28. I'm not Devil

1K 223 15
                                    

Kali ini Lamia terpaksa mengalah untuk tetap memakai gaun putih mewah di acara pernikahannya. Lamia sudah berjanji pada Xenon untuk memakai gaun sesuai standart kerajaan di pesta pernikahan mereka. Itulah sebabnya designer mendatangi Lamia untuk menunjukkan beberapa contoh gaun yang sesuai standart kerajaan. Lebih tepatnya memaksa Lamia memilih salah satu diantara yang bukan selera Lamia.

Designer itu sudah menunggu hampir setengah jam untuk keputusan Lamia karena gadis itu terus saja membolak-balik contoh gaun yang ada tanpa minat. Sampai akhirnya seseorang masuk ke ruangan ini dan menarik atensi Lamia.

Seulas senyum manis tanpa sadar muncul di wajah Lamia saat melihat kehadiran laki-laki tampan itu. pangeran Janio juga membalas dengan senyum yang mengalahkan gulali di pasar malam.

Entah kenapa setiap kali melihat Pangeran yang satu ini Lamia selalu bersemangat. Jika di deskripsikan perasaannya seperti anak kecil yang melihat kartun favoritenya muncul di televisi. Yang jelas Pangeran yang satu ini selalu menunjukkan aura positif di sekitarnya.

Ternyata bukan Cuma Lamia yang sumringah dengan kehadiran Pangeran Janio. Designer juga menyambut dengan senyuman cerianya.

"Selamat siang Pangeran," sapa si designer yang langsung berdiri dan membungkuk memberi hormat.

"Saya sudah membawa beberapa sample gaun yang mungkin sesuai selera Pangeran, silahkan di lihat," ucap si designer yang menunjukkan buku yang hampir mirip dengan yang Lamia genggam.

Untuk beberapa saat si designer lebih mementingkan Janio dibanding Lamia. Yah, mau bagaimana lagi, Lamia juga sudah banyak membuang waktu si designer terkenal ini.

"Saya mau gaunnya terbuat dari sutra terbaik, warnanya jangan terlalu mencolok, boleh dihiasi permata tetapi jangan terlalu ramai. Terkesan mewah tetapi tetap simpel," kata Janio menjelaskan gaun yang dia inginkan sambil menunjukkan satu model gaun dari buku.

Lamia yang seharusnya memilih gaunpun mendengarkan penuturan Janio dan sedikit melirik pada gambar yang di tunjuk Janio. Selera Janio memang bagus. Membuat Lamia bertanya-tanya untuk siapa gaun itu dia pesan. Apa untuk kekasihnya?

"Satu lagi, Ibu menyukai kalung mutiara, bisa minta tolong carikan?"

Si designer mengangguk menyanggupi. Sama dengan Lamia yang mengangguk setelah tahu untuk siapa gaun itu dipesan.

"Untuk Ratu?" tanya Lamia berbasa-basi sekaligus memastikan.

"Iya, aku ingin memberikan Ibunda hadiah di hari pernikahan Kakak. Dia juga harus memakai gaun yang indah supaya cocok berdiri disebelah Putri."

Lamia tersipu malu mendengarnya, secara tidak sengaja Janio memuji dirinya cantik.

"Ratu pasti senang mendapat hadiah dari Pangeran. Selera Pangeran bagus," puji Lamia.

"Aku berharap begitu," sahut Janio dengan senyuman mautnya.

Ya Tuhan, kenapa bisa ada laki-laki sesempurna ini? Sudah tampan, terlihat hangat dan penyayang, sayang orang tua lagi. Lamia selalu ingat pesan dari Mamanya, "Kalau udah besar nanti, nikahi laki-laki yang menyayangi Ibunya. Laki-laki seperti itu sangat menghormati dan menyanyangi wanita. Cara dia menyayangi Ibunya adalah cerminan cara dia mencintai Istrinya."

Andai saja Janio yang menjadi pendamping Lamia. Astaga! Lamia menggeleng kecil ketika sadar dengan keinginan serakahnya.

"Aku kira tadi untuk kekasih Pangeran," kata Lamia.

"Ah, tidak," Janio tersenyum. "Aku tidak punya kekasih," jujurnya.

Bagus, ini yang Lamia harapkan. Dia sengaja menggiring pembicaraan ke arah sana demi tahu status Pangeran tampan ini. Dan ternyata jawabannya sesuai harapan Lamia.

Infinity HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang