Byurr" bangun kau dasar anak malas!"
Seorang pemuda bermanik gold pun terbangun dari tidur nyenyak nya karena ulah seorang wanita paruh baya yangcmengguyurnya dengan air.
"Di mana tanggung jawab mu sebagai seorang anak, gempa! Sebagai seorang anak, kau itu memiliki tanggung jawab untuk membantu orang tuamu! Cepat bersihkan rumah ini!"
Pemuda bermanik gold yang disebut gempa itu hanya mengangguk lalu melaksanakan apa yang di suruh wanita paruh baya itu.
Selesai melakukan apa yang di perintahkan oleh 'ibunya', dia pun mandi lalu menggunakan seragam sekolahnya.
Dia pun berjalan menuju pintu keluar rumah namun...
"Eh eh eh, mau kemana kamu?"
Ibunya tiba tiba datang dan langsung menarik tangan nya.
"Ke.. sekolah ibu.."
Jawabnya dengan wajah tertunduk seakan dia tau respon yang akan keluar dari mulut sang ibu."Sekolah? Untuk apa? Tidak ada gunanya aku membiayai sekolah mu gempa!"
"T- tapi bu-"
Belum selesai gempa bicara, tiba tiba adiknya datang menghampiri sang ibu."Ibu! Bagaimana ini?!"
"Ada apa sayang? Apa yang terjadi?"
Ucap sang ibu lemah lembut, jauh berbeda dengan cara bicaranya pada gempa."Tugas ku belum selesai ibu! Bagaimana ini?! Dan ini harus di kumpul hari ini!"
Ibunya menatap buku yang di pegang oleh adik gempa, lalu mengambil buku itu.
Dan menyodorkan nya pada gempa.
"Lebih baik kau kerjakan tugas adikmu, dan harus selesai sebelum adik mu berangkat. Paham!"
Gempa hanya mengangguk sambil menahan tangisnya.
Padahal gempalah yang sudah melakukan semua pekerjaan rumah. Mulai dari bersih bersih sampai memasak, pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh sang ibu.
Sungguh sangat besar tanggung jawabnya sebagai seorang anak.
Jadinya gempa tidak sekolah hari ini. Karena ibunya yang menyuruhnya melakukan semua pekerjaan rumah.
Skip~
Setelah makan malam ibu dan adik gempa terlihat bersiap siap, mungkin mereka akan pergi? Pikir gempa.
"Gempa, aku akan pergi ke pesta dengan anak kesayanganku ini.."
Ucap ibunya sembari mengelus kepala adiknya dengan lembut."Aku ingin, selama aku ke pesta kau bersihkan dan jaga rumah ini. Mengerti?"
Gempa hanya mengangguk
"Bagus, ayo sayang kita pergi"
Gempa hanya tersenyum tipis melihat kepergian ibu dan adiknya. Jujur saja, sebenarnya dia ingin sekali ikut, tapi itu sangat lah mustahil baginya.
Dia hanya bisa menahan sedih dan rasa sesak di dadanya.
Pada akhirnya, malam itu gempa tidur sendiri di rumah. Karena ibunya bilang, mereka akan menginap di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The silent scream
NouvellesTeriakan sunyi yang hanya ada di dalam hati. Berusaha mati matian untuk menyenngkan yang lain tanpa memikirkan diri sendiri Berusaha mati matian hanya untuk melihat senyuman orang yang sangat di sayang nya Walau taruhan nya nyawa, tetap mereka jalan...