Haechan tidak bisa merasakan bagaimana ketatnya cincin itu pada jarinya. Bahkan saat sang ibu berusaha meloloskannya dengan bantuan sabun. Licin, memutarnya perlahan, menariknya paksa.
"Sudah berapa lama kamu pakai cincin ini?"
Haechan terdiam selama beberapa detik sebelum menjawab, "Tujuh tahun."
Sesaat ada sesuatu yang lepas, bebas. Haechan merunduk untuk melihat hasil usaha Ibunya dalam melepas cincin yang tadinya melilit jari manis. Kini tengah dicuci dari bekas sabun yang menyelimutinya.
Haechan berusaha meraihnya. Tidak akan dipakai lagi, hendak disimpan sebagai kenangan. Bukti penantiannya selama tujuh tahun menunggu kepulangan pemilik hati. Namun saat hendak diambil, cincin itu lepas. Hanyut terbawa arus sungai.
"Ibu!" Haechan berteriak. Menggapai-gapai arus air bagaikan bayi yang meminta mainannya dikembalikan. Haechan hanya mendapat dedaunan gugur dan air yang dingin di tangannya.
Dia meronta dalam pelukan ibunya yang memintanya untuk berhenti mengambil cincin yang sudah jauh tergerus air sungai. Tapi Haechan tak bisa. Dia harus mendapatkannya kembali.
Seolah itu adalah satu-satunya benda yang membuatnya bertahan hidup. Satu-satunya benda yang menjaganya selama ini, membuat hatinya kokoh, namun juga lembut dan hangat. Cincin yang menumbuhkan harapan di antara penantiannya yang panjang, bunga-bunga di antara kekosongan.
Kini telah hilang, tertelan ganasnya arus sungai. Haechan menangis di pundak ibunya.
Wanita tua itu menepuk punggung putranya sayang. Matanya menatap nanar sungai di depan mereka.
"Nanti." Bibirnya bergetar. Karena dinginnya air sungai, atau karena menahan tangisan. "Nanti Mark akan belikan yang baru."
•••
Keesokan harinya, sebuah mobil Jeep memasuki halaman rumah Haechan. Rodanya yang besar nampak diselimuti rumput dan lumpur tebal. Memang akses menuju desa ini lumayan sulit, sehingga dibutuhkan kendaraan yang mumpuni untuk menempuh medannya.
Mesin mobil itu menggeru-geru, mengundang perhatian beberapa warga. Mereka mengintip dari balik jendela untuk melihat siapa yang bertandang ke rumah sang kepala desa. Pasti orang kaya, kata salah satu dari mereka.
Sementara itu, di ambang pintu, Haechan meremat ujung bajunya gusar. Mobil masih mencari posisi parkir terbaik sambil diarahkan oleh bapak Haechan. Dia menatap seseorang yang turun dari Jeep itu dengan mata berbinar.
Mark, seseorang yang dipilih Bapaknya sebagai calon suaminya saat dia masih belia. Perjodohan itu dilakukan atas dasar persaudaraan dan bisnis. Haechan masih terlalu muda untuk mengetahui apa itu cinta. Dia hanya bisa menurut saat Bapak memintanya terus 'menunggu' calon suaminya yang merantau ke kota demi mengukir nasib yang lebih baik.
Tujuu tahun bersama penantian dan penasaran Haechan akan sosok Mark. Yang hanya bisa dipandang lewat foto dan dibayangkan melalui cerita dari Ibu Mark. Bisa dikatakan inilah pertama kali Haechan bertemu Mark setelah tujuh tahun lamanya, dengan perasaan yang tak lagi sama seperti dahulu.
Jantungnya berdebar, jarinya bermain di bawah baju dengan bibir yang digigit. Haechan mengintip dari balik jendela, menatap Mark yang turun dari mobil Jeep dengan pakaian modisnya.
Haechan merona tak kuasa menatap Mark dengan aura dominannya yang menguar tajam. Ibu Haechan menusuk-nusuk lengan putranya sambil tersenyum menggoda, membuat Haechan semakin memerah.
Hingga saat Haechan kembali mengintip jendela, dilihatnya Mark tengah memutari mobil demi membuka pintu untuk orang lain. Haechan berkedip dua kali.
Perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trozo de Amor
Short Storyoneshot from heraclassy ( twitter ) NCT BXB SHIPS ONLY • mostly jaeyong markhyuck nomin johnten