30. The Wedding Day

1.2K 219 26
                                    

"Putri yakin kita tidak akan kena masalah?"

Kalau dihitung mungkin sudah sepuluh kali Bertha menanyakan hal yang sama. Dia kembali melihat ke kiri dan kanan dengan tingkat waspada tinggi. Lalu matanya terpaku pada Xemia yang mengunyah rumput taman dengan santai. Tentu saja, Xemia tidak akan mengerti dengan situasi yang terjadi.

Wajar kalau Bertha khawatir. Pasalnya mereka duduk di taman Istana dengan Xemia yang memakan rumput, bahkan Xemia memakan dedaunan bunga. Selama bekerja disini, Bertha sudah hapal peraturan untuk tidak merusak taman. Menginjaknya saja tidak boleh, mereka malah duduk disana seperti piknik dan menemani seekor kuda menikmati makan siang.

"Kamu takut sama siapa? Para pengawal tidak berani mengusir kita," kata Lamia dengan yakin. Gelar Putri Mahkota selalu menjadi tameng untuknya. Adakalanya memanfaatkan gelar itu berguna.

"Putra Mahkota," jawab Bertha nyaris tidak terdengar.

Lamia langsung menghela napas dengan malas. "Tenang aja, hampir seminggu dia tidak gentayangan di sekitarku."

Lamia memang benar, sejak kejadian dia pingsan, Lamia belum pernah bertemu dengan Xenon. Lebih tepatnya keduanya menghindar satu sama lain. ketika Lamia melihat Xenon dari kejauhan, dia akan menghindar dan mencoba mencari jalan lain untuk tidak bertemu dengan Xenon.

"Kalau aku pergi keluar, Putra Mahkota lebih marah lagi. Merusak taman Istana lebih baik daripada kita keluar dan memancing emosi Putra Mahkota."

"Lagipula Xemia menyukai tempat ini," ujar Lamia mengulas senyum pada kudanya. Lalu dia meletakkan mahkota yang dia buat dari bunga ke atas kepala Xemia.

Kuda itu menurut saja dan kembali memakan rumput dengan tenang. "Cantiknya anakku," puji Lamia ketika melihat mahkota yang dia rangkai sendiri sangat cocok dengan Xemia.

"Anak?" tanya Bertha heran.

"Yah, anggap aja Xemia ini anakku."

Wajah Bertha langsung berubah bingung. Dia sampai tidak bisa berkata-kata. Ternyata manusia bisa seaneh itu menganggap seekor hewan menjadi anaknya.

"Atau kamu mau nama Xemia jadi nama anak kita?"

Sejenak kata itu terlintas di kepala Lamia. Memaksanya mengingat sosok yang bisa merusak harinya. Sialan. Kenapa Lamia harus kepikiran Putra Mahkota angkuh dan kejam itu?

Untuk mengalihkan perhatiannya, Lamia memberikan mahkota bunga yang baru saja selesai dia rangkai untuk Bertha.

Gadis itu terkejut saat mahkota bunga melingkar di kepalanya.

"Cantik," puji Lamia yang membuat Bertha tersipu malu.

"Terimakasih Putri. Tapi Putri jauh lebih cantik," puji Bertha balik.

Semua orang pasti setuju kalau Bertha adalah pelayan tercantik di Istana. Mengingat latar belakangnya yang sebenarnya bangsawan memang tidak mengherankan kalau dia memiliki paras yang cantik. Cara dia bicara dan bersikap juga mencerminkan seorang bangsawan, itu yang membuat Bertha terlihat mencolok dan lebih unggul dibanding pelayan lainnya.

Namun rekam jejak Ayahnya membuat para pelayan merendahkan Bertha. Hidup memang tidak adil, semua orang berhak mengatakan itu. Tapi Bertha jauh lebih berhak mengatakannya. Sekalipun dia mengeluh sepanjang hari tentang kehidupan yang dia jalani, Lamia tidak akan keberatan. Gadis itu memang menyimpan banyak luka.

"Pantas saja Tuan Mauka menanyakan tentangmu," ungkap Lamia yang membuat senyum malu-malu Bertha lenyap seketika.

"Iya, Tuan Mauka menanyakan kabarmu," kata Lamia dengan antusias.

Infinity HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang