Seminggu berlalu sejak kejadian di rooftop siang itu, siapa sangka Akbar bertindak begitu bodoh karena tiba2 mencium Yas. Berkali kali ia mengutuk dirinya karena hal itu, meskipun Akbar memang sangat menginginkan itu, tapi Akbar tidak tahu bagaimana pendapat Yas akan hal tersebut, terlebih setelah hari itu hubungan mereka menjadi sedikit canggung jika bukan karena Mita dan Jeje yang selalu mencairkan tembok es antara mereka pasti Akbar dan Yas akan membeku.
Berkali kali dilihatnya layar ponsel yang sunyi senyap, hanya beberapa pesan dari papa, mama, dan juga tunangan nya Mawar.
"apa lagi sih ini orang" gerutu Akbar saat berkali kali pesan masuk dari Rose. Sebenarnya nukan itu namanya, tapi di London Mawar di panggil demikian karena sesuai dengan seperti arti namanya.
"What's up" balas Akbar singkat
"akhirnya bales juga, kemana aja si lo, lupa sama tunangannya"
"to the point" balas Akbar lagi
"orangtua kita sepakat nentuin tanggal pernikahan waktu gue ke Indonesia bulan depan"
"gimana menurut lo" lanjut Mawar
Mata akbar rasanya memanas membaca soal pernikahan yang sedang mawar bahas, mau sekeras apapun Akbar menolak keputusan papanya tetap tidak terbantahkan. Seperti contoh saat ia memilih mendirikan bisnis resortnya saat ini karena tidak ingin melanjutkan memimpin Universitas seperti papanya, Akbar harus bertunangan dengan anak sahabatnya yang merupakan pemegang saham di Universitas tempatnya kuliah saat ini, papanya berdalih bahwa Resort milik Akbar sebagian besar modal adalah berasal dari beliau, Akbar tidak menampik hal itu karena pada dasarnya memang benar, Akbar bisa apa jika hidupnya bagaikan drone yang hanya mengikuti arahan dari remote control.
"aakkkhhhh..." Akbar menjambak rambutnya kesal, usianya baru 22 tahun tapi beban yang harus ia tanggung sudah seberat ini
_______________________________________________________
"yas, lu sama akbar kenapa sih" mita membuka percakapan saat mereka sedang streaming drama korea bersama dalam kamar
"kenapa apanya" jawab Yas yang berusaha untuk tidak membahas tentang akbar lebih jauh, lebih tepatnya kejadian saat di rooftop
"beberapa hari ini kalian beda banget, biasanya aja kemana mana bareng, di perhatian banget sama elu, kadang juga kalian ngobrol berdua asik banget udah kaya dunia milik berdua yang lain pada ngontrak" ujar mita panjang lebar
"masa? jawab Yas singkat
"gue ngomong udah kaya kereta lu jawab cuman "masa..." mita menirukan gaya bicara yas yang menanggapi pertanyaannya singkat
"beneran gue nanya kenapa" mita masih belum menyerah untuk mendapatkan sebuah jawaban pasti dari mulut Yas.
"gue bingung mit harus cerita gimana"
"oke ceritain ke gue pelan pelan..." ujar Mita sambil membenarkan posisi duduknya menghadap yas pertanda bahwa ia sangat siap menjadi pendengar setia saat ini
"menurut lu gue sama akbar bisa sama sama ngga" yas mulai mencoba membuka dirinya untuk mengutarakan segala kerumitan dalam kepalanya
"akbar nembak lu? tanya mita tiba tiba
"haa...? ngga..." Yas terkejut dengan pertanyaan mita yang absurd itu
"gini ya yas, gue hanya berpendapat sesuai apa yang gue lihat selama ini, kita kenal Akbar dari SMA tapi ga begitu kenal juga sih karena pindah ke London, sampe akhirnya dia balik lagi kesini trus deket sama kita terlebih lo, berarti memang dia ada perasaan sama lo"
"kok bisa gitu, kan bisa aja karena cuman kita yang dia kenal di kampus ini makanya dia pengen deket sama kita" yas masih berusaha menampik berbagai kemungkinan yang fatamorgana
"iya itu juga pasti, tapi kenapa cuman lo yang dari awal dia sebut namanya, kan ada jeje sepupunya, logikanya pasti dia lagi berusaha buat deketin lo, tapi mungkin ini juga soal waktu, mungkin dia butuh waktu yang tepat to make everything happen"
"pliss jangan buat gue berpikir kaya gitu, lo tau dari SMA gue tertarik sama dia tapi tiba2 dia mutusin pindah sekolah dan sekarang dia balik lagi seolah olah kaya semuanya restart dengan gampangnya, tapi yang gue rasain kaya dia justru ragu" yas mulai mengutarakan pendapatnya
"lo tau ga rasanya tarik ulur, itu yang sekarang gue rasain..."
Mita maupun Yas hanya diam saat sama sama mendengar kalimat terakhir yas, Mita sendiri tidak bisa berkomentar lagi karena ia juga tidak tahu harus bagaimana, mungkin sahabatnya ini sedang mengalami masa kerumitan sebelum akhirnya bahagianya datang.
"lo tunggu aja ya, gue percaya semuanya akan baik baik aja, ini cuman soal waktu aja" ujar Mita sambil menggenggam tangan yas diatas bantal kaktus milik Yas.
____________________________________________________
"permisi pak, ini laporan kegiatan mas Akbar beberapa hari ini" ujar seorang laki laki dengan setelan jas dengan menyerahkan sebuah amplop coklat berisi foto2 Akbar dan segala sesuatu yang di kerjakannya
"bagus, terus awasi anak itu, kelakukannya semakin meresahkan akhir akhir ini" ujar Pak Kamil Adijaya yang tak lain adalah papa Akbar
"baik pak"
"lalu bagaimana dengan Ayas, apakah dia dan akbar masih dekat?
"setahu saya setelah kedian tempo hari di rooftop mereka terlihat saling mejaga jarak pak"
"bagus, sudah seharusnya seperti itu, tidak baik berhubungan dengan tunangan orang" ujar papa Akbar sambil menyeringai samar setelah mendengar kabar antara yas dan Akbar
"terus kabari saya tentang mereka, saya tidak ingin rencana saya hancur karena perasaan sesaat akbar dan hubungan yang tidak menguntungkan" lanjutnya
"baik pak, kalau begitu saya permisi" ujar lelaki berjas itu sambil melangkah menjauh dn keluar dari ruangan rektor.
Papa Akbar memijit pelipisnya sebentar, sepertinya beliau sedang memikirkan sebuah cara lain agar hubungan yas dan akbar terus merenggang, mungkin pikirnya saat ini dengan mempercepat pernikahan akbar dan mawar adalah keputusan yang tepat, terlebih pernikahan ini bisa membawa Universitas yang sudah ia dirikan 20 tahun lalu semakin maju. PERNIKAHAN BISNIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kusebutnya BAYANGAN
عاطفية(Update tiap hari) Based on true, Konflik antara manusia dan yang memiliki hati. Sebuah penyesalan yang berujung rindu, sangat meyiksa, namun tak bisa apa-apa. Yas sadar harusnya ia tak bisa berharap pada manusia, karena manusia takan pernah membe...