Pintu kelas hendak dikunci, lampu koridor akan menyala, hingga petugas kebersihan yang bersiap pulang pun belum membuat satu ransel seseorang yang tergeletak apik dibangkunya diambil. Aron yang kebetulan menggantikan jadwal piket temannya hanya sanggup menggelengkan kepalanya melihat pemilik tas tersebut masih menghilang.
Tak tahan lagi dengan keteledoran orang itu, terpaksa Aron merampas ransel tentara beserta buku-buku yang tersedia dimeja. Aron memasukkan buku serta alat tulis yang berserakan kedalam tas dengan kilat takut-takut satpam tak sadar kalau dia masih berada di sekolah.
Menyibak tirai lalu mengunci pintu menggunakan gembok, Aron langsung terjun kebawah menuju parkiran untuk mengambil kendaraannya. Karena rasa takut mengingat hari telah berganti larut, kunci kelasnya ikut dibawa pulang karena ia tak mau kalau harus disuruh balik lagi ke loker yang terletak diarea belakang.
Kini Aron pulang membawa dua tas yang kadar beratnya sama rata. Satu miliknya sendiri dan satu milik si pandai Yan. Aron agaknya tertekan mempunyai seorang teman yang menyusahkan seperti itu. Kemana batang hidung lelaki yang tadi siang sempat makan bersama dengannya?
Syukurlah ketika sampai ditempat parkir, masih terlihat beberapa kendaraan beroda empat yang menetap. Aron menyakini jika mobil-mobil itu milik siswa yang tengah menghadiri kumpulan OSIS atau anak konglomerat yang tengah mengikuti ekskul.
Sedikitnya, diam-diam Aron mengiri melihat motor sederhananya dikelilingi oleh Lamborghini dan Pajero berkelas itu. Maka bagi pemuda itu 'diam adalah emas'.
Aron harus tetap tabah menghadapi kenyataan jika dirinya bukan siapa-siapa. Tak seharusnya dia merendah cuma karena punya skuter matik yang dinamai Jojo Kamil itu. Beruntung masih ada motor daripada tidak.
Ting!
Sewaktu Aron sedang melipat tas sport nya yang akan disimpan kedalam jok, tiba-tiba hpnya berbunyi. Sebelum merogoh benda pipih yang berselimut dikantong celananya, Aron memperhatikan kondisi sekitar. Sudah dibilang sebelumnya, dia parno kalau sendirian di sekolah.
Mengernyitkan dahi disertai mimik bertanya-tanya, Aron lantas mengusap layar ponsel untuk melihat pesan yang tertera. Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi ketika nama Yan lah yang muncul pada gelembung hologram itu.
Yan : thanks tasnya lo bawa
Yan : gak perlu diantar ke rumah, Ron. Mungkin gue gak butuh buku-buku itu lagi
Yan : dan iya, thanks again atas jawaban yang lo beri tadi siang. Sekarang gue bertambah yakin dengan jalan yang gue pilih
Aron : ya
Aron : maksudnya apa, Yan? Gara-gara ramalan itu? Plis deh, jangan ngaco. Gue bercanda doang elah
Aron menunggu balasan dari Yan dengan gusar. Ia tidak mengerti maksud ucapannya itu. Apa yang sebenarnya terjadi pada Yan sampai-sampai dengan mudahnya mempercayai tentang indera keenam abal-abal yang Aron buat. Terlebih lagi, mengapa Aron seenaknya bilang kalau jalan yang dipilih Yan sudah benar?
Sungguh tidak masuk akal.
Aron melihat jam diatas papan panggilan beranda chat. Sudah lima menit berlalu, namun Yan belum juga membaca pesan yang dikirimnya. Karena kecemasan meningkat, Aron beralih menekan tombol telepon yang akan membuatnya langsung terhubung dengan Yan.
Lagi-lagi Yan mengabaikan panggilan Aron yang justru menambah resah didadanya. Aron tak henti-hentinya menelepon temannya itu sembari berjalan mondar-mandir.
Merasa lelah, kini pilihan Aron satu-satunya adalah mencegah Yan berbuat sesuatu melalui pesan yang bermakna sebuah peringatan.
Aron : jangan bertindak bodoh
Aron : gue ngerti lo punya masalah. Tapi menyerah bukan jalan keluarnya, Yan.
Aron : pulang! Gue akan bantu lo. Apapun.
Aron berharap Yan dapat mendengarnya dan memikirkan ini sekali saja. Ia tidak mau merasakan arti kehilangan lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aron || Hamada Asahi ✓
Cerita Pendek#boentry03 ❛❛Semua orang punya masalah. Tapi bukan karenanya, kamu akan menyerah.❞ ------------------------------- start : 16 des end : 26 des ^22 It's my short story and happy reading guez! ©peachxyblss