15. Palace Lake

1.2K 233 20
                                    

Saat pertama kali membuka mata, Lamia melihat tempat yang indah. Tempat yang belum pernah di lihat di dunia. Penuh dengan bunga-bunga dengan aroma yang memanjakan indera penciuman.

Selang beberapa detik setelah mengumpulkan kesadarannya, Lamia melihat sesosok makhluk indah sembaru mencoba duduk. Berambut silver, wajahnya mungil dan cantik, matanya indah, hidungnya mancung dan bibirnya merah merekah, terlihat begitu lembut dan memanjakan mata.

"Apa ini surga?" Tanya Lamia tanpa sadar.

"Dan kamu bidadari surga?" Tanya Lamia pada sosok indah di depan matanya.

"Aku laki-laki," ucap makhluk itu dengan suaranya yang juga terkesan lembut untuk seukuran laki-laki.

Jakunya yang bergerak saat bicaralah yang meyakinkan Lamia kalau makhluk kelewat indah ini laki-laki tulen.

Detik selanjutny Lamia mengingat sesuatu. Mata itu. Mata yang bertemu tatap dengan dia sewaktu di pasar.

"Hei, kamu. Kamu yang nyentuh jidat aku dan hipnotis aku, kan?" Tunjuk Lamia pada laki-laki itu.

"Kamu ngapain aku?" Lamia menyibak selimut yang menutup tubuhnya. Syukurnya pakiannya masih lengkap dan tidak ada luka apapun di tubuhnya.

"Udah hipnotis aku, bawa aku ke tempat asing, aku bangun diranjang. Apa yang kamu lakukan pada gadis perawan?" Lamia panik sendiri sambil memeluk tubuhnya.

Dulu dia sering menonton drama, seorang wanita tidak sadarkan diri. Entah itu karena mabuk atau obat yang dimasukkan kedalam minumannya, dan saat terbangun dia sudah kehilangan kegadisannya. Jangan bilang Lamia mengalami kasus itu.

"Arggghhh!" Teriak Lamia tiba-tiba. "Tolong bilang aku masih suci." Lamia semakin mengeratkan pelukan ditubuhnya.

"Berisik!" Tegur laki-laki itu.

Lamia langsung mengatupkan mulutnya. Makhluk ini memang terlihat indah, tapi menyeramkan saat marah.

"I...ini dimana? Dan kamu siapa?" Tanya Lamia dengan hati-hati kalau tidak mau amarah laki-laki ini meledak.

Laki-laki itu malah mendekati Lamia. Mengikis jarang diantara mereka sampai wajah mereka berjarak setipis itu. Lamia ingin mundur tapi punggungnya sudah terpojok di kepala ranjang.

"Seharusnya aku yang bertanya, siapa kamu?"

"A...aku aku Emerald Cathleen Stavros," ucap Lamia mengingat nama panjang Emy.

"Maksudku, kenapa bisa ada manusia di Amethyst?"

Lamia membeku di tempatnya. Xenon pernah bilang, tidak boleh ada yang tahu kalau dia manusia. Atau dia bisa dibunuh. Mampus, apa ini akhir hidup Lamia.

"Jarak kalian terlalu dekat, Ren," tegur seseorang dari balik punggung laki-laki bernama Ren itu.

Lamia langsung menoleh ke asal suara beriringan dengan Ren yang memundurkan tubuhnya.

Xenon muncul disana. Dibelakangnya ada Bertha yang ketakutan. Gadis itu sepertinya habis menangis, terlihat dari matanya yang sembab dan jejak airmata yang belum terhapus sepenuhnya.

"Tidak baik memandangi calon tunangan Putra Mahkota dengan jarak sedekat itu Ren." Tegur Xenon lagi.

"Apa? Calon Tunangan Putra Mahkota?" Ren tertawa kecut. "Yang Mulia, kamu mungkin bisa menipu siapa saja. Tapi jangan lupa, aku ini Renvian yang bisa tahu apapun yang terjadi di Amethyst."

"Kenapa bisa ada manusia di Amethyst?" Tanya Ren sekali lagi.

****
Xenon menatap daun yang bersinar paling redup di pohon Skylar. Ada nama Emerald Cathleen Stavros terukir di daun redup itu.

Infinity HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang