Johnten • Beauty and the Beast

18 3 0
                                    

Perkemahan blesteran; perkemahan di atas lahan luas di tengah hutan yang dijadikan rumah bagi para anak-anak Olympians yang keberadaannya diincar banyak monster. Fasilitas berupa kabin/pondok disediakan untuk anak dari masing-masing Olympians. Arena pertarungan serta fasilitas pelengkap seperti kantin dan ruang kesehatan tersedia untuk melayani para pekemah.

Dibawah pimpinan Tuan Direktur alias Mr. Simon, semua akan baik-baik saja. Kecuali hari ini.

Direktur perkemahan itu mengumpulkan semua pekemah di tungku Hestia, tribun setengah lingkaran yang menghadap sebuah perapian abadi yang akan terus menyala selama Dewi Hestia merestuinya.

Mr. Simon berjalan bolak balik menunggu semua pekemah datang memenuhi perintahnya. Ditatapnya tungku Hestia dengan gelisah. Sesekali Mr. Simon melemparkan sesuatu, namun api tak mau melahapnya dan melemparkannya kembali keluar.

Sang Direktur menghela nafas. Kemudian saat tribun sudah penuh, Mr. Simon mengutarakan alasan mengapa ia mengumpulkan semua penghuni perkemahan.

"Koneksi kita dengan Olympus sedikit memburuk akhir-akhir ini." ucapnya sebagai pembuka. Memang tidak sopan memulai pidato dengan orientasi masalah, namun Mr. Simon tidak ingin membuang waktu sementara masalah ini harus segera dibahas.

"Kita perlu alternatif lain untuk menghubungi para Olympians selain lewat Pesan Iris." sambungnya sambil menatap anak-anak dari pondok Iris. Ada sekitar tujuh orang, yang wajahnya sama-sama menyiratkan maaf karena mereka juga tidak bisa menghubungi Dewi Iris.

Para pekemah nampak melirik satu sama lain untuk menyalurkan kekhawatiran. Terganggunya koneksi mereka dengan Olympians adalah masalah yang lebih meresahkan daripada serangan monster.
Kekuatan yang diberikan Zeus untuk melindungi pekemah ini dari para monster dan manusia perlahan akan melemah, anak-anak akan kehilangan kontak dengan orang tua mereka.

Mr. Simon mengambil nafas panjang sebelum menggemakan kalimat yang sebenarnya sangat tidak ingin ia ucapkan.
"Aku mengadakan kompetisi untuk kalian semua. Siapapun yang berhasil membuat benda yang dapat digunakan untuk menghubungkan kita dengan Olympus akan mendapat hadiah dariku."

"Ukulele emas?"

"Kereta perang baru."

"Lahan bebas untuk bercocok tanam."

"Screaming Eagle Cabernet Sauvignon."

"BERI AKU BANTAL DARI BULU ANGSA APHRODITE!"

Mr. Simon sudah menduga bagaimana respon dari anak-anak kurang kasih sayang ini. Sungguh, ia akan rugi besar dengan membelikan Screaming Eagle Cabernet Sauvignon; anggur tujuh milyar untuk anak-anak Dionysus, atau memberikan hadiah untuk anak lain yang berhasil membuat aplikasi chatting antara bumi-langit.

Tapi bukan perkara chatting antar bumi-langit atau planet, topik utama disini adalah jika mereka benar-benar putus kontak dengan para Dewa-Dewi, maka ucapkanlah halo pada monster yang sebentar lagi akan bertandang.

"TENANGLAH, ANAK-ANAK!" Mr. Simon berteriak kesal menghadapi kericuhan yang diciptakan oleh pertengkaran antar pondok. "Kalian boleh bekerja sama dengan anak-anak dari cabin lain. Waktu pengerjaan hanya satu minggu, lebih cepat lebih baik." ucapnya setelah keadaan lebih tenang. Para pekemah menanggapinya dengan gerakan gelisahn dan lirikan satu sama lain.

Mr. Simon berdehem dan memperbaiki kerah kemejanya sebelum mengucapkan kalimat penutup yang setidaknya lebih baik daripada pembuka.

"Selamat bekerja, anak-anak nakal."

•••

Johnny menghela nafas tatkala Mr. Simon meninggalkan tribun dan anak-anak lain mulai berlarian menemui teman dari pondok lain untuk diajak bekerja sama. Dia butuh partner yang sepadan untuk diajak kerja sama.

Trozo de AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang