18. Zorion

1K 230 19
                                    

"Kamu laki-laki sejati, kan?" Tanya Lamia langsung pada Xenon yang tengah membaca buku dengan damai di perpustakaan pribadinya.

Bertha langsung menepuk jidatnya mendengar pertanyaan tidak sopan itu. Seharusnya dia menunggu di luar saja daripada menjadi sasaran amukan Xenon dengan dalih dia tidak becus mengurus Lamia.

"Apa maksudmu bertanya tidak sopan begitu?" Sahut Xenon yang langsung menutup bukunya dengan kasar.

Bertha sudah mewanti-wanti akan terjadi sesuatu yang besar. Dia harus siap-siap merangkai kata maaf seperti biasanya. Apa kali ini harus sujud lagi? Ah, Lamia memang selalu merepotkan.

"Laki-laki sejati harus menepati janji," lanjut Lamia. "Sekarang aku tagih janjimu."

"Kamu sudah berjanji kalau aktingku meyakinkan orang-orang aku Emerald berhasil, kamu akan memberikanku satu hari kebebasan."

"Sekarang tepati janjimu, wahai laki-laki sejati," tagih Lamia sambil mengulas senyum.

"Satu hari kebebasan akan berakhir dengan satu hari penuh kehancuran," sergah Xenon yang sudah tidak percaya lagi dengan Lamia.

Gadis itu acapkali membuat ulah dan tidak memikirkan dampaknya, seolah-olah dia hanya hidup hari ini saja tanpa memikirkan konsekuensi di masa yang akan datang.

"Aku bersumpah kali ini nggak akan ada kekacauan," Lamia mencoba meyakinkan Xenon.

"Bertha ikut bareng aku," Lamia menarik Bertha dan mengamit tangannya seperti dua sahabat yang tidak bisa di pisahkan.

Bertha terlihat gelagapan dan tidak tahu harus mengatakan apa. Sejujurnya dia tidak mau pergi bersama Lamia dan berakhir dengan masalah-masalah yang harus dia tanggung sendiri. Dia sudah lelah dengan tingkah Lamia.

"Bertha bakalan jagain aku. Dan aku nggak akan berbuat yang aneh-aneh demi Bertha," Lamia masih berusaha.

"Kami cuma pergi ke pasar, itu aja."

"Kalau kamu mengingkari janjimu, fix kamu cowok pecundang. Aku jadi kasihan sama Kerajaan Gwyllion. Sebesar ini tapi punya calon pemimpin yang suka ingkar janji."

*****

"Aroma kebebasan," Lamia merentangkan tangannya dan menghirup udara dengan serakah.

Hampir seminggu terkurung di Istana membuatnya serasa ingin mati. Orang-orang disana semuanya kaku. Dulu, sewaktu Lamia berada di Rumah Sakit, dia selalu dikelilingi Perawat yang ramah dan Dokter yang perhatian. Berbeda jauh dengan para pelayan yang bermuka datar dan jarang bicara. Mereka hanya melakukan pekerjaan sesuai perintah dan pergi setelah selesai. Satu-satunya yang bicara dengan Lamia hanya Bertha. Dan gadis itu selalu bertindak hati-hati, tidak fleksibel.

"Lady, janji jangan kabur lagi," peringat Bertha.

"Aman. Aku nggak niat kabur hari ini."

"Jangan bertingkah yang aneh-aneh," lanjut Bertha.

Lamia menarik tangan Bertha untuk berjalan sejajar dengannya. Di Amethyst, seorang pelayan harus berjalan di belakang majikannya. Tapi Lamia tidak suka dengan peraturan itu. Karena itu dia menarik Bertha untuk berjalan sejajar dengannya.

"Aku harus kembali ke posisiku, Lady," kata Bertha yang mundur selangkah.

"Berjalan disampingku kalau kamu nggak mau aku kabur. Kamu bukan pelayanku, kamu sahabatku," ungkap Lamia sambil senyum.

"In...ini apa maksudnya, Lady?"

Bertha mengenyit bingung saat Lamia mengikat tangan mereka bedua dengan pita merah. Membuat tangan mereka bersatu.

Infinity HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang