Chapter 7 (The enemy behind us)

658 39 5
                                    

Seperti biasanya, matahari bersinar untuk melahap habis sisa - sisa kegelapan, ayam - ayam pun bersahutan bagaikan alarm alami yang selalu membangunkan semua orang.

hari ini, terbilang hari yang sangat cerah karena hujan yang sangat deras telah turun semalaman,tetapi suasana sejuk masih merangkul semua orang untuk tetap bertahan di dalam rumah dan menghabiskan waktu mereka untuk bermalas - malasan, kondisi itu membuat sebagian orang lebih memilih melanjutkan tidurnya di hari libur ini.

Arvin terbangun dari tidur lelapnya,dia terbangun karena merasa terganggu oleh suara celoteh anak - anak yang nampak sedang berkelahi di depan rumahnya, hari itu kedua orang tua arvin sudah pergi ke kantor, disaat orang tua yang lain berada di rumah untuk menjalin keharmonisan keluarga.

orang tua Arvin selalu sibuk pergi ke kantor bagaikan tak mengenal hari libur, deru mobil orang tuanya bagaikan sebuah sapaan setiap pagi untuknya, dirumahnya hanya terdapat adik kecilnya yang masih berumur 5 tahun dan juga bibi Ijah yang selalu setia merawat adiknya.

bibi Ijah adalah wanita yang rajin, cekatan, dan ulet meskipun umurnya sudah tak muda lagi, umurnya sudah menginjak kepala lima, walaupun begitu staminanya masih sangat kuat bagaikan wanita berumur 20 tahunan.

Celoteh anak - anak itu masih bersaut - sautan, mereka saling mengejek satu sama lain, bagaikan debat capres yang tak mau lawan bicaranya menang. Arvin menyantap roti bakar selai kacang kesukaannya ditemani dengan segelas susu hangat coklat yang sudah disiapkan bibi Ijah.

seusai dia menghabiskan makanannya, dia selalu mencuci piring dan gelasnya, walaupun bibi ijah melarangnya tetapi dia tetap menolak secara halus, dia ingin sekali membantu meringankan pekerjaan bi ijah walaupun hanya sedikit.

Arvin membuka pintu kamarnya dia berniat bermalas - malasan untuk mengisi hari liburnya, tetapi semua itu dihentikan oleh rasa amarahnya karena anak - anak itu masih terus berceloteh, Arvin segera menuju dapur dan mengambil pisau daging, melihat perilaku Arvin membuat bibi Ijah kaget dan bertanya untuk apa pisau itu, Arvin tidak membalas pertanyaan bibi ijah dan terus berjalan keluar rumah.

Arvin P.O.V
Aku sangat membenci orang - orang yang selalu menggangu kesenangan dan kebahagianku apalagi di hari libur ini, aku segera keluar dan berteriak kepada anak - anak tersebut " hey...! Jangan berisik, kalau mau berkelahi bukan begini caranya tapi pakai pisau ini." Sambil menodongkan pisauku ke anak - anak tersebut.

Seketika mereka berlari ke rumah masing - masing, aku tidak mengerti apakah mereka ketakutan atau mengambil pisau di rumah mereka untuk saling membunuh satu sama lain.

Tanpa aku sadari ternyata bibi Ijah berdiri di belakangku sambil berkata "sudah.. Mas jangan begitu, itu membuat mereka takut" aku hanya tertawa kecil sambil berkata "itu justru memberi mereka pelajaran untuk tidak saling berkelahi dengan mulut sebagai seorang lelaki" bibi Ijah hanya bisa menggeleng - gelengkan kepalanya.

Akupun segera masuk kekamar dan merebahkan tubuhku di kasur, saat aku sedang menatap langit - langit kamarku, aku pun dikejutkan dengan suara yang tak asing lagi, itu adalah suara nada dering handphone ku, dengan malas aku berdiri dan mengambil handphone ku yang tergeletak di atas meja belajarku.

