8

36 13 0
                                    

Paginya, Bunda membuat janji temu dengan Bu Kulfi---mantan relawan yang mendedikasikan dirinya sebagai pekerja sosial di Holog's Home. Karena Aron sangat ingin bertemu dengan beliau, hari ini ia ijin tidak berangkat sekolah.

Tadinya Bunda melarang Aron dan bersikeras menyuruhnya untuk tetap menyapa kimia, fisika, dan matematika. Tetapi anak itu juga kepala batu meminta ikut bersama Bunda menemui Bu Kulfi.

Permintaan Aron terpaksa dibulatkan oleh Sang Ibu. Aron dan Bunda akhirnya berboncengan mengendarai Jojo Kamil menuju kawasan Pasar Turi sesuai kesepakatan mereka dan Bu Kulfi.

Tersaji tiga gelas minuman diatas meja rumah makan soto ayam yang menjadi tempat bagi ketiganya melepas kangen. Bunda dan Bu Kulfi memang sudah berteman baik hingga saling menganggap satu sama lain saudara kandung. Mungkin karena terhalang oleh menantu Bu Kulfi yang tengah bunting, jalinan komunikasi antara keduanya menjadi merenggang. Namun tak menutup pintu silaturahmi, Bunda masih sering menanyai kabar karyawannya itu.

Mula-mula Bunda, Aron, dan Bu Kulfi menyantap soto ayam yang bertabur bawang goreng terlebih dahulu sebelum menyalakan topik obrolan. Dua wanita sesekali saling melempar tanya dan tertawa. Aron yang merasa terkucilkan hilang sabar sehingga mau tidak mau lantas mengungkapkan maksud kehadiran ditengah-tengah mereka.

Bu Kulfi tersentak begitu mendengar kabar tak mengenakkan yang dialami oleh salah satu anak asuh Holog's Home. Aron berterus terang kepadanya bahwa dirinya saat ini sedang menjalankan aksinya mencari keberadaan Bruno setelah mendapat kabar bahwa lelaki itu telah pindah sekolah.

Kala melihat raut kekhawatiran yang menggunung dalam wajahnya, Bu Kulfi turut merasa iba pada Aron. Wanita itu tak menyangka masih ada anak muda yang begitu tulus menyayangi sahabatnya seperti Aron.

Bermenit-menit Aron mencoba meyakinkan Bu Kulfi bahwa dirinya sungguh benar-benar ingin menemukan Bruno. Bunda pun turut ikut serta merayu karyawannya itu supaya mau memberitahukan apapun mengenai keadaan Bruno.

Dengan keja keras ibu dan anak itu, pertahanan kokoh Bu Kulfi akhirnya runtuh. Sambil menatap kedua netra bening yang Aron punya, dia membeberkan fakta mengejutkan tentang hidup Bruno.

Aron dan Ibunya saling bertatapan. Mereka sama sekali tidak percaya kebenaran yang Bu Kulfi sampaikan. Iya, setelah wanita lanjut usia itu menyodorkan selembar kertas yang didalamnya tertera kartu keluarga Lewis.

"Ayahnya mengidap sakit mental dan harus dirawat di Rumah sakit kejiwaan. Ibunya tidak ingin Bruno merasa sedih karena harus menerima kenyataan pahit jika keluarga mereka telah hancur bahkan diusianya yang masih kecil. Karena itu, Ibunya terpaksa mengirimkan Bruno ke Holog's Home sementara waktu. Namun semakin lama, kondisi ayahnya justru semakin buruk. Ibunya nekad memberikan hak asuh penuh Bruno kepada Bu Yayasan."

Bu Kulfi kembali menyingkap tasnya dan membawa sebuah amplop kecil kehadapan Aron. Pemuda itu tidak berani membukanya. Bu Kulfi mendesah berat karena selepas ini ia harus menyelesaikan ceritanya yang belum tamat.

"Waktu itu, saya mendengar kabar bahwa Bruno hendak melakukan percobaan bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya ke dalam bak air. Beruntung Bu Yayasan menemukan Bruno saat ingin mengambil handuk di kamarnya. Bruno kemudian dilarikan ke rumah sakit dan segera mendapat penanganan."

"Sayangnya, ada masalah serius pada bagian saraf telinganya akibat kebanyakan kemasukan air keran. Bruno dinyatakan tuli permanen dan akhirnya Bu Yayasan terpaksa mengirimnya ke SLB untuk menamatkan sekolahnya."

"Karena kamu sudah menganggap Bruno sahabat baik, maka saya percaya jika kamu bisa menyimpan rahasia ini rapat-rapat." Terang Bu Kulfi. Ia meletakkan amplop tadi tepat didepan tangan Aron tergenggam.

"Kamu bisa bertemu Bruno di sana."

Aron bersyukur melihat sebaris alamat dikolom teratas surat resmi dari sekolah Bruno yang baru.

"Terima kasih banyak Bu." Ucapnya.

"Kamu anak yang baik."

***

Aron || Hamada Asahi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang