Xenon merasa usaha mereka sia-sia. Dia berharap ada sebaris kalimat yang tertera dalam surat yang mereka temukan. Namun nihil. Kertas itu kosong. Meskipun Xenon menerawang melalui lampu, tetap saja hanya secarik kertas kosong.
"Sialan! Buang-buang waktu," umpat Xenon yang kembali meletakkan surat itu dengan wajah kesal.
"Sudah mati saja masih merepotkan," katanya sambil memijat keningnya seraya berpikir.
Dari surat itu tercium aroma lemon yang kuat. Mungkin dulunya Emerald memaki parfume lemon atau mungkin tidak sengaja menjatuhkan lemon ke atas kertas itu. Atau bisa saja lemon bisa dijadikan petunjuk. Itulah sebabnya Xenon memutuskan untuk menyimpannya kembali daripada membuangnya dengan kasar.
"Tapi gadis gila itu jauh lebih merepotkan, hidupku jadi tidak tenang," ucap Xenon ketika bayangan wajah Lamia yang nyengir muncul di benaknya.
****
Suara kerincing menyentak Lamia. Seketika dia menoleh ke belakang tepat pada makhluk indah itu berada. Rusa putih dengan tanduk indah, kerincing itu berasal dari kalung yang melingkar di lehernya. Sama seperti kemarin, Rusa putih itu seperti bercahaya di tengah hutan. Tapi tunggu dulu, kenapa Lamia bisa tiba-tiba berada di dalam hutan?
"Pergilah!"
Astaga, Lamia langsung mundur dua langkah untuk menjaga jarak dengan Rusa itu. Rusa itu memang cantik dan menarik perhatian, tapi mendengar hewan itu bisa bicara, Lamia membeku di tempatnya. Dia tahu Amethyst memang selalu di luar nalar, tapi mendengar hewan bisa bicara lebih menakutkan dibanding melihat kuntilanak terbang melewati pohon sambil tertawa.
"Pergilah sebelum terlambat, ini bukan tempatmu."
"Pergilah sebelum kehilangan dirimu!"
Dan Rusa itu tiba-tiba berpendar menjadi cahaya yang menyilaukan. Lamia harus menutup matanya berkat cahaya silau itu. Saat membuka mata, Lamia kembali terkejut mendapati dirinya berpindah tempat. Bagaimana caranya dia berada di kamar Emerald?
Dadanya berbebar saat melihat seorang gadis duduk memunggunginya di atas meja sambil menulis di secarik kertas. Gadis itu menangis. Selain mendengar suara tangisannya, bahu gadis itu juga naik turun karena sesenggukan.
Tiba-tiba gadis itu membalikkan badan dan membuat Lamia tercekat. Napasnya seperti berhenti sesaat. Melihat seseorang yang sangat mirip dengan diri sendiri ternyata terasa mengerikan.
"Em... Emerald," ucap Lamia tanpa sadar saat gadis itu menatap ke arahnya.
Gadis itu berdiri dan mendekati Lamia. Sungguh, Lamia merasa seperti bercermin. Satu-satunya yang membedakan mereka hanya iris hijau milik Emerald. Selebihnya sama, kecuali airmata dan ekspresi menyedihkan dari wajah itu.
Mata Emerald menatap kalung yang melingkar di leher Lamia. Kalung berliontin peri dengan permata hijau. Itu miliknya. Lalu gadis itu menatap Lamia dengan tajam.
"Aku ingin hidup," kata Emerald yang membuat Lamia merinding. Bahkan suara mereka terdengar sama.
"AKU INGIN HIDUP!" teriaknya tepat di depan wajah Lamia.
Lamia tersentak. Dia langsung duduk dengan napas yang terengah-engah seperti habis lari marathon. Peluh di keningnya cukup untuk membuktikan kalau dia ketakutan.
Matanya langsung menyisir sekitarnya. Kamar mewah dengan pencahayaan temaram.
"Ternyata mimpi," gumam Lamia sambil menenangkan diri.
Tangannya memegangi dada kirinya. Debaran jantung itu tak karuan. Seumur hidupnya Lamia belum pernah bermimpi senyata dan menyeramkan seperti tadi. Rusa aneh dan juga Emerald seolah menghantuinya. Atau mungkin keduanya mengirimkan pesan pada Lamia lewat mimpi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity Heart
FantastikLamia berada di ambang kematian. Tapi Tuhan berbaik hati untuk memberinya pendonor jantung misterius. Lolos dari maut, jantung yang diterimanya memberikan kehidupan baru bagi Lamia. Kehidupan yang membawanya dalam malapetaka. Lamia bertemu dengan l...