Aku melihat layar handphone ku, ternyata ada satu panggilan tak terjawab dengan no yang tidak dikenal, tanpa hitungan detik, handphone ku kembali berdering dan aku segera menekan tombol terima.

" Hai, Arvin ! Bagaimana kabarmu ? " sapa suara diseberang sana. Aku sepertinya mengenali suaranya tetapi aku lupa siapa dia.

" iya.. Maaf ini siapa " ucapku.

" ohh, begitu ya.. Ternyata kau sudah tak mengenalku " sahutnya.

" Maaf.. Saya benar - benar lupa " sahutku sambil memikirkan siapa yang menelfonku ini.

" Ini aku Chandra ! " jawabnya kesal

" Ohh... Chandra, sorry Chan, lagian lu ganti - ganti no melulu sih, udah kaya buronan " candaku.

" sttt, jangan kencang -kencang bicaranya, nanti banyak yang tau " ucapnya setengah berbisik.

" oke, baiklah, memangnya ada apa ? " sahutku.

" Nanti gua ceritakan, sekarang elu tinggal dimana ? " ucapnya penasaran.

" Nanti gua sms, dimana alamat rumah gua saat ini "

Aneh sekali dia, tanpa menjawabku dia segera menutup telfonnya dan yang lebih membuatku penasaran, sebelum dia menutup telfonnya, aku mendengar suara sirine polisi dan suara letusan senapan.

Tanpa pikir panjang aku segera memberi tau dia, dimana alamat rumahku saat ini, menurut firasatku ada sesuatu hal buruk yang menimpanya.

Setelah aku memberitahunya alamat rumahku saat ini, selang waktu 30 menit ada yang membunyikan bel rumahku, dugaanku itu adalah Chandra, dan benar sekali saat aku membuka pintu rumah, aku melihat teman lamaku yaitu Chandra, dia tidak seperti dulu, saat ini tampilan dia sangat berbeda dari yang dulu, tampilannya saat ini tertutup dengan menggunakan hodie hitam yg menutup bagian atas wajahnya.Aku berfikir mungkin saat ini dia berprofesi sebagai teroris.

Aku mengajaknya masuk ke dalam rumah, dan anehnya dia masuk ke dalam rumahku dengan sangat tergesa - gesa. Itu semakin membuatku penasaran, apa yang sebenarnya terjdi olehnya.

Beberapa saat, bibi keluar dari dapur sambil membawa 2 gelas sirup, Chandra pun langsung segera mengambil sirup itu dan langsung meminumnya sampai habis, dia sangat kehausan bagaikan habis berlari mengelilingi kota.

Setelah dia terlihat tenang aku pun menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Dia memberitahuku bahwa saat ini dia sedang di kejar - kejar polisi karena telah mencoba membunuh seorang perempuan, Chandra sengaja mencoba membunuhnya karena itu adalah musuh lamanya yang tidak sengaja, bertemu di persimpangan jalan.

Keadaan saat itu terbilang sangat sepi sehingga memungkinkan Chandra untuk segera menghabisi nyawa perempuan itu, tanpa dia sadari ternyata ada polisi yang sedang berpatroli dan menghentikan aksi Chandra untuk membunuh perempuan itu, karena panik, Chandra segera bersembunyi di rumah warga.

Chandra langsung menelfonku,tanpa dia sadari ternyata pemilik rumah itu sudah tepat di belakangnya dengan membawa tongkat pemukul baseball, Chandra pun segera keluar, dan tempat persembunyiannya sudah diketahui polisi.

Chandra segera berlari menuju gang - gang sempit di perkampungan itu, karena sifatnya yang cerdik dan cepat, dia berhasil lolos dari kejaran polisi.

#########################

Menurut kalian siapakah musuh bebuyutan chandra selama ini ?

Saya ucapkan banyak terimakasih kepada pembaca yang setia membaca cerita saya dari awal :), mohon dukungannya ya.. Vote kalian sangat membantu :) thanks semuanya ;)

A Psychopath at SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang