-Nya. Baik maupun buruk masalah yang hadir menggoncang dunia Aron, ia akan berusaha terus berbaik sangka kepada rencana-Nya.

Bukankah setiap orang memiliki kesalahan? Tentu Aron juga menyadari kesalahannya sendiri. Sebaik apapun dirinya menghargai takdir, yang pasti Aron pernah mengalami masa-masa dimana ia sudah mulai lelah dengan keadaan.

Awalnya Aron ingin melepas semua tanggung jawab ditangannya dan berhenti memikul beban pada pundaknya. Namun selagi matahari masih terbit pagi itu dan senyum Ibunya masih mengembang setulus mentari, Aron rasa tidak salah bila ia berjuang kembali.

Baginya, sosok Ibu adalah mutiara yang harus dirinya jaga sebaik mungkin. Mutiara itu tidak boleh dikotori oleh tangan-tangan sembarangan. Aron bertugas menjaga dan melindungi kekilauannya hingga waktu menyuruhnya untuk berhenti. Dan sebelum tiba saat itu, Aron tidak boleh melepaskan mutiaranya. Aron masih harus menyelesaikan misinya merawat Ibu.

Ketika seharian jauh dari wanita yang sangat-sangat dicintainya, lelaki itu sungguh hilang semangat. Saat belum melihat tubuh ringkih yang telah bersusah payah dalam hal membesarkan serta merawatnya selama ini, ia merasa harinya belum sempurna. Aron membutuhkan vitamin yang hanya bisa didapatkannya begitu memasuki kios sederhana yang menjadi bukti perjuangan Ibunya banting tulang.

Aron melepas tasnya kesofa tunggu didepan teras. Setelah melepas sepatu, ia bergegas masuk. Berjalan menyusuri ruangan yang berisi banyak mesin laundry, akhirnya Aron sampai pada kantor Ibunya.

Tanpa menunggu lama, langkah anak itu membawanya kepada sang Bunda. Wanita yang saat ini tengah memeriksa orderan itu menyadari kedatangan Aron. Sedikit terkejut, Bunda lalu membalas pelukan hangat putra semata wayangnya.

"Aron kangen." Ucap Aron seraya menghirup dalam-dalam aroma minyak oles yang biasa Ibunya pakai.

"Bunda jauh lebih kangen, Sayang." Sahut Bunda melebihkan rengkuhannya.

Mungkin setelah ini akan ada sesi curahan isi hati. Aron akan mengungkapkan banyak kata yang tak sempat tersampai kepada Bunda sepanjang malam.

Karena bagi Aron, tempat istirahat ternyaman hanya ada didekapan Ibu.

***

Aron || Hamada Asahi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang